NovelToon NovelToon
Stranger From Nowhere 2 : The Conclusion

Stranger From Nowhere 2 : The Conclusion

Status: tamat
Genre:Romantis / Petualangan / Tamat
Popularitas:5.4M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Cerita ini adalah fiksi dewasa yang diperuntukkan bagi pencari bacaan berbeda.

*****

Sekuel sekaligus akhir dari cerita 'Stranger From Nowhere'.


Makhluk yang sama, tempat yang sama, dengan tokoh dan roman yang berbeda.

***

Saddam kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan pesawat di hutan Afrika.

Pria itu menyesali pertengkarannya dengan Sang Ibu karena ia menolak perjodohan yang sudah kesekian kali diatur untuknya.

Penasaran dengan apa yang terjadi dengan Sang Ibu, Saddam memutuskan pergi ke Afrika.

Bersama tiga orang asing yang baru diperkenalkan padanya, Saddam pergi ke hutan Afrika itu seperti layaknya mengantar nyawa.

Tugas Saddam semakin berat dengan ikutnya seorang mahasiswi kedoktoran bernama Veronica.

Seperti apa jalinan takdir mereka?

***

Contact : uwicuwi@gmail.com
IG : @juskelapa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Guncangan

Hampir bersamaan mereka menoleh saat dari jauh lamat-lamat terdengar yang menyerukan nama Saddam.

Rully mengenali itu sebagai suara Eko. Saat mereka sedang memandang keluar dari salah satu jendela terdekat, sebuah suara menggelegar diikuti dengan pesawat yang tiba-tiba berguncang membuat Rully kehilangan keseimbangan.

Kameranya terlepas dari pegangannya dan meluncur turun mengikuti gerakan badan pesawat yang miring.

Saat menahan tubuhnya dengan berpegangan di sebuah kursi, Rully melihat kameranya tersangkut di kaki kursi yang terletak paling dekat dengan badan pesawat yang terkoyak. Rully memindahkan tangan dan melangkahkan kakinya untuk merambati kursi demi kursi menuju kameranya.

Sedetik saat jarinya berhasil meraih tali kamera, sebuah benda yang sepertinya sangat besar kembali menghantam badan pesawat.

Posisi badan pesawat nyaris horizontal dan semakin melorot. Dengan ekor matanya Rully melihat Vero sudah memejamkan mata dengan melingkarkan tangannya di pinggang Saddam.

Sekuat tenaga tangannya menggenggam tali kamera yang baru bisa diraihnya sedikit.

Dentuman ketiga dan keempat kembali menimbulkan guncangan dahsyat. Tubuh Rully kembali terdorong ke bawah setengah bergelantungan pada sandaran kursi. Dan saat matanya mengerjap berkali-kali berusaha mencari sumber petaka mereka, terdengar suara Eko kembali memanggil.

Serasa ingin menoleh mencari posisi Eko yang sepertinya semakin mendekat, saat itulah Rully merasa tubuhnya terlempar seiring didengarnya bunyi dentuman paling keras.

Rully merasa tubuhnya melayang di udara sepersekian detik dan saat itu matanya melihat sebuah batu yang sangat besar jatuh menghantam tanah.

Dentuman yang memukul jatuh pesawat itu adalah batu yang sepertinya diluncurkan dari atas bukit tempat bersandarnya satu sisi badan pesawat.

Pesawat sudah benar-benar tegak lurus dengan posisi bagian depan yang terkoyak menghadap ke tanah yang dipenuhi pohon dengan dahan-dahan tajam.

Teriakan nyaring Vero masih tertinggal di telinganya. Perut Rully terasa sakit karena menghantam sandaran kursi tempatnya menggantung sekarang.

Dengan secepat kilat tangan kanannya menggulung tali kamera berkali-kali agar lebih erat dalam genggamannya.

Jarak badan pesawat yang menganga sebenarnya tidak begitu jauh dengan tanah. Tapi membayangkan landasan tempat bakal mereka mendarat bukanlah hal yang menyenangkan saat itu.

Dahan-dahan pohon yang tajam itu bisa saja merobek bagian tubuh mereka atau menusuk mata mereka. Resiko paling kecil adalah mereka bakal memiliki bekas luka permanen dan yang paling parah adalah mereka bisa mati tercabik atau tertusuk.

Suara Eko lenyap tak terdengar lagi, kini telinga Rully hanya menangkap suara isi pesawat yang berderak-derak.

Setelah menarik nafasnya beberapa kali, Rully menyapukan pandangan ke sekelilingnya. Semua darahnya telah turun ke kepala karena saat ini Rully bergelantungan menggunakan perutnya di sandaran kursi.

Setengah tercekat Rully membisikkan nama Vero. Dia mengkhawatirkan nasib sahabat yang telah dibawanya jauh ke dalam hutan demi uang.

"Ver... Vero" bisik Rully.

Jujur Rully tak berani berteriak karena dirinya mengira penyerang misteriuslah yang telah menjatuhkan batu-batu besar itu dari atas bukit.

Tujuannya sudah pasti hendak membunuh mereka. Rully tak ingin mengeluarkan suara agar para penyerang itu mengira bahwa mereka sudah terluka atau bahkan mati karena benturan.

"Sssshhh... Aduuuuhh.." rintih Vero.

"Ver... Vero... Lu gapapa?" Rully kembali bertanya dalam bisik.

...--oOo--...

Saat hantaman pertama posisi Vero yang berada di belakang Saddam langsung terdorong ke depan menubruk pria itu.

Tablet yang tadi berada dalam genggamannya jatuh meluncur hingga ke tepi bagian pesawat yang menganga. Sebuah besi yang sedikit mencuat dari bagian lantai pesawat menahan tablet Vero dengan posisi yang sangat genting.

Suara berdebum keras yang memekakkan telinga membuat tangannya refleks memcengkeram sekeliling tubuh Saddam. Matanya langsung menutup, dalam pikirannya pesawat itu sebentar lagi akan meledak.

"Tablet kamu," lirih Saddam.

Suara Saddam yang berupa bisikan terdengar sangat dekat di telinganya. Masih tak berani membuka mata, Vero menyadari Saddam menggeser langkahnya seperti mendaki badan pesawat yang sudah miring 30°.

Saat berusaha mendaki itulah Vero merasakan tangan Saddam berusaha melepaskan cengkeraman tangannya.

Saddam berusaha membuka ikatan tangannya yang telah menjerat tubuh pria itu hingga susah bergerak.

Vero menyadari tingkah konyolnya dan melepaskan tangan seketika. Hasilnya, kakinya langsung terpeleset dan membuat Saddam kembali harus menangkap sebelah tangannya.

"Kalo kamu gitu terus kita ga bisa bergerak. Cari pegangan sambil pelan-pelan merambat ke atas" Suara Saddam tetap berbisik kepadanya.

Masih hendak akan mencari tempat berpegangan, suatu benda besar kembali menghantam badan pesawat itu.

Saat Vero masih setengah terhempas karena kehilangan keseimbangan, tangan Saddam dengan cekatan kembali menangkap tangannya.

Vero kembali memeluk Saddam dengan erat hingga dirinya nyaris tak bisa bernafas. Perempuan mungil yang sedang bersamanya saat itu benar-benar perempuan yang tak bernyali. Saddam heran kenapa Vero mau memutuskan pergi ke hutan Afrika.

Masih ingin membenarkan letak pijakan kakinya di sebuah kaki kursi yang melintang di bawah mereka, hantaman paling keras dari empat hantaman sebelumnya kembali membentur bagian depan pesawat.

Dengan beban tubuh Vero yang berada di belakangnya, Saddam tak bisa menahan laju gravitasi bumi. Tubuh mereka terlempar ke bawah.

Pesawat yang sudah di posisi tegak lurus membuat Saddam bisa melihat seluruh pemandangan yang berada di bawah mereka.

Pohon-pohon kecil kurus dengan dahan tajam dan dipenuhi semak perdu terhampar di bawah mereka.

Sesaat sebelum mencapai tepi badan pesawat yang robek,

KRAKKK!!

Saddam berhasil menangkap kaki kursi yang tak jauh dari mereka. Derak suara kursi yang sudah lama tidak terbebani tubuh manusia itu membuat tubuh Vero seketika dingin.

Tubuh wanita itu sudah sepenuhnya bertumpu pada Saddam.

"Sssshhh... Aduuuuhh.." Vero merintih di belakang Saddam.

"Ver... Vero... Lu gapapa?" terdengar suara Rully bertanya dalam bisik.

"Kita oke Rul, lu gimana?" Saddam menjawab Rully juga dalam bisikan.

"Gua gapapa. Tapi suara eko ngilang. Tadi dia masih teriak manggil elu" jawab Rully.

"Tablet gua jatoh. Tablet itu ga boleh ilang" ucap Vero.

"Ntar kita cari. Sekarang kita harus turun pelan-pelan. Dengan suara seminim mungkin. Yang nyerang kita pasti masih di sini. Cepat. Pegangan tangan gua ini udah mulai licin." tukas Saddam tak sabar.

Untung saja Vero bukan bawahannya di kantor. Jika iya, saat ini Vero pasti telah habis dicecar dan dimaki oleh Saddam.

"Kalo udah nyampe di bawah tetap merunduk di pepohonan. Jangan keluar dulu. Pelan-pelan" Rully menjawab perkataan Saddam sambil menggeser tubuhnya merayapi dua kursi yang berada di depannya.

"Kaki kamu pindahin pelan-pelan ke sini" perintah Saddam pada Vero seraya menunjuk kaki kursi di depan mereka dengan pandangan matanya.

Gerak tubuh Vero yang lambat jelas mencerminkan bahwa wanita itu memang takut akan ketinggian. Padahal jarak mereka mendekati tanah tak lebih dari dua meter.

"Aku ga bisa turun duluan" Vero membuka matanya dan melihat ke bawah.

"Bisa. Kamu bisa. Atau kamu pegangan di kursi ini, aku yang turun duluan. Ntar aku bantu kamu" potong Saddam cepat dan gemas.

Vero mengangguk beberapa kali tanda mengerti.

Setelah memindahkan tangan Vero yang melingkari tubuhnya dan memastikan wanita itu berpegangan dengan benar di sebuah kaki kursi, Saddam mencari pijakan terdekat.

Kakinya menemukan dahan pohon yang mencuat. Setengah menumpukan berat tubuhnya di dahan itu, Saddam kemudian turun melompat dan mencapai tanah.

Bunyi gedebug pun tak bisa dihindari. Apa lagi kemudian disusul Rully yang mendarat di tanah dengan suara kasar. Saddam bisa menjamin bahwa penyerang mereka telah sadar bahwa mereka masih bernyawa.

"Lompat. Sekarang!!" perintah Saddam saat mendongak menatap Vero yang masih tersangkut di atas mereka.

"Yakin?" Vero menatap mata Saddam ragu.

Baru kali ini sepertinya mereka benar-benar saling menatap yang memiliki arti yang sama.

"Ga pernah seyakin ini. Cep..."

BRUUKK!!

Belum lagi selesai ucapan Saddam, Vero telah meluncur turun ke dalam dekapannya dengan posisi manis.

Vero meringis menatap wajah Saddam yang hanya berjarak beberapa senti darinya. Saddam yang masih terkejut cuma menatap Vero dengan wajah datar.

Terlambat sedetik saja dia menangkap wanita itu, mungkin Vero tak akan meringis malu-malu menatapnya seperti sekarang, batin Saddam.

"Tabletku," tersadar dari rasa terpukaunya menatap bola mata coklat muda milik pria timur tengah itu, Vero melompat turun.

Vero merangkak-rangkak di tanah mencari tabletnya di lokasi yang telah diperkirakannya dari atas tadi. Rully yang turun di lokasi berbeda dengan mereka juga telah merangkak mendekati posisi Saddam dan Vero.

Gerakan Vero yang terus merunduk dan merangkak di antara semak perdu dengan hoodie jaket parka yang menutupi kepalanya mengingatkan Saddam akan babi hutan yang mencari makanan.

"Awww" Teriak Vero.

"Suara lu!" bentak Rully tertahan.

"Gua kaget. Lu ngapain di belakang gua?"

"Ya nyari lu bedua!" desis Rully.

Saddam yang juga setengah merunduk ikut terkejut dan kesal dengan suara gaduh yang ditimbulkan Rully dan Vero.

Dan seperti yang diperkirakan mereka sebelumnya, para penyerang mereka masih berada di atas bukit.

Desingan banyak anak panah yang dilepaskan dari atas bukit terdengar di telinga mereka.

"Panah lagi!! Cepat!!" teriak Saddam menarik lengan Vero agar merapat ke bagian bawah pesawat yang tak bisa dijangkau oleh pandangan dari atas bukit.

"Tabletku belum ketemu!"

"Tinggalin aja!" paksa Saddam.

"Ga bisa!" Vero masih merunduk meraba-raba tanah yang tertutup dedaunan busuk.

Rully berlari setengah merunduk mendorong tubuh Vero agar segera mengikuti Saddam.

Vero menahan badannya dan bersikeras tetap merunduk mencari tabletnya.

Lesatan anak panah masih terdengar. Dinding pesawat yang terbuat dari alumunium kini juga tak luput dari tembakan penyerang.

"Ketemu!!" pekik Vero.

Rully mendorong tubuh Vero sekuat tenaga dan Saddam menarik lengan Vero hingga tubuh wanita itu berada di depannya.

Tubuh Vero sepenuhnya terlindungi oleh tubuh Saddam yang menjulang di belakangnya.

"Terus lari. Ke tempat awal kita" terengah-engah Saddam mengarahkan bahu Vero menuju jalan tempat mereka datang tadi.

"Awas Pak!!! Dari kanan aja. Lurus ke kanaaaan!" Tiba-tiba suara Eko keluar dari bagian semak perdu yang berada di depan mereka.

Eko melambaikan tangan sembari menunjuk puncak bukit yang sedang berusaha mereka tinggalkan.

Rully berzig-zag di antara satu pepohonan yang satu dan yang lain menuju Eko yang melambai-lambai ke arah mereka.

Saddam berlari sembari menghindari anak panah yang sepertinya lebih cepat dari gerakan mereka.

Beberapa mengenai pohon di kiri kanan mereka, dan beberapa anak panah menghantam tanah.

Saddam penasaran dengan jumlah stok anak panah yang sepertinya sudah benar-benar dipersiapkan untuk membunuh mereka.

Eko yang sepertinya sedari tadi juga menunggu penyerang yang masih berada di atas bukit terlihat memasang wajah tegang dari balik semak menunggu majikannya yang terus berlari ke arahnya.

Dan beberapa saat sebelum Saddam hendak  mendorong bahu Vero agar masuk ke persembunyian Eko, asistennya itu memekik dengan tatapan ngeri ke atas bukit.

"PAAKK!!" Eko melihat sebuah anak panah di lepaskan ke arah Vero.

"AARRGGGHHH" teriak Saddam.

Sedetik tadi Saddam yang menyadari maksud teriakan Eko berhasil menutup tubuh Vero dengan tubuhnya sendiri.

Ransel yang dikenakan Saddam robek tertembus sebuah anak panah. Dan rasa perih yang tiba-tiba menyeruak dari punggungnya cukup membuatnya yakin bahwa sebuah anak panah kini telah tertancap cukup dalam di belakang tubuhnya.

...***...

...Aku ngos-ngosan ngetiknya. Jadi tolong jangan lupa tinggalkan jejak...

...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote...

1
eko arief nugroho
Enak banget Rully dan Yana… banyak keberuntungan jadi sohibnya Vero
eko arief nugroho
Wow… sakit2 nikmat itu namanya
eko arief nugroho
Gooool… gawang Vero jebol juga akhirnya 🤣
eko arief nugroho
Gak sabar nungguin Saddam ngegolin gawang
eko arief nugroho
Memang gak kaleng2 usaha Saddam ini kalo udh jatuh cinta
eko arief nugroho
Wow… gak expect bisa se surprise ini
eko arief nugroho
Aduuuh jangan dulu Dam, kasian Vero masih segel
eko arief nugroho
Heran, kenapa si Yana mau ya ama Rully sengklek gitu 🤣
eko arief nugroho
Kenapa ceritanya jadi lucu gini ya, ketawa terus aku
eko arief nugroho
Lah kenapa pas ketemu Saddam, trio ngenes itu kondisinya lagi kacau2 nya
eko arief nugroho
Kenapa makin kesini, makin absurd aja ni dua pasangan, kelakuannya ada aja bikin geleng2 kepala 🤣
eko arief nugroho
Cerita kak Njuss gak pernah dilewatkan, aku baru aja tau ada cerita Saddam, langsung marathon bacanya 😍
eko arief nugroho
No kommen aku 🤣🤣🤣🤣
Mamake Nayla
untuk ke 2x nya bca...
eko arief nugroho
Ya ampun Saddam, so sweet bangeeet deh
eko arief nugroho
Makin kesini liat mereka makin cocok nih
eko arief nugroho
Hahaha… bacanya gak berhenti ketawa… udah diwanti2 jangan kesitu, tetep aja diomongin🤣
eko arief nugroho
Hahaha… kayak pasangan lagi berantem
eko arief nugroho
Duuh ada yg kangen tapi gak berani nongol
eko arief nugroho
Vero yg ngambek senang dipaksa ama Saddam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!