NovelToon NovelToon
Not My Type (Unfortunately, You Are)

Not My Type (Unfortunately, You Are)

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Office Romance / Romansa / Enemy to Lovers
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: deborah_mae

7 tahun bertahan, lalu ditinggal tanpa alasan. Hanna pikir, cinta sudah cukup menyakitkan untuk dicoba lagi dan mungkin sudah saatnya ia memilih dirinya sendiri.

Namun jika bukan karena cinta yang pergi tanpa pamit itu.. mungkin dia tidak akan bertemu dengan dr. Hendra.

Sayangnya, dr. Hendra seperti mustahil untuk digapai, meski setiap hari mereka berada di bawah atap yang sama.

Kali ini, akankah Hanna kembali memilih dirinya sendiri? Entahlah..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deborah_mae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GENGGAMAN PERTAMA

Selama kurang lebih 4 jam lamanya perjalanan menuju klinik kebun, akhirnya dr. Hendra dan Hanna sampai dengan selamat. Tentunya, Hanna masih tertidur pulas.

Ketika sedang memarkirkan mobilnya, Hanna mengigau seperti orang kesakitan. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya. Sepertinya Hanna mengalami sleep paralysis.

*Sleep Paralysis \= Ketidakmampuan diri untuk bergerak saat tertidur atau ingin bangun dari tidurnya*

Hanna mengeluarkan suara yang ketakutan. Dengan cepat dr. Hendra paham kondisi yang dialami Hanna. Hal ini kerap terjadi jika seseorang tidak cukup tidur.

“Hanna, bangun Hanna. Hanna..” panggil dr. Hendra dengan menepuk pelan pipi Hanna.

Dia melihat Hanna seperti menangis ketakutan namun matanya tak bisa dibuka dan tubuhnya sulit digerakkan.

Dengan pelan, dr. Hendra mengguncang tubuh Hanna “Hanna.. tenang Hanna.. ini aku, Hendra”

Tiba-tiba mata Hanna terbuka dan langsung memeluk dr. Hendra dengan menangis.

Tangannya gemetar seolah sedang ketakutan.

“Gapapa, Hanna. Kamu aman.. ini aku, Hendra..”

Hanna akhirnya sadar bahwa dia tidak sengaja memeluk dr. Hendra.

Sejenak mereka saling menatap. Dengan berani, dr. Hendra menyeka air mata Hanna.

“Maaf, dok.. Hanna nggak sengaja. Tadi Han..”

“Mimpi buruk? Gapapa, kamu tadi lagi ngalamin sleep paralysis karena kurang tidur..” sambung dr. Hendra.

Dengan cepat, Hanna ingin segera keluar dari mobil itu. Dia merasa malu akan tingkahnya.

Di luar, dr. Arga sudah menunggu Hanna. Dia melihat dr. Hendra berjalan bersama Hanna yang saat itu terlihat tanpa riasan dan wajah yang sembab seperti baru terbangun dari tidur.

“Kamu baru bangun, Han?” tanya dr. Arga

“Umm.. tadi..”

Seketika dr. Hendra langsung meninggalkan Hanna. Seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

Hanna heran melihat tingkahnya.

“Tadi Hanna ketiduran, dok. Soalnya kurang tidur” sambung Hanna.

Mereka sambil berjalan memasuki klinik yang saat itu sedang tidak ramai pasien.

Mereka tiba di gudang obat. Disana sudah ada Andre dan Nico yang sedang melihat kondisi gudang terserbut dan juga ada dr. Hendra.

“Kalo kamu mau, kamu bisa istriahat dulu di mess ku, Han” tawar dr. Arga.

“Hah? Gimana maksudnya?” Tanya dr. Hendra dengan kesal

“Maaf, dok bukan maksud saya aneh-aneh. Selagi kita lagi bertugas disini, biar Hanna istirahat dulu di mess. Lagian mess disini yang bisa dipercaya cuma mess saya. Yang lainnya mess pekerja kebun, dok” jelas dr. Arga

Dengan tegas dr. Hendra menjawab “Nggak. Hanna udah tidur cukup tadi. Kalo mau tidur ya di rumah”

Mendengar ucapan dr. Hendra, Hanna merasa tersinggung.

“Hanna tugas di ruangan dr. Arga aja ya, dok” ucap Hanna kepada dr. Arga.

“Ooh yaudah, Han. Mari aku..”

“HANNA…” panggil dr. Hendra dengan tegas

“APA??” jawab Hanna dengan lantang

“Jangan atur-atur Hanna. Atasan Hanna bukan dokter Hendra” ucap Hanna dengan wajah yang datar

“Tapi saat ini kamu itu tanggung jawab saya” sambung Hendra

Hanna pergi meninggalkan mereka semua yang ada di gudang obat. Lalu ia diikuti dr. Arga.

“Kasar banget sih jadi orang. Labil banget asli. Tadi di mobil ngomong baik-baik. Ngga sampe satu jam udah berubah jadi raja iblis” ucap Hanna dalam hatinya

Hanna melamun di sebuah pohon yang terletak tak jauh dari halaman klinik itu. Disitu Hanna melihat dua ekor ayam kalkun sedang mencari makan di area pohon itu.

“Disini kamu rupanya, Han..” ucap dr. Arga dengan lembut.

Hanna hanya membalas dengan senyuman.

“Hanna.. kamu ngerasa nggak waktu awal-awal kita komunikasi aku pernah tiba-tiba cuek?” Tanya dr. Arga

Mendengar itu, Hanna jadi sedikit terkejut. Dia tidak menyangka bahwa pertanyaan yang telah dilupakannya kini dijawab sendiri oleh dr. Arga.

“I-iya dok..”

“Waktu itu, aku takut, Han..”

“Takut kenapa, dok?”

“Aku takut terlalu jauh masuk ke dalam perasaanku sama kamu..”

Hanna terdiam mendengar pernyataan dr. Arga

“Aku sadar diri, kita berdua tidak di jalan yang sama. Itulah kenapa aku pelan-pelan menekan perasaanku. Tapi justru, aku yang tertekan..”

“Hanna..”

Hanna tampak sedikit panik dengan perilaku dr. Arga.

“Aku mau lebih dekat sama kamu. Aku nggak peduli tembok besar di antara kita. Aku akan tetap biarin kamu di keyakinanmu atau bahkan aku mau ikut kamu..”

Hanna sadar, bahwa ini sudah tidak benar

“Dok.. udah, dok.. jangan paksain hal yang nggak akan ada ujungnya”

“Hanna nggak mau jadi alasan kehancuran untuk dokter Arga..”

“Hanna nggak mau menjauhkan dokter Arga dari keluarga dan Tuhan..” tambah Hanna

Dengan senyuman getir, dr. Arga mencoba memahami maksud Hanna.

“Hehe.. oke aku paham.. tapi tolong jangan jauhin aku, Han..”

Hanna hanya mengangguk pelan dan ragu..

Dengan kecewa, dr. Arga kembali masuk ke dalam klinik. Langkahnya begitu berat. Seakan-akan dia menyesal telah jujur akan perasaannya..

“Mungkin kalau aku nggak jujur, semua akan baik-baik aja..”

***

Malam itu turun hujan. Listrik di mess kebun pun padam. Hal ini membuat Hanna takut. Karena sebelumnya dia jauh dari rumahnya dan merasa asing dengan klinik kebun itu.

Tidak ada yang bisa menenangkan dirinya kecuali dirinya sendiri saat itu. Dia sendirian dalam gelapnya kamar mess yang dia tempati.

Handphone nya mati karena kehabisan baterai.

Hanna mencoba untuk tenang. Namun suara hujan semakin kuat.

Tangannya sedikit gemetar melihat situasi saat itu.

“Tuhan.. tolong jaga dan lindungi aku dan juga adik-adikku yang saat ini sedang jauh dariku..” doa Hanna dengan menangis.

Saat sedang fokus waspada dengan sekitarnya, suara ketukan pintu yang terburu-buru mengejutkan Hanna.

Hanna tidak berani membuka pintu kamarnya. Dia sangat takut.

Terdengar samar-samar suara familiar yang memanggil Hanna.

Tok..tok..tok..

“Hanna.. buka pintunya..”

Dengan cepat Hanna menyeka air matanya “siapa?”

“Hendra..”

Segera Hanna membuka pintu itu.

Saat pintu terbuka, Hanna terkejut melihat wajah dr. Hendra yang disinari dengan lampu Handphone dari bawah dagunya.

“DOKTER!!” rengek Hanna dengan kesal

dr. Hendra tertawa melihat reaksi Hanna

“Kenapa? Takut ya? hahaha” tanya dr. Hendra

Hanna cuma terdiam melihat tingkah laku dr. Hendra

“Ayuk kita ke ruang tamu aja. Kamu pasti takut sendirian di kamar kan?” ajak dr. Hendra

Hanna masih ingat kejadian tadi pagi dan dia masih kesal terhadap dr. Hendra

“Hanna disini aja”

“Yakin?”

“Iya”

“Aku tanya sekali lagi. Yakin?”

Tiba-tiba handphone dr. Hendra mati karena habis baterai.

“DOK???” panggil Hanna dengan panik

Dengan iseng, dr. Hendra tidak menjawab Hanna dan sedikit mundur.

Hanna takut dan tidak suka dengan bercandaan dr. Hendra. Dia pelan-pelan mundur masuk ke kamarnya dengan menangis.

Saat hendak mundur, dr. Hendra menarik tangan Hanna dan membuat Hanna terkejut.

“DOK NGGAK LUCU BERCANDANYA!”

“Nggak, Han. Aku mau bawa kamu dari sini. Jangan lepasin tangan aku, ya..”

Hanna menggenggam tangan dr. Hendra dengan erat. Ia takut terlepas karena saat itu sangat gelap tanpa pencahayaan sedikitpun. Bahkan handphone mereka berdua mati.

“Hanna.. kamu takut?”

Hanna hanya diam saja namun tetap menggenggam tangan dr. Hendra dengan sangat kuat.

Akhirnya mereka mendengar suara teman-teman mereka yang lainnya di satu sumber.

Saat mereka hati-hati mendekat, tiba-tiba listrik menyala dan memperlihatkan dr. Hendra dan Hanna yang sedang berjalan berpegangan tangan.

Semua orang yang melihat mereka berdua tampak tersipu malu. Terkecuali dr. Arga yang tampak terlihat kecewa.

Melihat hal itu, Hanna dan dr. Hendra bergegas saling menjauh.

“Listrik udah nyala kan? Hanna balik ke kamar dulu..” ucap Hanna sambil berlalu meninggalkan mereka.

Yang lain tertawa melihat tingkah Hanna.

“Dok, kok bisa sih pegangan tangan sama kak Hanna? Hahaha” tanya Nico

“Saya tanya balik, deh. Kok bisa kalian ninggalin saya sendirian di mess pas lagi listrik mati begini?”

Semuanya semakin tertawa.

Mereka pun memutuskan untuk berbincang-bincang di ruang tamu sembari menikmati dingin malam yang saat itu masih turun hujan.

Sementara Hanna di kamarnya bergegas mengisi baterai handphone nya dan menanyakan kabar adik-adiknya.

Saat hendak tidur, Hanna menyesal mengikuti ajakan dr. Hendra. Seharusnya dia tetap mendiamkan dr. Hendra sampai ia sadar akan kesalahannya.

“Pengen pulang..” ucap Hanna.

1
kalea rizuky
ambil ver siapa yg mau ma Arga.. laki munafik aja ambil sana karungin/Sleep/ up banyak thor nanti q kasih hadiah dehh bunga atau kopi
kalea rizuky
Hendra ne munafik bgt jangan jodohin dia ma Hanna thor laki plin plan gengsi an dihh
kalea rizuky: poll ada laki mulut lemes amat banci tau
total 2 replies
Quinza Azalea
next
Quinza Azalea: siap😍
total 2 replies
kalea rizuky
siapa jodoh hana thor/Hunger/
deborah_mae: Siapa yaaah😗
total 1 replies
kalea rizuky
Arga ma Hendra beda orang kah
deborah_mae: Bedaaaa
total 1 replies
kalea rizuky
moga abis ne ketemu cogan ya han
deborah_mae: kabar baiknya udah ketemu cogan nih tapi bingung mau milih yg mana🤭
total 1 replies
Quinza Azalea
bagus
Quinza Azalea
lanjut thor
deborah_mae: otw 😍
total 1 replies
Olivier Mira Armstrong
Duh, seru euy! 🥳
deborah_mae: Terimakasih😍👍
total 1 replies
Ichigo Kurosaki
Gak sabar lanjutin.
deborah_mae: waah terimakasih sudah membaca😍 ditunggu bab selanjutnya yaa🤭👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!