NovelToon NovelToon
ISTRI KANDUNG

ISTRI KANDUNG

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Keluarga / Angst / Romansa / Dark Romance
Popularitas:46.8k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi_Gusriyeni

Penolakan Aster Zila Altair terhadap perjodohan antara dirinya dengan Leander membuat kedua pihak keluarga kaget. Pasalnya semua orang terutama di dunia bisnis mereka sudah tahu kalau keluarga Altair dan Ganendra akan menjalin ikatan pernikahan.

Untuk menghindari pandangan buruk dan rasa malu, Jedan Altair memaksa anak bungsunya untuk menggantikan sang kakak.

Liona Belrose terpaksa menyerahkan diri pada Leander Ganendra sebagai pengantin pengganti.

"Saya tidak menginginkan pernikahan ini, begitu juga dengan kamu, Liona. Jadi, jaga batasan kita dan saya mengharamkan cinta dalam pernikahan ini."_Leander Arsalan Ganendra.

"Saya tidak meminta hal ini, tapi saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih sepanjang hidup saya."_Liona Belrose Altair.

_ISTRI KANDUNG_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 : Pergi Bersama Ibu Mertua

Saat jam istirahat, Gita menemui Liona di kampus karena merasa khawatir dengan menantunya itu setelah kedatangan Luciana tadi pagi.

Liona setengah berlari mendekati Gita dan langsung memeluk ibu mertuanya itu, seperti seorang anak kecil yang didatangi oleh ibunya ke sekolah.

Gita memeluk Liona sambil memejamkan mata, meresapi hangatnya pelukan itu dan mencium kedua pipi Liona.

“Mama ingin bicara, kamu sudah makan?” Liona menggeleng sambil tersenyum.

“Belum, Ma. Yuk kita makan dulu, kafe di depan enak kok makanannya. Kalau di kantin sekarang rame banget.” Gita tersenyum dan mencubit dagu menantunya.

“Ayo!”

Gita menggandeng tangan Liona dan menyeberangi jalanan karena letak kafe itu di seberang kampusnya.

Mereka memilih duduk di dekat jendela lalu memesan makanan.

Selesai makan dan terlihat santai, Gita mengutarakan niat hatinya menemui Liona ke kampus itu.

“Ya ampun Mama. Aku gapapa juga, lagian tadi Lean udah ceritain semuanya sama aku. Mama gak perlu capek-capek datangi aku ke sini juga.” Liona merasa sungkan karena ibu mertuanya harus mendatangi kampusnya itu.

“Mama hanya gak mau hubungan kamu sama Leander rusak karena perempuan itu, Liona. Mama takut.” Gita menggenggam kuat tangan Liona, tentunya dibalas oleh perempuan itu.

“Gak perlu takut, Ma. Sekali pun memang Lean pernah berbuat yang bukan-bukan sama dia, itu kan masa lalu. Dan faktanya Lean gak begitu, aku percaya penuh sama suami aku ketimbang orang lain.”

“Mama lega, Nak. Mama udah pusing di rumah mikirin kamu.” Liona terkekeh dan mencium lembut tangan Gita.

“Karena Mama udah lega, mending Mama pulang aja ya, duduk manis di rumah dan jangan lupa nge-gym. Seperti jadwal yang udah kita susun bareng,” ujar Liona dengan ceria.

“Mama mau nemenin kamu di sini aja, boleh kan? Nanti kita pulang bersama.”

“Sekarang baru jam satu, Ma. Aku pulang nanti jam empat.”

“Gak masalah, Mama bisa nungguin kamu di depan kelas.” Liona mengangguk karena memang di depan kelasnya ada bangku untuk menunggu.

Mereka berdua kembali ke kampus dan Liona menemani Gita ngobrol sampai kelasnya dimulai. Gita setia menunggu Liona sampai selesai, sepanjang menanti, dia menatap menantu perempuannya itu dengan seksama.

Begitu cantik, imut, dan lembut. Liona seakan betul-betul Anastasia yang dia nantikan selama ini tapi sayangnya, semua hanyalah sebuah kemiripan saja. Liona bukan sekadar menantu bagi Gita, melainkan lebih dari itu dan Liona adalah anak kesayangannya saat ini.

Setelah mata kuliah usai, Liona bergegas keluar kelas dan kembali memeluk Gita. “Aku udah selesai, Ma. Ayo pulang!” ajaknya dengan ceria.

Gita dan Liona jalan berdampingan sembari pegangan tangan. “Temani Mama belanja dulu ya. Mama udah lama gak jalan-jalan di mall dengan hati yang lega begini.”

“Boleh.”

Selang sepuluh menit Gita dan Liona pergi ke mall. Leander datang menjemput istrinya itu tapi teman-teman Liona yang masih di sana mengatakan kalau Liona sudah pulang dengan Gita.

Leander menghubungi istrinya namun ponsel istrinya tidak aktif, dia menghubungi Gita tapi tidak diangkat.

Leander memacu mobilnya pulang, orang pertama yang dia cari adalah Liona lalu Gita.

“Nyonya besar sama nyonya muda belum pulang, Tuan.” Laporan dari pelayan itu membuat Leander semakin panik.

Dia kembali menghubungi Gita, tetap tidak diangkat. “Aduh, ini mereka berdua ke mana?” lirihnya sembari memainkan layar ponsel.

...***...

Di mall, Liona dan Gita ditemani oleh Tristan karena tadi Gita sempat menghubungi Tristan untuk menemani mereka. Tristan sendiri tidak keberatan dan dengan senang hati menemani dua perempuan itu.

Saat memilih belanjaan, Tristan terus memperhatikan wajah Liona yang menurutnya sangat cantik dan imut untuk ukuran istrinya Leander. Bagaimana tidak? Usia Liona dengan Leander terpaut sepuluh tahun dan Liona benar-benar seperti anak kecil.

“Lio, kamu gak malu punya suami bangkotan kayak Leander?” Liona membulatkan matanya dan menatap Tristan lalu memukul lengan pria itu.

“Berhenti bilang suami aku bangkotan, Tristan. Suami aku masih muda, usianya masih 30 tahun dan dia masih sangat tampan. Kamu ini,” rungut Liona yang membuat Tristan semakin ingin mengisengi dia.

“Tampan dari mana? Di antara kami semua, yang paling jelek itu ya si Leander.” Liona melotot lagi sambil membuka mulutnya.

“Enak aja, suami aku itu yang paling tampan. Bahkan...” Liona menatap Tristan dari atas sampai bawah dan tersenyum miring, “Lebih tampan dari kamu tau.”

Bukannya marah, Tristan malah tertawa lepas setelah mendengar perkataan Liona barusan.

“Oke anak manis, terserah kamu. Pegang suami bangkotanmu itu kuat-kuat biar gak dicomot pelakor.” Tristan mencubit dagu Liona dengan gemas.

“Leander itu udah aku kasih tanda, jadi kalau ada pelakor yang berniat ganggu, pasti akan mikir dulu.” Tristan mengerutkan dahinya.

“Tanda? Tanda apa?” tanya Tristan heran.

“Tanda di leher dia.” Jawaban Liona diiringi dengan sorakan kecil yang begitu gembira hingga Tristan tertawa lepas dan kembali mencubit dagu Liona lalu mengacak rambut kakak iparnya itu.

Liona mem-pout-kan bibirnya pada Tristan dan itu sangat lucu.

“Kok kamu gak dikasih tanda juga di leher?” tanya Tristan yang sengaja memancing Liona.

“Ada kok, tapi gak keliatan aja.”

“Di mana?”

“Di sini.” Liona menunjuk ke arah dadanya hingga Tristan kembali tertawa dan geleng-geleng kepala.

“Oke. Pantas gak keliatan.” Liona mengangguk dan baru menyadari apa yang sudah dia katakan pada Tristan.

Liona menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan karena malu. Tristan terkekeh saat sadar kalau Liona sudah selesai loading dengan ucapannya tadi.

“Jangan malu begitu, santai aja.” Tristan menyeletuk dan itu semakin membuat pipi Liona bersemu merah.

“Tapi aku malu, kamu juga ngapain sih nanya-nanya begitu.” Tristan memegang kedua tangan Liona agar tidak menutupi wajahnya lagi.

“Hiburan saja, karena kamu tampak serius sekali hari ini,” balas Tristan.

Mereka berdua hanya saling melempar senyum lalu fokus memilih barang belanjaan, sementara Gita dari tadi sibuk memilih baju untuk Liona dan Karina.

...***...

Mendengar suara mobil memasuki halaman utama mansion, Leander yang berdiri di balkon kamarnya bergegas turun ke bawah. Dia sudah diberitahu oleh Tristan kalau mereka tadi pergi ke mall di ajak Gita.

Sekarang juga sudah malam. Semua belanjaan dibawa oleh pelayan dan Tristan membukakan pintu untuk Gita.

Setelahnya dia membuka pintu penumpang dan berniat menggendong Liona yang sudah ketiduran. Baru akan memasukkan kepala ke dalam mobil, Leander menarik bahu Tristan hingga dia keluar lagi.

“Biar aku yang bawa, kau jangan sentuh dia.” Tristan tersenyum.

“Ya sudah, lagian aku sudah puas juga mencubit dagu istrimu. Sana gendong, dia kelelahan karena kami semua menghabiskan hari yang seru.” Tristan melenggang pergi setelah meledek Leander.

“Adik kurang ajar,” umpatnya lalu menggendong Liona.

Wajah Liona menempel di lehernya dan jelas Leander bisa merasakan kalau suhu tubuh istrinya panas.

Dia bergegas ke dalam kamar dan menidurkan Liona di atas kasur. Saat melepaskan sepatu istrinya, Liona mengigau seperti semalam.

Leander menaruh sepatu itu di lantai dan menyentuh kening istrinya, suhunya semakin panas.

“Lio, bangun.” Leander menepuk-nepuk pelan pipi Liona hingga perempuan itu bangun dengan wajah pucat dan keringat bercucuran di kening dan pelipisnya.

“Aku di mana?” Leander memeluk Liona, mendekap erat istrinya lalu mengusap lembut punggung itu.

“Kamu di rumah, kamu aman. Tenang ya.” Liona membalas pelukan Leander sambil menghembuskan napas lega.

1
Dewa Gotam
Siapkan kapsul besi mu
Dewa Gotam
Nyari gara2 aja ini org
Reni Irine
Syarat yg luar biasa dan penuh aura dominan si Lean/Chuckle/
Reni Irine
Yakin kalau dia bakalan lebih protek lagi sama Liona ini
Lolly Prameswari
Segitunya Lean ya/Cry//Cry/ aku terharu
Lolly Prameswari
Makanan skrg di kontrol lagi
Rihafa Syamil
Lio, suami kamu gak tidur semalaman karna gak kuat liat kamu sakit
Rihafa Syamil
Dia bukan hanya menjaga fisik, tapi juga hati dan pikiran Liona
Maita Loma
Kalau gue jdi lu sih malu ya
Maita Loma
Ni org gak tau aja kalau Leander marah gmna ya
Helga Lana
Kasian ya Liona, sulit pasti menghilangkan bayangan siksaan dlu
Helga Lana
Diare doang dia udah secemas ini
Humairah
Nurut aja biar dia seneng
Humairah
Kalau suami spek Lean begini, aku mah rela di posesif in tiap hari/Chuckle/
Tambuan
Pria penuh perhatian
Tambuan
Uuhh dia mulai emosi saking khawatirnya, apalagi sejak mengigau semalam
Siti Hanifa
Bosan hidup ya?
Siti Hanifa
Dia kasih perhatian tanpa menghilangkan sisi dominannya 🥰
Kaka Vredi
Mau jadi ayam panggang apa daging kebab lu??
Kaka Vredi
Dia ini manjain Liona tapi gak menghilangkan sisi dominannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!