Semesta Animers yang damai, dikelola oleh lima kerajaan berdaulat yang dipimpin oleh sahabat karib, kini terancam oleh serangkaian insiden sepele di perbatasan yang memicu krisis sosial. Para pemimpin harus bertemu dalam pertemuan puncak penuh ketegangan untuk menyelesaikan konflik politik dan membuktikan apakah ikatan persahabatan mereka masih cukup kuat untuk menyelamatkan Semesta Animers dari kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Final Decision
Lizani Ishtar akhirnya melepaskan semua kepura-puraan. Ia menghela napas panjang dan berat, menunjukkan kekesalan dan kekalahan yang mendalam. Ia memandang Fujin Shirayuki dengan sorot mata yang penuh kebencian dan kekesalan.
Sebagai balasan, Fujin hanya mengedipkan mata sejenak—sebuah tindakan kecil yang penuh makna, menunjukkan betapa santainya ia mengendalikan situasi kosmik ini. Setelah itu, ia kembali menatap Lizani dengan pandangannya yang dingin, siap mendengarkan keluhan Dewi Kegelapan itu.
Lizani tahu perlawanan fisik saat ini sia-sia.
"Sungguh membosankan, Fujin," gerutu Lizani, nada suaranya kembali ke kepahitan yang ia miliki sebelumnya. "Kau selalu menjadi perusak kesenangan terbaik."
Fujin membiarkan Lizani selesai, lalu ia berbicara dengan suara yang penuh otoritas, namun dengan sedikit kelembutan yang mengkhawatirkan.
"Aku masih lebih baik daripada petinggi Dewa Kosmik lainnya, bawahan langsung Bahamut selain aku," ujar Fujin. "Jika mereka yang datang, kau bahkan tidak akan punya kesempatan untuk berbicara. Aku memberimu kesempatan karena aku menghargai tatanan, bukan kekejaman. Kesempatanku tidak akan datang dua kali."
Fujin Shirayuki mengulurkan tangannya, dan Gerbang Kegelapan tampak berdenyut lega, energinya mulai terkendali.
"Pilihan ada padamu, Lizani. Kau bisa menghentikan ini, kembali menjalankan tugasmu sebagai penyeimbang, dan menerima hukuman ringan yang akan kutentukan."
Fujin menegaskan, tatapannya kini benar-benar mutlak. "Atau, kau bisa menghadapiku sekarang. Dan aku janji, kau tidak akan menyukai hasilnya."
Lizani Ishtar, melihat bahwa semua rencana dan ancamannya gagal di hadapan Fujin, tiba-tiba menunjukkan sisi yang sangat rentan. Ia terlihat merengek kesal, menggenggam tongkatnya erat-erat seperti anak kecil yang merengek.
"Ini tidak adil, Fujin! Aku bosan dengan tugas ini!" keluh Lizani, dan kemudian ia mulai mengungkapkan perasaan yang menjadi akar dari semua kekacauan ini.
"Kau tahu, aku hanya... Aku ingin tahu rasanya menjadi diriku yang sebenarnya!" seru Lizani, matanya yang gelap kini dipenuhi dengan keputusasaan yang tulus. "Aku jatuh cinta dengan makhluk fana, Fujin! Namanya Agito. Dia adalah alasan mengapa semua ini terjadi!"
Fujin Shirayuki, yang mendengarkan pengakuan dramatis itu, hanya memiringkan kepalanya sedikit. "Oh?" hanya itu yang ia katakan, lalu ia kembali ke mode mendengarkan dengan pandangan dinginnya yang tak bergeming.
Lizani melanjutkan, semua kelelahan kosmiknya tumpah ruah. "Aku lelah menjadi 'Keseimbangan' yang dibenci semua orang! Aku lelah menjadi 'Dewi Kegelapan' yang tugasnya hanya menciptakan konflik yang sudah ditentukan! Aku tidak peduli lagi dengan takdir Semesta Animers!"
Air mata hampir menggenang di matanya. "Aku tidak masalah jika kekuatanku menurun drastis! Aku bahkan tidak masalah jika aku menjadi manusia biasa! Aku hanya ingin meninggalkan semua beban Dewa ini, dan aku ingin menjadi kekasih orang itu! Aku ingin punya hidupku sendiri!"
Fujin hanya melipat tangannya di depan dada, mengamati drama emosional Lizani dengan ketenangan yang dalam. Ia tidak menghakimi, tetapi juga tidak memberikan simpati yang tidak perlu. Ia menunggu, karena ia tahu, seorang Dewi yang patah hati bisa menjadi ancaman yang lebih besar daripada ancaman kosmik.
.
.
.
Fujin Shirayuki tidak menunggu balasan lebih lanjut dari Lizani. Dengan tatapan fokus, ia mengulurkan tangannya yang putih ke arah Gate of Darkness. Aura dingin yang lembut dan murni menyelimuti pusaran gelap itu. Dalam hitungan detik, energi yang membebani Gerbang itu terlepas, dan Gerbang Kegelapan berangsur-angsur kembali ke ukuran aslinya, mendesah lega seperti setelah sembuh dari penyakit parah.
Setelah Gerbang aman, Fujin beralih ke Lizani.
Fujin memandang Lizani Ishtar dengan dingin, menembus semua kepura-puraan dan penyesalan. Suaranya diucapkan dengan otoritas yang mutlak dan tak terbantahkan.
"Kau telah melanggar Hukum Bahamut. Hukumanmu seharusnya lebih berat dari ini," kata Fujin. "Tapi aku memberimu jalan keluar, Lizani."
Fujin mengumumkan, "Mulai saat ini, kau diturunkan jabatannya dari Dewi Kegelapan. Semua kekuatan kosmikmu akan dicabut. Kau akan menjadi manusia biasa, hanya memiliki sisa-sisa kecil dari kekuatan sihirmu."
Lizani terdiam, termenung sejenak. Ia menyadari bahwa hukuman ini adalah jawaban atas doanya. Fujin tidak menghancurkannya, melainkan membebaskannya untuk bersama Agito. Rasa kesal di wajahnya digantikan oleh rasa terima kasih dan pengertian. Lizani mengangguk mengerti, menerima hukuman tersebut.
Setelah pengumuman itu, nada bicara Fujin melunak, meskipun matanya tetap dingin.
"Namun, sebelum kau mengejar kehidupan fana yang kau inginkan," kata Fujin dengan lembut, "Ada satu benang takdir yang harus kau tuntaskan. Pergi dan temui kakak dari Agito."
Lizani, yang memahami implikasi perintah takdir itu, mengangguk lagi. Ia segera mengumpulkan sisa-sisa kekuatan sihirnya yang tersisa. Pusaran energi gelap kecil terbuka di sampingnya, sebuah portal pribadi yang ia ciptakan sendiri.
Tanpa sepatah kata pun, Lizani Ishtar, mantan Dewi Kegelapan, masuk ke dalam portal itu dan berteleportasi entah kemana, meninggalkan Istana Iblis dan beban keilahiannya.
Di tengah keheningan setelah kepergian Lizani dan pulihnya Gerbang Kegelapan, Nina Yamada (berambut ponytail), yang kini sudah berdiri tegak dan pulih sepenuhnya, berbisik kepada kakaknya, Araya.
"Kak," bisik Nina, matanya mengikuti bekas portal Lizani. "Menurutmu, kita akan lebih sering bertemu dengannya nanti, ya?"
Araya (berambut pendek) menghela napas, menyarungkan Katana curiannya kembali. "Mungkin," jawabnya datar. "Tapi dia akan lebih cengeng sebagai manusia biasa. Itu akan melelahkan."
Kemudian, Fujin Shirayuki (Goddess of Mother) mengalihkan perhatiannya sepenuhnya kepada dua bersaudara berambut merah itu. Aura dinginnya melunak sedikit, menunjukkan rasa terima kasih yang tulus.
"Araya Yamada, Nina Yamada," panggil Fujin, suaranya lembut dan agung. "Aku berterima kasih atas keberanian dan intervensi kalian."
Fujin membungkuk sedikit, sebuah tindakan yang mengejutkan dari seorang pemimpin Dewa. "Aku juga meminta maaf karena telah melibatkan kalian, makhluk fana, dalam konflik yang seharusnya menjadi urusan para Dewa. Tindakan kalian, mencuri Katana itu dan menantang Lizani, pada akhirnya menyelamatkan Semesta Animers dari kehancuran total. Kalian telah melakukan tugas yang mulia."
Fujin Shirayuki mengangguk, menunjukkan pengakuan atas tindakan mereka. "Sebagai Pemimpin Dewa, aku memberikan kalian izin untuk mengajukan permintaan."
Mata Nina seketika berbinar. Ia membuka mulutnya, siap mengucapkan permintaan yang mungkin melibatkan makanan lezat atau kekayaan. "Aku ingin—"
"Tunggu, Nina," potong Araya dengan suara tenang, namun tegas. Ia mengabaikan tatapan kesal adiknya. Araya menyarungkan Katana curiannya, lalu berdiri tegak di hadapan Fujin.
"Permintaan kami mungkin terdengar egois, namun kami rasa mulia, Dewi Fujin," ujar Araya. Ia menoleh sedikit ke Nina. "Pertama, aku meminta Nina memberikan Katananya kepadaku. Kami tidak boleh memiliki dua senjata yang dapat dikaitkan dengan kekacauan ini."
Nina merengut, namun melihat tatapan Araya, ia mendesah dan menyerahkan pedangnya kepada kakaknya.
"Dan yang kedua," lanjut Araya, menatap Fujin. "Aku ingin Anda menyucikan Katana ini—Katana kami berdua—dari energi gelap yang memaksanya memilih kami, sekaligus menstabilkan dunia ini dari gangguan dimensi Lizani."
Fujin Shirayuki tersenyum, senyum yang sangat tipis dan bijaksana.
"Permintaan yang pertama, aku sanggupi. Aku akan menyucikan kedua pedang kalian," kata Fujin. Ia mengulurkan tangannya, dan cahaya putih murni menyelimuti kedua pedang itu, menghilangkan jejak energi Iblis yang membebani mereka, meskipun kekuatan dasarnya tetap ada.
"Namun, permintaan kedua, menstabilkan dunia," kata Fujin dengan nada penyesalan yang dalam. "Itu tidak bisa kulakukan. Perjuangan melawan kekacauan, dan perjuangan melawan konsekuensi dari tindakan Lizani, sudah tercatat dalam takdir. Kalian semua, anak-anakku, harus berjuang sendirian untuk bertahan dan menjaga kedamaian yang tersisa."
Setelah penolakan itu, Fujin memberikan nasihat terakhirnya yang paling berharga.
"Dunia akan mencari kalian, Araya dan Nina. Tapi ingat ini: Agar dunia ini selalu damai, baik di atas permukaan maupun di bawah bayangan, kalian harus tetap berada di bayangan."
Fujin menatap mereka dengan tatapan terakhir yang penuh makna. "Jadilah kekuatan yang tak terlihat, Araya. Rahasia kalian adalah kedamaian Semesta ini."
Setelah itu, Fujin Shirayuki menghilang dalam kilatan cahaya putih, meninggalkan dua bersaudara Yamada sendirian di dalam Istana Iblis yang kini sunyi, Gerbang Kegelapan telah tenang, dan takdir mereka sebagai penjaga bayangan telah dimulai.