Kejadian yang tidak terduga, seorang agen rahasia yang baru menyelesaikan misi nya.
Namun dia dijebak oleh rekannya sendiri yang memang ingin menyingkirkan dirinya. Sehingga dia harus tidur bersama seorang pria asing.
Olivia namanya, sebagai agen rahasia yang selalu sukses dalam menjalankan misinya. Namun hal itu menimbulkan kecemburuan pada rekannya sendiri.
Sehingga Olivia harus melahirkan tiga anak kembar yang super jenius. Dan mereka pun mengasingkan diri di sebuah desa. Delapan tahun kemudian, mereka kembali ke kota.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi semata. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Seluruh cerita di dalamnya hanya imajinasi penulisnya semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Sementara triple A sudah berada di rumah Oma dan Opa nya. Ketiganya disediakan tiga kamar. Namun mereka memilih satu kamar saja.
"Kenapa hanya satu kamar saja?" tanya Adelia.
"Tidak apa-apa Oma, kami sudah terbiasa satu kamar. Lagipula kami masih kecil," jawab Arjun.
Adelia tersenyum. Karena itu sudah keputusan cucunya, maka Adelia tidak akan memaksa.
Sedangkan Mia lebih memilih kamar di bawah berdekatan dengan kamar pelayan. Padahal Adelia sudah memilih kan kamar lain untuknya.
Namun Mia merasa tidak layak. Jadi memilih kamar yang dekat dengan dapur. Kamarnya tidak kalah bagus dari kamar yang lain. Hanya saja lebih kecil dari kamar yang ada.
"Kalian istirahat dulu ya, Oma dan Opa keluar dulu," kata Adelia.
Adelia begitu bahagia. Penantiannya selama ini tentang cucu akhirnya terwujud. Semenjak dia tahu kalau Dewa menghamili seorang wanita.
Adelia tidak kepikiran lagi untuk mencari calon istri untuk putranya, selain wanita yang dihamili oleh Dewa.
Setelah Adelia dan Robinson keluar. Triple A langsung mengeluarkan laptopnya masing-masing.
"Archer, kamu retas pemilik mobil yang mengikuti kita. Aku dan Arjun meretas cctv jalan," kata Arden.
"Siap!" Archer dan Arjun berucap serentak.
Mereka memang diam saat ada mobil yang mengikuti mereka. Namun diam-diam, mereka mengingat nomor plat mobil itu.
Ketiganya bekerja sama mencari informasi tentang mobil yang mengikuti mereka. Namun, mereka terkejut mendapati bahwa orang itu ternyata sudah ditangkap oleh orang yang tidak mereka kenal.
"Apa papa yang bertindak duluan?" tanya Arjun.
"Bisa jadi," kata Arden.
Sementara Archer sudah menemukan pemilik mobilnya. Namun sia-sia, karena pemilik mobil itu sudah tertangkap.
"Siapa wanita ini?" tanya Archer.
Arden dan Arjun pun melihat ke laptop milik Archer. Mereka mengamati seorang wanita yang tidak begitu jelas di cctv.
"Coba di zoom," kata Arden.
Archer pun memperbesar gambar yang sudah di screenshot olehnya. Wajahnya masih tidak begitu jelas.
"Cari informasi wanita itu, mungkin dia dalang dari semua ini," kara Arden.
Archer pun mencari informasi tentang wanita itu. Tidak butuh waktu lama, informasi tentang wanita itu pun sudah didapatkan.
"Wanita itu bernama Luna, seorang agen rahasia yang menjalankan misi menjadi seorang pembunuh berantai," kata Archer membaca informasi yang didapatkan nya.
"Mama dalam bahaya." Mereka secara bersamaan mengucapkan kalimat itu.
Arden segera menghubungi Olivia. Panggilan telepon pun terhubung, Olivia segera mengangkatnya.
"Halo sayang, ada apa?"
"Halo Ma. Mama di mana sekarang?"
"Di mobil dalam perjalanan pulang. Kenapa?"
"Mama hati-hati. Seseorang ingin mencelakai mama."
"Iya Mama sudah tahu. Sebaiknya kalian yang harus berhati-hati."
"Pasti Ma, sekarang kita tahu kenapa Mama melatih kami begitu keras."
Olivia tersenyum. Kemudian Olivia pun menyudahi panggilan teleponnya. Dewa hanya mendengar sebelah pihak, tapi Dewa bisa menebak jika anak-anaknya mengkhawatirkan mama nya.
"Kita harus buat senjata rahasia," kata Arjun.
"Kalau begitu kita ajak Oma keluar untuk membeli peralatannya," kata Arden.
Mereka pun sepakat untuk mengajak Adelia keluar dengan alasan berbelanja. Mereka mandi dan berganti pakaian.
Belum sempat mereka keluar dari kamar, pintu kamar mereka sudah diketuk. Arjun pun segera membuka pintu.
"Ma, Pa." triple A menyapa Dewa dan Olivia.
"Kalian mau ke mana dengan pakaian rapi begini?" tanya Olivia.
"Ngajak Oma berbelanja," jawab Arden.
"Kami mau beli peralatan untuk membuat senjata rahasia," kata Arjun.
"Kalian bisa?" tanya Dewa.
"Kami belum pernah, tapi kami akan mencoba," jawab Archer.
Dewa berpikir, ada baiknya putranya memiliki senjata rahasia untuk melindungi diri sendiri. Kemudian Dewa pun mengajak mereka ke kamarnya.
"Papa punya ini," kata Dewa setelah membuka tempat penyimpanan.
"Boleh kami menggunakannya Pa?" tanya Arden.
"Boleh. Jika memang kalian bisa membuat senjata rahasia, Papa tidak akan keberatan," jawab Dewa.
Dewa membantu membawa kotak tersebut ke dalam kamar triple A. Mereka sangat senang karena papanya ternyata menyimpan barang-barang yang mereka butuhkan.
Karena tidak ingin di ganggu, mereka pun mengunci pintu dari dalam. Dewa dan Olivia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Dewa pun mengantar Olivia ke kamarnya yang bersebelahan dengan triple A. Dewa meminta Olivia untuk beristirahat.
"Istirahatlah, aku yakin anak-anak bisa," kata Dewa. Olivia hanya mengangguk lalu mengucapkan terima kasih.
Kemudian Dewa pun keluar dari kamar Olivia lalu masuk ke dalam kamarnya. Dewa ingin mandi karena tubuhnya terasa lengket.
Setelah selesai mandi, ponsel Dewa berdering. Dewa yang hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuhnya pun langsung menjawab panggilan tersebut.
"Bagaimana?" tanya Dewa langsung ke intinya.
"Mereka suruhan seseorang yang bernama Luna. Apa Tuan kenal?" tanya Josua.
"Ya, nanti aku akan cari tahu informasi tentang Luna. Sekarang, kalian bereskan saja orang itu tanpa menimbulkan jejak."
"Siap Tuan!"
Kemudian panggilan telepon pun terputus secara sepihak. Dewa melempar ponselnya ke tempat tidur. Kemudian ia berganti pakaian dengan pakaian santai.
Sementara di tempat lain ...
Luna yang menunggu kabar dari anak buahnya pun merasa tidak tenang. Karena sampai saat ini dia belum mendapatkan kabar sama sekali.
Akhirnya Luna pun menghubungi nomor anak buahnya. Nomor telepon yang Luna hubungi sudah tidak aktif lagi.
"Sial! Dihubungi pun nomornya tidak aktif!" Maki Luna.
Luna mencoba berkali-kali, namun tetap sama. Dan hanya suara operator yang menjawab.
"Bedebah! Ke mana saja mereka? Dari tadi tidak ada kabar, dihubungi malah tidak aktif!" Luna marah. Kemudian ia mengambil kunci mobil dan segera keluar.
Luna mengendarai mobilnya menuju kediaman Mister Black. Luna akan meminta bantuan Mister Black untuk menghancurkan Olivia.
Luna akan meyakinkan jika Olivia berhasil dengan misinya waktu itu. Jadi Luna akan memprovokasi Mister Black.
Mobil Luna melaju dengan kecepatan tinggi. Hingga akhirnya dia pun tiba di kediaman Mister Black.
Pintu gerbang langsung terbuka. Karena para penjaga sudah mengenal mobil Luna. Jadi mereka langsung mengizinkan Luna untuk masuk.
"Ada apa?" tanya Mister Black.
Tidak ada yang tahu wajah dibalik topeng hitam itu. Bahkan Olivia sendiri pun tidak tahu. Karena Mister Black selalu menggunakan topeng menutupi wajahnya.
"Olivia sekarang sudah berkeliaran bebas. Aku yakin berlian itu masih ada di tangannya," jawab Luna.
Saat ini Luna dan Mister Black saling duduk berhadapan. Mister Black mengerutkan keningnya. Ia berpikir, jika Olivia benar-benar berhasil dengan misinya.
"Apa Bos tidak merasa curiga? Olivia menghilang setelah misi itu. Dan berlian itu juga dinyatakan hilang," kata Luna.
"Maksudmu, Olivia melarikan berlian itu?"
"Tepat sekali. Jika tidak, tidak mungkin dia langsung kabur."
Mister Black manggut-manggut. Penjelasan dari Luna menurutnya masuk akal. Kemudian Mister Black memanggil anak buahnya.
"Tuan." Beberapa orang anak buah Mister Black menunduk hormat.
"Cari Olivia sampai dapat. Aku ingin dia ditangkap hidup-hidup!" perintah Mister Black.
"Siap Tuan!"
Kemudian mereka pun menunduk hormat, lalu pamit undur diri untuk mencari Olivia.