Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Ceramah Istri
"Kita di sini sedang makan dan tolong jangan ada yang memulai keributan atau memperpanjang masalah. Di sini juga ada orang yang lebih tua yang harus dihormati, jadi apa salahnya untuk kita semua saling mengerti satu sama lain," ucap Aliza yang berusaha untuk menenangkan situasi yang panas.
"Aku hanya tidak suka jika suami kamu berbicara sembarangan," sahut Ardito.
"Aku mohon untuk jangan memperpanjang semua ini lagi," sahut Aliza.
"Benar apa kata Aliza, kita semua yang berada di sini adalah orang-orang yang dewasa. Jadi tolong sebaiknya untuk bersikap lebih dewasa lagi. Kita juga berada di depan makanan dan tidak sebaiknya bertengkar di meja makan," ucap Mayang dengan bijak.
"Baiklah, kalau begitu kita lanjutkan saja makan siang ini," sahut Dhafian.
"Kau enak Aliza bisa mengatakan seperti ini karena kau berhasil mengambil orang yang aku sukai. Dhafian kau juga terlalu lancang berbicara kepadaku yang selama ini kau hanya memanfaatkanku, aku benar-benar sangat muak dengan kalian berdua," batin Arum.
"Kau jangan senang dulu Dhafian, jangan kau pikir aku diam seperti ini, maka aku akan membiarkanmu bersenang-senang dengan orang yang sudah aku inginkan sejak dulu, tidak Dhafian, hal itu tidak akan pernah terwujud sama sekali. Kau lihat saja apa yang akan aku lakukan kepadamu dan kau akan menyesal telah bermain-main denganku," batin Ardito yang juga tidak kalah memiliki dendam kepada Dhafian.
Akhirnya makan siang mereka selesai juga yang sekarang keempat orang itu berada di depan Restaurant.
"Saya dan istri saya harus pamit terlebih dahulu, makasih untuk waktu makan siang kita bersama dan semoga lain kali kita bisa makan seperti ini," ucap Dhafian.
"Saya yang mengucapkan terima kasih kepada kamu Dhafian, karena tidak mengizinkan Aliza untuk makan bersama kami dan kamu juga tidak keberatan untuk ikut," sahut Mayang.
"Tidak masalah sama sekali, saya justru senang dan jarang-jarang momen seperti ini bisa ada," sahut Dhafian dengan tersenyum.
"Baiklah kalau begitu kami permisi dulu dan sampai ketemu di lain waktu," ucap Dhafian. Aliza juga berpamitan dengan Mayang dan tidak lupa berpelukan. Dhafian selalu memperlihatkan keromantisan yang membuka pintu mobil dan kemudian istrinya masuk ke dalam mobil tersebut.
"Arum, kita juga harus pulang. Ardito kami permisi dulu dan terima kasih sudah makan siang bersama kami dan semoga apa yang dibicarakan tadi tidak masuk ke dalam hati kamu agar tidak terus terjadi kesalahpahaman. Tante juga berharap kamu sudah mulai bisa menerima Aliza tidak memiliki kehidupan bersama laki-laki lain," ucap Mayang.
"Tante tidak perlu memikirkan hal itu, saya baik-baik saja dan tidak masalah sama sekali," jawab Ardito dengan tersenyum yang padahal sudah sangat jelas sejak tadi dia tidak menikmati makan siang tersebut justru dendamnya semakin besar kepada Dhafian.
"Ayo Arum kita pulang," ajak Mayang membuat Arum menganggukan kepala. Ardito menghela nafas yang kemudian meninggalkan tempat itu.
Arum dan Mayang yang berada di dalam mobil dengan Mayang yang menyetir dan Arum duduk di sebelahnya.
"Mama tidak suka jika kamu mengulangi kejadian ini lagi," ucap Mayang.
"Mama menyalahkan Arum?" tanya Arum.
"Lalu apa lagi hah! Kamu sudah dewasa dan bersikap seperti anak kecil," ucap Mayang.
"Kenapa kamu mengatakan Arum seperti anak kecil dan seharusnya Aliza!" tegas Arum yang seperti biasa tidak ingin disalahkan.
"Apa kesalahan Aliza hah! Kamu yang tiba-tiba saja mengajak Ardito untuk makan bersama dan padahal kamu tahu jika Aliza sudah menikah dan mereka berdua juga hampir menikah. Kamu seharusnya tidak pantas mencari masalah dan ketika Dhafian muncul dan barulah kamu marah kepadanya," ucap Mayang yang benar-benar menegur putrinya itu agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali.
"Mama terus aja bersikap seperti ini dan terus menyalahkan Arum. Mama tidak tahu jika sampai saat ini Arum belum bisa menerima Aliza menikah dengan laki-laki itu!" tegas Aliza.
"Papa kamu sudah mengatakan jika Dhafian mendekati kamu karena hanya memanfaatkan kamu. Kenapa kamu tidak sadar juga, kenapa kamu begitu bodoh!" tegas Arum.
"Lalu bagaimana dengan Aliza. Apa dia tidak lebih bodoh daripada aku yang sekarang sudah menikah dengan Dhafian!" tegas Arum.
"Aliza dijebak dan bedakan dia dengan kamu dan kamu tidak bisa terus-terusan menyalahkan di atas pernikahan ini. Kamu sangat mengenal bagaimana sepupu kamu dan kalian berdua juga tumbuh bersama sejak kecil. Mama benar-benar sangat kecewa kepada kamu yang seperti anak kecil yang bertindak di luar batas!" tegas Mayang yang membuat Arum sudah tidak bisa membela diri lagi dan lebih memilih untuk diam.
"Jangan seperti ini lagi. Mama tidak suka!" tegas Mayang yang tidak direspon Arum.
Aliza yang juga bersama suaminya di dalam mobil yang duduk di kursi belakang dan seperti biasa Arga pasti menyetir mereka berdua.
"Kenapa selalu berbohong jika kita bersama orang lain," ucap Aliza yang membuat Dhafian menoleh ke arahnya.
"Apa maksudnya?" tanya Dhafian.
"Tuan terus saja berbohong dan bertingkah sangat berlebihan saat ada orang lain. Untuk apa menunjukkan semua itu dan apa yang ingin tuan harapkan dari mereka, apa tuan sengaja membuat masalah semakin banyak," jawab Aliza.
"Terserah diriku ingin melakukan apapun dan bertindak seperti apapun di depan mereka terhadap kamu," jawab Dhafian dengan santai.
"Saya ini istri tuan yang dinikahi secara sah. Tuan seharusnya bisa bersikap lebih bijak dan apa yang tuan lakukan justru mempermalukan saya dan juga merendahkan harga diri saya. Apa tuan tidak sadar jika mempermainkan saya di depan keluarga saya," ucap Aliza.
"Aliza kenapa kau suka sekali meributkan sesuatu yang tidak penting hah! Bukankah kau barusan mengatakan bahwa kita menikah secara sah dan itu artinya apa yang kita lakukan di depan umum itu tidak ada yang salah," ucap Dhafian yang tidak pernah mau kalah dari istrinya.
"Kesalahan besar jika bersikap berlebihan di depan orang lain, bermesraan dengan istri di depan orang lain itu sama saja dengan pamer dan bisa menjadi ain. Allah juga tidak menyukai orang-orang yang pamer dan apalagi sengaja tanpa ada keikhlasan di dalam hati!" tegas Aliza
Dhafian diam tanpa berkata apapun yang terlihat dari wajahnya sangat kesal jika sudah diceramahi oleh istrinya dan apalagi Arga dapat dipastikan mendengar pembicaraan mereka berdua dan hanya melihat dari kaca spion yang ingin mengetahui bagaimana ekspresi tuannya itu tampak tidak berdaya.
"Jadi saya minta kepada tuan tidak bersikap seperti ini lagi di depan umum dan apalagi sengaja memperlihatkannya kepada keluarga saya atau membuat orang lain merasa cemburu!" tegas Aliza.
"Kau diamlah jangan menceramahi ku," sahut Dhafian yang terlihat begitu sangat kesal dan langsung menoleh ke arah jendela yang sudah tidak bersemangat sama sekali.
"Aku benar-benar salah menikah dan setiap hari harus diceramahi olehnya, ada saja yang membuatnya merasa salah dan padahal yang aku lakukan biasa saja. Aku emang sengaja ingin membuktikan kepada laki-laki itu bahwa aku bisa melakukan apapun kepadanya, bukannya menikmati perannya dan malam marah-marah seperti ini dan kalau di sana saja terima-terima saja," Dhafian tidak henti-hentinya mengoceh di dalam hatinya.
Bersambung....