NovelToon NovelToon
BAYANG MASA LALU KELUARGA

BAYANG MASA LALU KELUARGA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: biancacaca

Najla anerka ariyani arutama
Nama dia memang bukan nama terpanjang di dunia tapi nama dia terpanjang di keluarga dia
Memiliki 4 saudara laki laki kandung dan 3 saudara sepupu dan kalian tau mereka semua laki laki dan ya mereka sangat overprotektif akhh ingin sekali menukar merek semua

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon biancacaca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 17

Ruang Tamu — 00.52

Lilin bergoyang sendiri.

Bukan angin luar.

Tapi tekanan yang berubah di dalam ruangan itu sendiri.

Seraph menatap fenomena itu, lalu ke Najla.

“Kamu sadar… ruangan ini mulai nurut sama kamu, kan?”

Najla menunduk, melihat telapak tangannya sendiri. Tidak gemetar. Tidak bingung.

Hanya… baru pertama kali merasa penuh.

“Kalau ini api,” katanya pelan, “aku gak mau dia makan sembarang orang.”

Seraph memiringkan kepala.

“Manis. Tapi api gak nanya mau atau enggak. Dia nyebar aja.”

Tanpa aba-aba, Seraph melesat.

Tidak pakai bicara. Tidak pakai gaya.

Geraknya lurus, senyap, dan mematikan seperti jarum berasap.

Najla tidak mundur.

Refleks tubuhnya bergerak sebelum logikanya sempat ikut:

—serangan pertama dibelokkan, bukan ditahan.

Seraph langsung memutar, menyapu kaki low-sweep, cepat, profesional.

Najla terpental ke belakang — tapi tidak jatuh.

Telapak tangannya menyentuh lantai… dan retakan kecil merambat seperti percikan.

Seraph berhenti sesaat.

“Menarik. Jadi getaran dulu baru panas.”

Najla bangkit perlahan.

“Kamu ngobrol mulu pas berantem ya?”

Seraph tersenyum miring.

“Biar kamu kebaca.”

Lalu dia menyerang lagi—kali ini bukan untuk melumpuhkan.

Untuk mengukur.

---

Gudang Bawah Tanah — 00.54

Alarm kecil di pergelangan Arlen menyala.

Satu getar.

Itu sistem rumah.

Dua getar.

Itu perimeter.

Tiga getar…

Arlen langsung berdiri.

“Rumah disentuh orang.”

Kairo masih bersandar ke dinding, tanpa ekspresi.

“Kamu buru-buru karena rumahnya… atau karena orang di dalamnya?”

Arlen tak jawab. Rompi sudah terpasang.

“Kalau dia terluka sebelum gue sampai, itu bukan perang lagi. Itu kuburan.”

Kairo akhirnya bergerak.

“Nah, gitu dong. Emosi dulu, strategi belakangan.”

Mereka melesat ke motor tanpa buang waktu.

Mesin meraung.

Malam terbelah dua oleh dua manusia yang sedang pulang bukan untuk menyelamatkan rumah, tapi takdir seseorang.

---

Kembali ke Ruang Tamu

Najla dan Seraph sudah melewati tahap uji-coba.

Sekarang ini konfrontasi.

Najla menyadari sesuatu saat berhasil menahan pergelangan Seraph di udara:

Bukan tubuhnya yang berubah.

Tapi gravitasinya.

Orang lain masuk ruangan ini sebagai tamu.

Dia… sebagai pusat.

Dan Seraph merasakannya.

“Kamu bukan percikan,” gumamnya. “Kamu titik asalnya.”

Najla mendorongnya ke belakang.

“Berhenti ngomong puitis.”

Seraph tergelak kecil, lalu menyeka sudut bibirnya.

“Sayangnya… kekuatan awal itu paling rapuh kalau belum dikasih bentuk.”

Najla mengangkat alis.

“Maksudnya?”

Seraph mengetukkan jarinya ke lantai.

“Kamu besar… tapi belum tajam.”

Lalu dia menghilang dari depan mata.

Benar-benar hilang dari garis pandang.

Najla menahan napas, memakai insting, bukan mata.

Kiri.

Kosong.

Kanan.

Kosong.

Atas—

Telat.

Seraph turun dari atas kabinet dengan siku mengarah ke kepala Najla.

Tapi tepat sebelum benturan…

Lampu pecah serentak.

Bukan karena terkena benturan.

Tapi karena seluruh listrik di ruangan mengalami lonjakan sekaligus.

Seraph terpaksa mendarat mundur.

Najla berdiri di tengah serpihan kaca yang tidak menyentuh tubuhnya.

Seolah partikel-partikel kecil itu menghindari radiusnya.

Bibirnya bergerak, suaranya rendah, jelas, dan untuk pertama kalinya… bukan ragu.

“Mindset kamu salah dari tadi.”

Seraph mengernyit.

“Oh ya? Terus yang bener?”

Najla mengangkat wajahnya.

“Aku bukan berusaha jadi tajam.”

Satu langkah ke depan.

“Aku yang menentukan benda lain tajam atau tumpul.”

Ruangan mendengung.

Seraph terdiam.

Lalu—untuk pertama kalinya—dia tertawa. Bukan mengejek.

Tapi terhibur oleh fakta bahwa dia nyaris meremehkan hal yang salah.

“Sialan,” katanya sambil menyibakkan rambutnya ke belakang. “Council bener-bener panik karena kamu.”

Di luar, suara motor meraung mendekat.

Seraph mendengar. Najla juga.

“Sampai jumpa, percikan pusat,” ucap Seraph sambil melangkah ke belakang menuju jendela.

Najla menatap.

“Kamu mau lari?”

Seraph melompat ke ambang, tersenyum tipis.

“Lari? Enggak. Aku mau lapor.”

Lalu dia hilang ke malam.

Sepuluh detik kemudian—

Pintu rumah hampir lepas dari engselnya saat Arlen menerobos masuk, Kairo di belakangnya.

“Najla!” suara Arlen menggema.

Najla berdiri di tengah ruang gelap, serpihan kaca, dinding retak kecil, lilin miring, dan rambutnya sedikit berantakan.

Dia menoleh.

“Bang. Kita punya masalah baru.”

Arlen berhenti, menilai ruangan, menilai adiknya lebih dulu, baru menilai ancamannya.

“Kamu luka?”

Najla mengangkat dagu.

“Aku menang.”

Kairo di belakang bersiul pelan.

“…Oh, jadi ini yang namanya sumber api.”

Arlen menghembus napas panjang.

“Bagus. Karena sekarang waktunya perang resmi.”

Najla menatap mereka.

“Terus langkah pertama?”

Arlen menatap jauh keluar jendela yang pecah, ke arah gelap di mana Seraph menghilang.

“Langkah pertama…”

Nada suaranya berubah—lebih rendah, lebih tajam, lebih dingin.

“Council harus tahu kita bukan terbakar. Kita membakar balik.”

Ruang Bawah Council — 01.22

Lantai kaca itu dingin di bawah sepatu-seragam mereka. Lampu minimalis memantulkan wajah-wajah yang terbiasa mengambil keputusan besar sambil minum kopi dingin. Orion dan Widya masuk bersama — langkah berat, bukan karena takut, tapi karena mereka membawa kabar yang harus ditutup cepat.

Di meja oval, suara Direktur, datar dan tajam:

“Kami kehilangan file minor ini. Bocor ke publik artinya… gangguan stabilitas. Siapa yang dapatkan?”

Laporan layar menyorot: potongan data Origin Registry, foto bayi, barcode Sanctuary 9 — screen berkedip. Ruang langsung tenang, udara menebal.

Orion melapor singkat. Widya menambahkan, “Ada dua tim yang terlibat. Satu membawa bukti keluar—terlapor sebagai Kenzi & Damar. Satu lagi… targetnya Arlen—saat ini status: hidup.”

Direktur menelan. “Bukan cukup. Kita kirim satu unit. Nama operasi: Extinguish. Mereka bukan untuk pembunuhan massal—mereka untuk menghapus sumber. Sumber itu harus dimusnahkan atau dikurungkan.”

Dia menatap layar, “Seraph, kamu tahu cara membersihkan sesuatu yang membara.”

Seraph ada di sisi lain kota, menerima pesan singkat. Sekilas senyum. “Saya berangkat.”

Di rumah yang masih bau asap dan serpihan kaca, tim kecil berkumpul: Arlen, Najla, Kairo, Kaelan, Kenzi lewat koneksi terenkripsi. Di atas meja: peta jaringan Council, koordinat Sanctuary 9, split plan.

Kenzi sharing via layar: “Aku bisa publish sebagian—Origin Registry + foto + bukti relokasi. Tapi ada enkripsi kunci fisik. Dua file masih terenkripsi tanpa kunci. Jika publik lihat separuhnya, Council akan spin jadi operasi penyelamatan anak. Kita perlu sisa file itu supaya publik paham: ini bukan penyelamatan, ini perdagangan manusia administratif.”

Damar menimpali, “Kita harus kasih mereka sesuatu yang memaksa Council bereaksi terbuka—bukan lagi operasi tertutup. Kalau Council bereaksi terbuka, publik akan lihat—itu kunci.”

Najla menyentuh foto Arvella. “Kita juga harus dapat sandera balik—kalau mereka angkut orang itu ke fasilitas tertutup, publik nggak akan peduli. Kita butuh bukti hidup atau suara mereka.”

Arlen menatap peta, lalu Kairo yang berdiri di pojok. Kairo angkat tangan, suaranya dingin: “Aku bisa bantu akses internal. Aku nggak loyal ke Council karena mereka pernah coba hapus memori tertentu—tapi aku juga bukan pembangkang sejati. Aku ingin sesuatu: Sanctuary 9 harus tetap hidup, bukan jadi bahan uji mereka. Biar aku yang buka pintu belakangnya.”

Arlen menilai cepat. “Apa kau jamin?”

Kairo: “Aku jamin peluang. Bukan keselamatan.”

Kaelan mengangkat kopiah, gumamnya pendek: “Kalau kita gagal, kita bakal mati banyak. Kalau kita sukses—publik ngga bakal santai.”

Keputusan dipukul: Kenzi akan kirim kebocoran parsial sekarang — pemancing; Kairo & Kaelan menyusup ke jaringan internal untuk lacak arah sandera; Arlen & Najla akan duel langsung ambil sandera jika lokasi terdeteksi; Damar standby buat evakuasi publik.

Seraph menerima perintah. Unit Extinguish bukan sekadar pasukan—mereka tim yang dilatih untuk ‘menormalkan’ anomali: fasilitas yang menyimpan bukti 'sumber', anak-anak yang 'berbeda', orang-orang yang memicu resistensi. Mereka memakai identitas medis, logistik, lalu—pagi-pagi—menarik target.

Seraph menyusun tim kecil: dua operator, satu ahli kimia non-lethal, satu handler intel. Dia mengambil sebuah file lama dari senjatanya—foto kecil, tinta pudar: gambar panti asuhan bernama Sanctuary 9, dan sebuah catatan tangan: “A.”. Mata Seraph menegang. Ada sesuatu yang personal di file itu. Ia menyimpan kembali—tugas tetap tugas.

Di radio kecilnya, dia berbisik, “Kita main bersih. Prioritas: identifikasi sumber. Jika ada anak yang bernilai bukti — isolasi, bukan publikasi. Jangan biarkan kebocoran lebih jauh.”

Tapi ada garis lain dalam hatinya yang berdenyut—sebuah memori samar tentang satu anak bersunyi yang menatap ke luar loteng. Seraph merasakan bukan kebencian, tapi ketertarikan rumit. Ia menutup itu, fokus. “Jalankan.”

Kenzi menekan tombol. Paket setengah—Origin Registry + sebagian file relokasi—terbang ke jaringan publik lewat sebuah akun activism yang baru. Tidak langsung viral, tetapi cukup untuk memancing kalkulasi Council.

Layar feed: potongan artikel—foto bayi, barcode Sanctuary 9, header: “Proyek Null: Anak-anak sebagai Statistik”.

Tidak butuh 3 menit.

Trend.

Komentar publik mulai ada. Organisasi HAM kecil mulai lihat. Selebritas kecil mulai retweet. Satu stasiun radio lokal memanggil jurnalis. Council panik di dalam ruang kaca.

Orion di layar menggeram: “Mereka menanam umpan. Kita tutup jalur itu dan pindahkan target.” Direktur memerintahkan: “Semua jalur transportasi ditingkatkan. Sanctuary 9 — lock and move. Siapkan van hitam.”

Dalam kabut subuh, sebuah van hitam melaju pelan di pinggiran kota. Di dalamnya, petugas berpakaian medik—resmi, tenang. Salah satu tas terlihat berisi dokumen berpembungkus plastik. Di kursi belakang, sebuah kotak kecil berlabel kode—barcode yang sama muncul di layar Kenzi tadi.

Di sisi jalan lain, Kaelan & Kairo sudah menempel—mengintip dari balik bayangan, memantaunya. Kairo mengirim pesan ke Najla: lokasi terkunci; gerak sekarang.

Di rooftop seberang, Seraph menunggu di dalam SUV, melihat rute van. Dia mengangkat pipinya sejenak, menatap peta mental. Ada satu variabel yang mengganggu pikirannya—file itu, dan inisial A. Ia tahu, entah kenapa, bahwa malam ini bukan hanya tugas rutin.

Arlen memegangi foto Arvella lagi, mulutnya setengah merah kering. Najla memegang radio kikuk di tangan, napasnya teratur.

Karo di telinga: “Kenzi—status?”

Kenzi (suara bergetar dari server hidden): “Publik tergerak. Mereka belum lock feed. Kalian punya satu window: 4 menit. Kalau van itu bergerak lebih jauh, semua pintu tertutup.”

Arlen berdiri, suara dingin: “Kalau itu bergerak… kita tandai trail itu. Semua yang bisa kita lakukan malam ini—kita lakukan.”

Najla menatap Kaelan, Kairo. “Kalau kita berhasil, publik tahu. Kalau kita gagal, kita tahu siapa yang harus mereka benci.”

Senyap singkat. Satu detik.

Lalu langkah.

---

Cliffhanger — 03.14

Van hitam menyalip lampu jalan—di baliknya, lampu-lampu polisi palsu berkedip. Dari balik pohon, dua bayangan melompat: Kaelan dan Kairo. Mereka merayap ke bak belakang van saat van melambat di lampu merah.

Seraph, di SUV, menekan tombol kecil. Unit Extinguish menutup jalur keluar. Di radio: “Tahan. Jangan pecah sebelum target diamankan.”

Di atap gedung, Kenzi menatap feed live—heartbeat server naik. Di tangan Najla, foto Arvella terasa seperti panas.

Dan di dalam van, kotak kecil itu bergetar—seperti jantung yang salah detik.

Ada suara langkah kaki mendekat. Ada pintu kabin yang terbuka sedikit. Di balik pintu—sebuah tangan tertutup karet memegang borgol baru.

Waktu berhenti sebentar—empat menit terasa seperti seumur hidup.

1
아미 😼💜
semangat update nya thor
Freyaaaa
🤩🤩🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!