NovelToon NovelToon
Kumpulan Cerita HOROR

Kumpulan Cerita HOROR

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Dunia Lain / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Tumbal
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayam Kampoeng

Sebuah novel dengan beragam jenis kisah horor, baik pengalaman pribadi maupun hasil imajinasi. Novel ini terdiri dari beberapa cerita bergenre horor yang akan menemani malam-malam mencekam pembaca

•HOROR MISTIS/GAIB
•HOROR THRILLER
•HOROR ROMANSA
•HOROR KOMEDI

Horor Komedi
Horor Psikopat
Horor Mencekam
Horor Tragis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayam Kampoeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28 SEKTE SESAT Part 3

POV SARIWATI (KETIKA RITUAL SEDANG BERLANGSUNG)

Malam itu, dinginnya udara desa Bawakaraeng terasa menusuk hingga ke tulang. Kabut tipis menyelimuti lereng gunung, menciptakan bayangan-bayangan samar yang menari di bawah cahaya bulan. Sariwati duduk di pojok kamar rumah dinasnya yang gelap, memeluk lutut dengan tubuh gemetar. Matanya menatap kosong ke arah jendela yang tertutup tirai, seolah berharap malam segera berlalu. Tapi bisikan itu... bisikan dari balik semak tadi malam... terus terngiang di telinganya.

“Sari... wati... gabung... atau mati...”

Suara itu bukan sekedar bisikan. Suara itu desisan, seperti suara ular yang merayap di kulitnya, dingin dan licin, menyusup ke dalam pikirannya. MENJIJIKKAN! HIIIIIH!! Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa suara itu hanyalah halusinasi, karena dia kelelahan dan rasa takut atau shock karena baru mengenal lingkungan baru. Tapi semakin dia mencoba melupakan, semakin jelas suara itu menggema di benaknya.

Ponsel Sariwati lantas bergetar. Sebuah pesan masuk. Dari Andi. “Kak, malam ini ada ritual di gua. Kakak coba ikut, deh. Biar kau paham.”

Jantung Sariwati seketika berdebar kencang. Dia menatap layar ponselnya dengan cemas. Ritual? Apa maksudnya? Yang dia tahu, sejak kecil memang Andi mudah sekali penasaran akan sesuatu, tapi keterlibatannya dengan hal-hal aneh seperti ritual di gua membuat Sariwati resah.

Terlebih setelah dia melihat Pak Rahman dan Bu Aisyah, dua tokoh desa yang seharusnya menjadi panutan, malah menormalisasi ritual di gua. Ini sudah jauh melenceng dari ajaran agama yang mereka anut. Dan yang paling Sariwati ingat adalah, sorot mata mereka seperti menyimpan sesuatu yang gelap. Ada kilatan aneh, seperti api yang membara di kegelapan, yang membuat Sariwati merinding setiap kali bertemu pandang dengan mereka.

Sariwati tak bisa tinggal diam. Sesuatu sedang terjadi di desa ini, dan adiknya Andi terlibat terlalu dalam. Dengan tekad yang mulai mengalahkan rasa takut, Sariwati mengenakan jaket tebal, menggenggam senter kecil, dan melangkah keluar rumah dinas. Udara malam menyambutnya dengan dingin yang menggigit, seolah-olah memperingatkan bahwa dia akan memasuki wilayah yang tak seharusnya dijelajahi.

Jalan setapak menuju gua tempat ritual itu berkelok-kelok, dan diselimuti kegelapan yang pekat. Pohon-pohon di sisi jalan tampak seperti siluet raksasa, dengan dahan-dahan menjulur seperti tangan-tangan keriput yang ingin mencengkeram siapa pun yang lewat.

Suara serangga malam bercampur dengan desau angin, menciptakan simfoni mencekam yang membuat bulu kuduknya berdiri.

Aroma amis yang sempat dia cium tadi malam kini semakin kuat, bercampur dengan bau kemenyan dan sesuatu yang busuk, seperti daging yang membusuk di bawah tanah. Sariwati bahkan mual dan hampir muntah. Dengan sigap dia menutup hidungnya.

Langkahnya terhenti ketika dari kejauhan ia melihat cahaya obor berkelap-kelip. Cahaya itu berasal dari mulut sebuah gua besar yang menganga seperti mulut monster dan siap menelan siapa pun yang mendekat. Semakin dekat, gumaman suara-suara mulai terdengar, membentuk semacam nyanyian monoton yang menggetarkan udara. Sariwati bersembunyi di balik semak-semak di dekat sana. Dia menahan nafas, kemudian mengintip ke dalam gua.

Di dalam gua, puluhan warga desa Bawakaraeng berkumpul membentuk sebuah lingkaran. Di tengah lingkaran, berdiri sebuah altar batu hitam yang besar, terlihat dingin dan angkuh. Di atas altar itu, diletakkan sesajen berupa bunga layu, potongan daging mentah, dan sebuah wadah berisi cairan merah kental. Darah, pikir Sariwati, dan dia yakin itu bukan darah hewan.

Pak Rahman berdiri tegak di depan altar, mengenakan jubah hitam dengan ukiran aneh berwarna merah darah. Di sampingnya, Bu Aisyah mengenakan pakaian serupa, tapi wajahnya tampak lebih tua dari biasanya, dengan mata yang cekung dan bibir yang tersenyum dingin. Mereka bukan lagi orang-orang dari desa Bawakaraeng yang dikenalinya. Mereka seperti... Cangkang kosong.

“Saudara-saudaraku yang setia!” suara Pak Rahman menggema, dipantulkan oleh dinding-dinding batu gua. “Malam ini adalah malam yang agung! Ratu Bayang telah datang! Kita akan menambahkan aturan suci kita menjadi sebelas!”

Sorakan antusias menyambut kalimat Pak Rahman. Sariwati menatap ke arah kerumunan, dan matanya membelalak saat menangkap sosok Andi ada di sana. Andi berdiri di barisan paling depan, matanya terpejam, mulutnya ikut menggumamkan nyanyian. Wajahnya pucat, tapi ada ekspresi kepuasan seperti menikmati sesuatu yang nikmat dan tampak menakutkan bagi Sariwati. Wajah nikmat Andi terlihat seperti dia sedang mengalami sesuatu di dalam batinnya.

“Aturan suci kesepuluh,” lanjut Pak Rahman, suaranya naik satu oktaf, “...adalah Persembahan Jiwa! Untuk menyenangkan Ratu Bayang, kita harus membuktikan kesetiaan kita dengan memberikan yang paling berharga!”

Sariwati menahan nafas dan tercengang. Persembahan jiwa? Apa maksudnya? Siapa yang akan dikorbankan atau jadi tumbal!?

Bu Aisyah maju ke depan, memegang pisau kuningan yang berkilau di bawah cahaya obor. Matanya menyapu kerumunan, menatap tajam dan lapar, seolah-olah sedang mencari mangsa. Aroma darah dan kemenyan semakin pekat memenuhi gua dengan hawa kematian tersebut.

“Dan aturan suci kesebelas,” Pak Rahman mengumumkan, “...adalah Perjalanan Abadi! Dengan membayarkan mahar suci sebesar tujuh juta rupiah, Ratu Bayang akan membimbing jiwa kita langsung ke surga, melampaui semua cobaan dan ujian duniawi!”

Para pengikutnya berteriak, “Hidup Ratu Bayang!” menggema di seluruh penjuru gua. Beberapa warga desa mengeluarkan dompet mereka, menyerahkan bungkusan uang kepada pengurus sekte yang berjaga di pinggir lingkaran. Sariwati melihat Ibu Siti menyerahkan segepok uang dengan tangan gemetar, wajahnya penuh harapan dan ketakutan. Mereka percaya. Dan mereka rela.

"Ibu..." gumam Sariwati sambil menutup bibirnya.

Tiba-tiba, cahaya obor redup secara misterius. Gua diselimuti kegelapan sesaat. Hanya suara nafas yang terengah-engah dan gumaman ketakutan yang terdengar. Sariwati diterpa hawa dingin yang menusuk, seolah-olah ada entitas tak kasat mata yang lewat di depannya.

Saat obor kembali menyala terang, darahnya membeku. Di belakang Pak Rahman, berdiri bayangan hitam raksasa, jauh lebih tinggi dari manusia. Bayangan itu berbentuk siluet wanita, dengan rambut panjang terurai dan gaun yang berkibar meski pun tak ada angin. Wajahnya kabur, hanya sepasang mata merah menyala yang memancarkan amarah dan kekejaman.

Itu dia! Ratu Bayang!

Bayangan itu melayang di atas kepala kerumunan. Bisikan-bisikan aneh bergumam mengerikan terdengar, bukan dari Pak Rahman, tapi dari Ratu Bayang itu sendiri. Suara mendesis yang membuat telinga berdenging. Beberapa warga desa meronta, seolah-olah sedang kesakitan, tapi warga desa lain ada yang bersujud, menyembah bayangan itu dengan khusyuk.

Andi tiba-tiba ambruk. Tubuhnya kejang-kejang di lantai gua, mulutnya mengeluarkan busa. Sariwati ingin berteriak, ingin berlari menyelamatkan adiknya, tapi kakinya terpaku. Mata Andi terbuka lebar, menatap lurus ke arah semak tempat Sariwati bersembunyi. Matanya kini sepenuhnya putih, tanpa pupil.

“Persembahan... persembahan...” Andi menggumamkan kata itu berulang-ulang dengan suara yang bukan miliknya. Suara itu milik seorang wanita, parau dan penuh dendam.

Pak Rahman tersenyum puas. “Ratu Bayang telah memilih!” serunya, menunjuk ke arah Andi. Beberapa pengikut bergegas menghampiri Andi, mengangkatnya dan menaruhnya di atas altar batu.

Sariwati tak bisa lagi menahan diri. Dia harus melakukan sesuatu. Tapi saat dia hendak bergerak, sebuah tangan dingin mencengkeram bahunya dari belakang. Ia berbalik dengan kaget, dan menemukan Bu Aisyah berdiri di sana, tepat di belakangnya. Wajah Bu Aisyah kini benar-benar kosong tanpa ekspresi, hanya seringai mengerikan yang terlukis di bibirnya. Matanya merah menyala, sama seperti mata Ratu Bayang.

“Selamat datang, Sariwati,” bisiknya, suaranya serak dan jelas-jelas suara itu bukan miliknya. “Ratu Bayang menunggumu.”

Sariwati menjerit sejadi-jadinya. Namun sayangnya, sang malam pun menelan suaranya...

*

1
Ayam Kampoeng
terima kasih buat yg sudah kasi koin ya 🙏😊
Ayam Kampoeng
siap kak🙏
WONG NDESO
lanjutkan
Ayam Kampoeng: siap kak 🙏
total 1 replies
WONG NDESO
mantab
WONG NDESO
lanjut
WONG NDESO
baguss
WONG NDESO
bagus
Ayam Kampoeng: makasi kak... 😊
total 1 replies
Hot Daddy
ceritanya okay bgt. ngeri2 merinding bacanya. anti typo juga. aku suka banget, Thor... lanjuuuuut

buat othor ganteng ni kukasi kue dah xixixi 🥧🍰🧁🍮🍧🥮🥠
Hot Daddy
yaaah udh tamat. kakak orang Bali ya? kok ceritanya detail banget kak? hehehe
Ayam Kampoeng: bukan... 🙏 saya orang Indonesia yg nomaden dan suka menulis pengalaman menjadi sebuah karya 😊
total 1 replies
Mini_jelly
Rasain lu ndra!!!
Ayam Kampoeng: Ndra...
ato Ndro? 🤣🤣
total 1 replies
Mini_jelly
seruuu, 🥰🤗
Mini_jelly: sama2 kak 🥰
total 2 replies
Mini_jelly
Bully itu emg bukan cuma fisik. Ejekan kecil yang diulang-ulang, pandangan sinis, atau diasingkan perlahan-lahan juga membunuh rasa percaya diri. Sadar, yuk."
Sebelum ikut-ikutan nge-bully, coba deh tanya ke diri sendiri. Apa yang akan aku rasakan jika ini terjadi padaku atau adik/keluargaku?
☺️🥰
Ayam Kampoeng: 😊😊😊........
total 3 replies
Mini_jelly
😥😭😭
Ayam Kampoeng: nangis .. 🥲
total 1 replies
Mini_jelly
🤣🤣🤣
Ayam Kampoeng: hadeh ..
total 1 replies
Mini_jelly
me too 🥰❤️
Ayam Kampoeng: ekhem 🙄🤭
total 1 replies
Mini_jelly
udh lama gk mampir, ngopi dlu 🥰
Ayam Kampoeng: kopi isi vanila. kesukaan kamu 🤤🤸🤸
total 1 replies
Mini_jelly
🤣🤣🤣🤣
Ayam Kampoeng: malah ketawa... 😚😚😚💋
total 1 replies
Mini_jelly
semangat nulisnya pasti seru nih 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!