Note : Ini hanya cerita biasa. Tentang seorang gadis SMA yang menjadi idola. Tentang bumbu dalam masa remaja. Tentang Pertemanan dan Persahabatan. Juga tentang cinta dan rasa cemburu yang berlebihan.
Grrycia Kiana. Bintang SMA Ghalapagos. Selain pesonanya yang cantik dan memikat, ia juga merupakaan siswi centil yang cukup cerdas meski sering berbuat sesuka hatinya.
Ia bebas membiarkan dirinya menikmati masa SMA-nya tanpa perduli dengan percintaan.
But! Lain ceritanya setelah ia berjumpa dengan Pak Andreas. Guru Fisika muda tampan yang memikat hatinya.
Mampukah pesona Grrcya memikat Guru tampan itu?
Akankah keduanya bersatu dan menepiskan status sebagai seorang Guru dengan Murid?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Yulian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Terakhir
***
Grrycia membuka pintu pelan pelan, kemudian mengendap endap masuk dengan amat hati hati
Rumah sepi, nampaknya Mama sedang berada di kamarnya
Fiuuhh
Grrycia mengelus dadanya
Lega
"Duhh, anaak siapa ini. Jam segini baru pulang"
Tegur Mama yang sedang duduk santai di ruang keluarga, tepat membelakangi Grrycia
Sontak saja Grrycia membulatkan matanya dengan sempurna. Meringis sambil berbalik badan menghadap Mama
Sudah pasti dia akan di omeli. Harusnya tadi ia tidak melarang Pak Andreas untuk ikut masuk dengannya dan menjelaskan semuanya pada Mama seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Huuh
"Ini baju siapa?" Tanya Mama sambil menarik pinggang kaos yang di kenakan Grrycia. Grrycia meringis
"Mama. Ini baju Guru nya Grryc"
Sahut Grryc dengan suara yang melemah di akhir kalimat
"Hah?" Sentakan itu terasa begitu nyaring menembus indera pendengaran Grrycia.
Sampai Grrycia meringis lagi sambil menutup telinganya
"Grryc habis dari apartemen Pak Andreas"
Sambung Grryc Lagi
Mama mengamatinya
"Grryc" Sahutnya dengan suara yang lemah memegang bahu Grrycia
"Mama, Grrycia sama Pak Andreas gak ngapa ngapain. Ihh Mama, kok bisa mikir sejauh itu sih" Rajuknya. Lalu duduk di sofa depan tv smbil meletakan paper Blbag nya yang berisi seragam basah di meja
"Pak Andreas itu orang yang sopan Mah"
Sahut Grrycia lagi
Ya meski gak sopan sopan amat. Batinnya
Ingat, Pak Andreas pernah menciumnya!
Memeluknya! Begitu saja. Itu tidak sopan bukan?
Mama akhirnya ikut duduk di samping Grrycia
"Nahh, terus kenapa sampe harus pake baju dia segala?" Selidik Mama
"Seragam kamu mana?" Sambungnya
"Ini" Sahut Grrycia sambil mengangkat paper bagNya
"Basah. Grrycia sama Pak Andreas tuh keujanan di jalan,"
"Bukannya kalian naik mobil"
Sela mamah
"Mama banyak tanya ah" Gerutu Grryc
Mama Dea geleng geleng. Membuang semua fikiran jelek tentang Grrycia dan Guru tampannya.
Grrycia benar, Pak Andreas itu orang yang berpendidikan dia pasti sopan. Tidak akan berbuat hal yang tidak wajar
"Kamu sudah makan?" Tanyanya yang akhirnya mengalihkan pembicaraan
"Udah. Tadi di apartemen Pak Andreas"
Sahut Grrycia kemudian berlalu menuju kamarnya dengan wajah yang penuh pancaran kebahagiaan
Seperti biasa, Mamanya hanya geleng geleng kepala.
Yasudah, dia mengerti. Toh dia juga pernah muda dan mengalami masa masa kasmaran di usia remaja saat dulu masih duduk di bangku SMA
**
Grrycia duduk manis di kursi rias. Memandang pantulan dirinya di depan cermin. Rasanya kebahagiaan begitu meledak ledak di dalam dadanya.
Rangkaian kejadian hari ini terus berkelebatan di dalam fikirannya.
Pak Andreas seperti telah mengambil alih seluruh kewarasan dalam kepalanya
Masih terus terbayang bagaimana ekspresi Pak Andreas saat mengatakan bahwa ia tidak bisa memasak
Flashback On
Mobil terparkir dengan mulus di basemant
Pak Andreas dan Grrycia turun
"Saya memesan makanan dulu" Sahut Pak Andreas begitu keduanya turun
"Tidak usah Pak" Cegat Grryc, cepat
"Apa tidak sebaiknya masak di apartemen saja?" Tanya Grryc dengan suara yang lemah. Takut jika Pak Andreasnya ini tersinggung
Pak Andreas menoleh
"Saya bisa apapun, kecuali.."
Sahut Pak Andreas, menggantung kalimatnya.
Grrycia konsentrasi untuk mendengar apa yang selanjutnya akan Pak Andreas katakan
Bisa apapun? Kalau begitu bisakah Bapak menua bersama saya? Hahah
"Kecuali memasak" Sahut Pak Andreas
sambil mengalihkan pandangannya agar tak bertatapan dengan Grrycia yang nampak ingin menertawainya, tapi sebisa mungkin ia tahan
"Saya hanya bisa memasak mie" Sambungnya
Grrycia mendehem
"Yasudah kalau begitu" Sahut Grrycia, toh ia juga tidak bisa memasak, dan tidak ingin memakan mie Meskipun mie buatan Pak Andreas
Mungkin kalian berfikir sebaiknya Grrycia memaksakan diri untuk mengajak Pak Andreas masak saja. Yah lumayan menghabiskan waktu berduaan dan berperang dengan segala perkakas dapur, layaknya suami istri
Mungkin. Tapi jika itu terjadi maka Grrycia tidak akan tau dengan Passcode Apartemen Pak Andreas yang ternyata memakai tanggal kelahirannya
Bagaimana?
Pak Andreas menatap Grrycia. Grrycia jadi risih, tidak mengerti dengan maksud tatapan Pak Andreas sehingga ia menghentikan makannya
"Mm. Kenapa Bapak menatap saya seperti itu?" Tanyanya sambil meletakan sendok yang tadi di pegangnya
"Boleh saya bertanya sesuatu?" Tanya Pak Andreas dengan pembawaannya yang santai
"Boleh" Sahut Grrycia setelah diam beberapa saat
Pak Andreas melanjutkan makannya
"Siapa laki laki yang bersama mu di kedai waktu itu?" Tanya Pak Andreas
Hah? Sumpah demi apa?
Grrycia ingat, tempo lalu ia hanya bersama Angga, di kedai Pepo
kemudian bertemu Pak Andreas setelah Pak Andreas selesai rapat
Dia melihatku dengan Angga?Apa dia cemburu?
Grrycia tersadar dan kemudian menatap Pak Andreas yang sama sekali tak memperdulikan Grrycia setelah melontarkan pertanyaan tadi
"Bapak melihat saya waktu itu?" Grrycia balik bertanya
Pak Andreas mengangkat wajahnya hingga mata keduanya bertemu, tepat bertatapan
"Jawab saja pertanyaan saya!" Sahut Pak Andreas,
Grrycia malah mengaduk aduk makanannya. Bingung.
Heran dengan sikap Pak Andreas ini
"Kalau kamu tidak mau menjawab juga tidak apa apa!" Sahut Pak Andreas lagi saat Grrycia belum juga merespond pertanyaannya
"Dia Angga. Keponakan Pak Bondan" Grrycia menyahut cepat
"Kita berteman"
Dan membuat seulas senyum nampak muncul di wajah tampan Pak Andreas
"Habiskan makanan mu. Nanti saya antarkan pulang " Suruhnya seolah mengalihkan pembicaraan
Grrycia menurut. Nampak hujan diluar perlahan mulai reda
Flashback Off
**
Waktu menunjukan pukul 08.30
Grrycia sudah bosan berulang ulang melihat ke arah pintu masuk.
Pak Andreas belum juga muncul. Padahal seharusnya ia sudah mengajar sejak satu jam yang lalu
Entahlah dia di mana dan kemana dirinya. Barangkali ada urusan penting di kantornya dan tidak masuk mengajar hari ini. Hanya dengan hal itu otomatis sudah merusak suasana hati Grryc
Cukup hari jum'at dan hari minggu saja ia tidak bertemu dengan Guru pujaannya itu
"Pak Andreas kayaknya nggak masuk hari ini. Dia bilang sama kamu Grryc?" Tanya Mona yang nampak sudah sama bosannya dengan Grryc menunggu Pak Andreas masuk
Grrycia menggeleng lemah.
Tak lama Willy sang ketua kelas masuk dengan setumpuk buku paket fisika ditangannya.
Seratus persen Grrycia yakin Pak Andreas tidak masuk hari ini
Grrycia melangkah keluar
"Kemana?" Tanya Mona saat melihat Grryc yang hendak memakai almamaternya
"Keluar!" Sahut Grryc, acuh kemudian keluar
Dan Willy Ketua kelas yang selalu mengalah pada Grrycia itu tidak bisa mencegahnya.
Biarkan saja Anak centil itu keluar kelas dan di marahi Pak Andreas
**
Kantin sekolah selalu menjadi pilihan terbaik Grrycia saat menghindari pelajaran yang membosankan.
Tidak! Fisika tidak membosankan, hanya saja hari ini fisika terasa berbeda saat bukan Pak Andreas yang mengajar
Grrycia seketika menghentikan langkahnya saat melihat sosok tinggi dengan stelan rapihnya berdiri sedang mengobrol bersama ibu kantin
Grrycia tersenyum senang, ia benar benar tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat melihat sosok itu
Dengan amat perlahan ia berbalik badan hendak kembali ke kelas
"Ehh neng Grryc. Mau pesen minum neng?"
Suara itu sontak saja membuat Grryc meringis, kemudian perlahan kembali berbalik menghadap dua orang disana.
Dan kemudian tatapannya dengan Pak Andreas bertemu
Grrycia menggeleng pada Ibu Nia yang tadi menawarinya minum. Agak kesal juga sebenarnya karena membuat ia jadi ketahuan oleh Pak Andreas hendak bolos.
Dan ibu Nia yang punya kawasan kantin itu hanya tersenyum saja
Pak Andreas dengan segelas coffee ditangan kanannya, perlahan melangkah mendekati Grrycia
"Mau apa kamu kesini?" Tanya Pak Andreas dengan suara tegas yang di buat buat. Bukannya takut Grrycia malah ingin tertawa mendengar dan melihatnya ekspresinya
"Bukan kah seharusnya kamu ada di kelas?" Sambungnya
"Saya kira Bapak tidak masuk" Sahut Grrycia dengan cepat
"Lantas?" Tanya Pak Andreas dengan dahi berkerut
Ahh kalau kalian melihat ini. Kalian pun akan memiliki pemikiran yang sama dengan Grrycia, tidak tahan ingin mendaratkan ciuman ringan di pipi, atau bahkan dibibirnya
"Jadi saya memilih ke kantin. Untuk apa ada dikelas jika Bapak tidak masuk" Oceh Grrycia sambil memutar badannya membelakangi Pak Andreas
Ia berbicara amat pelan, dengan suara yang hampir tidak terdengar oleh Pak Andreas.
Tapi Pak Andreas masih bisa mendengarnya
Kemudian ia hanya tersenyum setelah Grrycia berlalu kembali menuju kelas
**
Mona terlalu memaksa Grrycia untuk ikut dengannya melihat Bima, Arvand, Tama dan yang lainnya latihan basket dilapangan.
Padahal Grrycia sedang tidak ingin kemana mana
Yang ia mau hanyalah berdiam diri saja di kelas, dengan Novel Novelnya
Tapi percuma saja toh ia juga sekarang sedang duduk di tribun lapangan menghadap lapangan basket. Menyaksikan kelihaian para atlet itu yang sedang bertempur di bawah terik matahari
Arvand yang sedang latihan itupun semakin melebarkan senyumannya saat melihat Grrycia datang. Pasalnya sudah lama ia tidak ditemani oleh Grrycia latihan terutama setelah kedatangan Guru baru itu
"Grryc"Panggil Mona, seperti ragu
"Kenapa?" Tanya Grrycia. Malas
"Kamu sama Angga ketemuan?" Tanyanya
"Kapan?" Tanya Grrycia lagi singkat. Tatapannya masih belum beralih dari lapangan basket
"Di kedai Pepo" Sahut Mona, seperlunya.
Grrycia langsung ingat, beberapa hari yang lalu ia tidak sengaja bertemu dengan Angga di kedai Pepo dan membuat Pak Andreas juga menanyakan hal itu
"Iya. Gak sengaja ketemu. Dia bolos"Sahut Grryc
Mona manggut manggut
"Ada apa sih nanyain Itu. Gak biasanya, kamu berniat mau deket sama Angga?"
Cerocos Grryc
"Enggak Grryc"
Grrycia terdiam. Malas membahas ini
"Dia ada bilang sesuatu sama kamu Grryc?"
Tanya Mona lagi
"Enggak!" Grrycia menyahut cepat
"Udah ah, kamu banyak tanya aku mau ke kantin aja" Sahut Grrycia yang akhirnya pergi meninggalkan Mona
Cuaca begitu panas dan ocehan Mona membuatnya malah haus dan lapar
"Vand"
Teriak Bima, saat Arvand malah menatap kepergian Grrycia dan membiarkan tim lawan merebut bola darinya
***
Grrycia langsung duduk, kantin sudah mulai sepi
"Bu. Orange jus ya!" Sahutnya dengan sedikit berteriak.
Selain karena memang menyukai orange jus. Nampaknya minuman itu juga memang cocok untuk menyejukan panas cuaca dan perasaannya saat ini
Ibu Nia mengangguk dan cepat membuatkan pesanan pelanggannya
"Ini Neng" Sahut Ibu Nia sambil meletakan Segelas minuman di atas meja Grrycia.
Grrycia mengernyit heran.
Apa tadi Ibu Nia salah dengar atau Grryc yang salah berucap
Tidak! Dengan jelas Grryc mengatakan jika ia memesan orange jus. Bukan es tea, mengapa Ibu Nia malah membawakannyaa es tea?
Ibu Nia tersenyum. Selalu seperti itu, entah mengapa Grrycia merasa ia terlalu ramah. Ahh Ibu Nia, tapi Grrycia menyukainya
"Pak Andreas yang sudah memesankannya!"
Sahut Ibu Nia, kemudian berlalu kembali ke tempatnya
Grrycia tersenyum. Mengangkat gelas berisi es tea itu, menatapnya dengan senyuman yang tak kunjung usai
"Pak Andreas" lirihnya.
Kemudian tersenyum lalu menyesap minuman itu
Manis.
Semanis rasa bibir Pak Andreas yang pernah mendarat lekat di bibirnya