NovelToon NovelToon
Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Era Kolonial / Mengubah Takdir / Cewek Gendut
Popularitas:551.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: ICHA Lauren

Aku membuka mata di sebuah ranjang berkelambu mewah, dikelilingi aroma parfum bunga yang asing.
Cermin di depanku memantulkan sosok wanita bertubuh besar, dengan tatapan garang dan senyum sinis—sosok yang di dunia ini dikenal sebagai Nyonya Jenderal, istri resmi lelaki berkuasa di tanah jajahan.

Sayangnya, dia juga adalah wanita yang paling dibenci semua orang. Suaminya tak pernah menatapnya dengan cinta. Anak kembarnya menghindar setiap kali dia mendekat. Para pelayan gemetar bila dipanggil.

Menurut cerita di novel yang pernah kubaca, hidup wanita ini berakhir tragis: ditinggalkan, dikhianati, dan mati sendirian.
Tapi aku… tidak akan membiarkan itu terjadi.

Aku akan mengubah tubuh gendut ini menjadi langsing dan memesona.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takut Disentuh

Meski wajahnya basah oleh keringat, tetapi sorot mata Nateya tetap menyala. Ia menegakkan tubuh perlahan, tak peduli pada lututnya masih bergetar.

“Siapa yang butuh bantuan?” ujar Nateya ketus, tangannya mengibaskan keringat di pelipis. “Aku masih sanggup berlari. Hanya butuh istirahat sebentar.”

Mendengar jawaban sang istri, mata hazel Elias memancarkan sorot penuh penilaian.

Nateya lantas menambahkan, nada suaranya dibuat setajam mungkin.

“Dan seandainya aku pingsan, aku lebih memilih digotong oleh para pelayan lalu dinaikkan ke dokar kuda daripada digendong olehmu, Jenderal Elias.”

Kata-kata itu meluncur dingin, membuat udara pagi terasa menegang. Elias sempat mengangkat alisnya, ekspresi wajahnya berubah sedikit terkejut.

Namun, Nateya belum selesai. Ia melangkah maju sambil mengatur napas, lalu menyeringai tipis.

“Jangan-jangan, sebenarnya kau yang tidak sanggup, Elias?” katanya, penuh ejekan. “Tenaga seorang Jenderal agaknya tak cukup untuk mengangkat tubuhku yang besar. Itu sebabnya kau ketakutan begitu.”

Urat di pelipis Elias langsung menegang. Ia mendekat dengan tatapan membara.

“Hanya menggendong seorang wanita, kau pikir itu mustahil bagiku? Aku mampu. Apa kau ingin mencobanya sekarang juga, Seruni?” balas Elias.

Pria itu tiba-tiba melangkah maju dengan dada tegap, membuat Nateya tersentak. Sekejap saja wajahnya memucat.

“Jangan mendekat!” serunya cepat.

Panik melanda Nateya. Ia tidak ingin benar-benar disentuh oleh Elias.

Dengan spontan, Nateya berbalik dan berlari sekencang tenaga yang tersisa. Kain olahraga sederhana yang ia kenakan berkibar terkena angin pagi, sementara langkahnya terdengar panik di jalanan berbatu.

Di belakang, Elias hanya terdiam beberapa detik. Lalu, seulas senyum tipis setipis kertas tisu yang dibagi lima, terbit di bibirnya. Ia bergumam pelan, hampir seperti bisikan pada dirinya sendiri.

“Setakut itu kau bersentuhan denganku… Seruni. Pisah kamar terlalu lama rupanya membuatmu menjauh. Mungkin, aku harus memperbaiki keadaan ini, sebelum kau pergi ke Gunung Arunika.”

Di sisi lain, Nateya hampir tersungkur ketika akhirnya mencapai rumah. Napasnya seperti tertahan di tenggorokan, tetapi ia terus menyeret tubuh Seruni ke kamar mandi.

Tanpa pikir panjang, Nateya langsung mengambil gayung dan menyiam tubuhnya dengan air. Guyuran dingin menyentak kulitnya, membuat tubuh gemetar.

“Astaga, pria menyebalkan,” gerutunya di antara gigi yang bergemeletuk.

"Aku harus segera menyingkir ke Gunung Arunika. Menjauh dari Elias, sekaligus menjalani program penurunan berat badan secara rahasia. Rencanaku tidak boleh gagal."

Nateya menyelesaikan mandinya secepat mungkin. Setelah tubuhnya segar, ia berdiri di depan cermin, lalu memejamkan mata.

Dalam waktu singkat, muncul setelan elegan ala Hindia Belanda: gaun panjang berwarna krem dengan renda halus, topi kecil bertepi lebar, dan sepatu kulit hitam mengilap. Seketika, pakaian itu mewujud di tubuhnya.

Hari ini ia sudah bertekad akan menemui Ragnar. Memastikan apakah pria itu sudah pulih dan bersedia menjaganya selama mengasingkan diri di Gunung Arunika.

Usai memastikan penampilannya cukup bagus, Nateya berjalan menuju kamar si kembar.

Pintu kamar terbuka, memperlihatkan Anelis yang duduk dengan seragam sekolahnya, rambutnya dikepang sederhana oleh Bi Warti. Wajah gadis kecil itu bersih dan teduh, tetapi seperti biasa, ia hanya tersenyum tanpa suara.

Sementara Julian berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan mata yang masih setengah mengantuk. Julian masih mengenakan piyama tidur, karena hari ini ia mulai menjalani hukuman dari kepala sekolah.

“Selamat pagi, anak-anak,” sapa Nateya lembut sambil masuk.

Nateya mendekat, mengecup kening Anelis. "Anakku yang manis, sudah siap berangkat sekolah?”

Anelis mengangguk cepat, lalu meraih papan tulis kecil di atas meja. Dengan kapur putih, ia menulis singkat: Aku sudah siap, Mama.

"Bagus. Pergilah dan belajar yang rajin. Jangan khawatirkan Julian, Mama akan menjaganya," ujar Nateya kemudian menoleh pada Julian. Tangannya membelai lembut rambut sang putra.

"Daripada kau hanya murung di kamar, bagaimana kalau kau ikut Mama ke barak militer hari ini?”

Julian tersentak sambil memiringkan kepala. “Ke barak militer? Untuk apa?”

“Mama ada keperluan penting dengan Mayor Ragnar,” jawab Nateya mantap.

Julian terdiam sejenak, lalu senyum kecil tersungging di wajahnya. “Baiklah, Mama. Aku ikut."

Nateya mengangguk puas. Ia berdiri, merapikan topinya, dan menepuk bahu Julian.

“Bagus. Hari ini kita akan menjalani hari yang berbeda.”

Tanpa menunda lagi, Nateya membantu Julian berganti pakaian dan menyisir rambutnya. Setelahnya, Nateya menggandeng tangan Anelis dan Julian menuju ruang makan.

Aroma roti panggang ala Belanda sudah menyeruak begitu pintu besar itu dibuka. Sesuai pesan Nateya, meja panjang dari kayu jati kini tidak lagi penuh dengan daging dan santan melainkan sarapan yang lebih ringan: potongan brood, bubur gandum, ontbijtkoek berbumbu manis, juga mangkuk berisi buah-buahan.

Nateya menyendokkan bubur gandum hangat untuk Anelis, lalu memberikan roti panggang ke Julian dengan tambahan sedikit keju.

“Makanlah, supaya punya tenaga untuk hari ini.”

Anelis mulai menyuap pelan dengan sendok perak kecil. Sedangkan Julian mengunyah roti sambil sesekali menatap ibunya. Baru setelah kedua anaknya makan, Nateya mengambil piringnya sendiri. Ia memilih buah pepaya dan sepotong roti dengan selai stroberi.

Namun ketenangan itu tak berlangsung lama. Suara langkah berat dengan irama khas sepatu bot militer terdengar mendekat.

Elias masuk, tubuh jangkungnya memenuhi ruang makan. Dengan gerakan santai, pria itu menarik kursi di ujung meja dan duduk bergabung tanpa berkata apa-apa.

Tatapan Elias jatuh pada putranya. Alisnya terangkat sedikit melihat Julian tanpa seragam sekolah. Ia sudah tahu alasannya, tetapi tetap bertanya penuh wibawa.

“Jadi, Julian,” ucapnya, sambil menuang kopi hitam ke cangkir porselen, “apa rencanamu hari ini, mengingat kau tidak ke sekolah?”

Julian tidak menunduk, justru menegakkan bahunya. Dengan suara mantap, ia menjawab, “Aku akan ke barak militer bersama Mama.”

Kalimat itu membuat Elias sontak meletakkan sendoknya, lalu mengalihkan pandangan ke arah Nateya. Sorot matanya tajam, menelusuri wajah istrinya yang tampak begitu santai, padahal jelas ucapan Julian barusan bukan sesuatu yang sepele.

Nateya tetap duduk anggun, menyendok potongan pepaya ke mulutnya tanpa terburu-buru. Seolah menyadari tatapan suaminya, Nateya menambahkan dengan nada datar.

“Betul. Aku akan menemui Ragnar hari ini. Kau bisa ikut menyaksikan, apakah Ragnar bersedia menerima tawaranku atau tidak," tandas Nateya.

1
Yani Cuhayanih
OMG ada yg mencium bau gosong gk..ih bukan panci tp hati yg sang mantan yg dk tahu malu...kejarlah daku dan aku ogah begitulah isi hati nyonya seruni🤣
Maya Maya
bisa gak si Elias di bom AZ
Nurhayati
sangat bagus bisa buat belajar jg gimana cara membalas orang yg licik tapi bukan dengan kekerasan tapi dengan elegan 🙏💪💪💪
Nurhayati
kayak lagu klo sudah tiada baru terasa,rasain suami kok dinginnya kayak es batu 🤭🤣🤣🤣🙏
Nazwaputri Salmani
Setelah seruni berubah aja baru deh ngejar.. dulu kemana aja bang
Joice Meitasari
setelah seruni cantik dan pintar baru dilirik.dulu waktu seruni masih gendut,Ellias tidak mau.rasain skr emang enak diacuhkan
Hanaby 💕
Nah kan bila suda hilang baru mau hargai so rasa itu kehilangan selamanya sbb seruni suda ada yg menunggu 😁💪💪
Anonymous☠️
gemeushhh banget dah, kalau buah pir tidak sama anak gubernur ini, ngambek akuuu😭
Anonymous☠️
Ceritanya sangat seru🙏
Wulan Lan
mau nabung bab,tapi penasaran...udah dibaca nunggu update y lama🤣🤣🤣
Maya Maya
idih ngarep lu Elias 🤣
Wega Luna
Thor visual Ragnar dong ... please lah 🙏.
Yani Cuhayanih
othor sayaaaang bisa request jgn sampe si jenderal labil clbk sama buah pir..itu sangaat mengecewakan aku harap.jodohkan saja buah pir dengan buah apel merah alias aldrich 😄
Herlini
bagus banget ceritanya
Ayu Padi
keren Thor...br baca nih lngsng maraton eeeh kok cepet bngt tau² ny dah hrs nunggu tiap hari author up...sehari up lebih dari 1 bab ya Thor...rasa ny gimn gitu awal maraton baca ny tiba2 kudu santui nungguin up ny...hehee💪💪💪
lin
gak update lgi thor siangnya
lin
gak kapok kapok elias, saingan lo berat tau sialdrich tmn masa kecil seruni plus anak atasan lo, apalagi klo seruni sukses dgn profesi sbgai dokter Dirmh nya psti byk yg ngelirik, emg didunia ini hnya ada elias doang apa🤭
Ayu Padi
gak Sudi balikan ama kamu maah....SDH ada calon yg lebih segala ny dari mu...

double up dong Thor...keren sekali cerita nya ..
Nurhayati
seruni gitu lo...lanjut thor 💪💪💪
Nurhayati
makin kesini makin bagus ceritanya ,ljit thor....💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!