Ini adalah kisah Si pemeran antagonis di dalam sebuah novel. Wanita dengan sifat keras hati, kejam, dan tidak pernah peduli pada apapun selama itu bukan tentang dirinya sendiri.
Seperti pemeran antagonis dalam sebuah cerita pada umumnya, dia ada hanya untuk mengganggu Si protagonis.
Tujuan hidupnya hanya untuk mengambil semua yang dimiliki Si protagonis wanita, harta, karir, kasih sayang keluarganya, bahkan cinta dari protagonis pria pun, ingin ia rebut demi misi balas dendamnya.
"Aku akan mengambil semua yang Karina dan Ibunya miliki. Aku akan membuat mereka menanggung karma atas dosa yang meraka perbuat pada Ibuku!" ~ Roselina ~
"Apa yang kau lakukan itu, justru membuat mu mengulang kisah Ibu mu sendiri!" ~ Arsen ~
"Ternyata, laki-laki yang katanya pintar akan menjadi bodoh kalau sudah berpikir menggunakan perasaannya, bukan otaknya!" ~ Roselina ~
Akankah Roselina Si wanita yang tak percaya dengan yang namanya cinta itu akan berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Skenario Rose
Pagi harinya, Arsen terpaksa harus bangun meski matanya masih terasa begitu berat. Wajar saja, kemarin dia tidak tidur semalaman dan tadi malam pun dia baru tidur di hari yang cukup larut.
Arsen bahkan tidak tau apakah Rose mimpi buruk lagi atau tidak karena dia merasa tidurnya begitu pulas sampai tak mendengar apapun.
Tapi pagi hari ini, Arsen melihat Rose sudah rapi dan siap ke kantor seperti biasa. Entah mengapa, dia merasa lega karena Rose menunjukkan keadaan hang baik-baik saja.
"Tunggu aku mandi dulu, kita turun bersama!" Pinta Arsen sembari turun dari ranjang dengan buru-buru karena dia melihat Rose sudah begitu rapi dan siap untuk berangkat.
"Tidak usah buru-buru, aku akan menunggumu!"
Arsen yang sudah sampai di depan kamar mandi tentu saja langsung menoleh ke belakang. Dia merasa heran dengan jawaban dari Rose yang terdengar begitu berbeda dari biasanya. Wanita itu sekarang bahkan memberikan senyum pada Arsen dengan begitu lebar.
"Kenapa dia?" Batin Arsen dengan tubuh yang mendadak kaku dengan senyum cantik dari Rose yang justru terlihat menyeramkan.
Arsen masih sempat mencuri pandang ke arah Rose yang masih duduk dengan tenang menunggunya keluar dari kamar mandi.
"Kenapa kau ganti baju di situ?" Rose yang tidak sengaja melihat ke arah Arsen langsung memalingkan wajahnya kembali. Dia tidak sengaja melihat tubuh Arsen yang berotot padat itu.
"Memangnya kenapa? Kita kan sudah menikah, tidak usah terlalu polos begitu!" Arsen tampak tenang memakai celana panjangnya yang berwarna hitam.
"Dasar pria mesum!" Cibir Rose.
"Mesum?" Arsen mengangkat sebelah alisnya.
Diam-diam dia mendekat ke arah Rose yang masih memalingkan wajahnya. Arsen mencondongkan tubuhnya agar sejajar dengan wajah Rose. Dia ingi menunjukkan pada Rose bagaiman mesum yang sesungguhnya.
Fiuuhhh...
Arsen sengaja meniup bagian telinga Rose sehingga Rose langsung menoleh dengan cepat.
Mereka berdua sama-sama terpaku saat wajah mereka justru bertemu dan hanya berjarak dua ruas jari saja. Keduanya saling terdiam dan saling mengunci. Hembusan nafas keduanya saling menerpa wajah masing-masing karena begitu dekatnya.
Sesuatu terasa menelisik ke dalam ruas dada Arsen yang paling dalam. Tapi Arsen sendiri tidak bisa meraba. Tidak bisa menerka apa yang sebenarnya menggelitik dalam dadanya itu ketika menatap mata Rose.
"Hmmm!" Rose berdehem memutus tatapan mata mereka yang terjadi cukup lama.
"Cepatlah, aku sudah kesiangan!"
"Hmm, aku sudah selesai!" Arsen merapikan rambutnya dengan cepat kemudian menyambar jas mahalnya.
"Ayo!" Ajak Arsen tanpa menatap Rose.
Rose sendiri tidak tau kenapa Arsen bersikap seperti itu. Dia hanya berjalan mengikuti Arsen dia langkah dibelakangnya saat keluar dari kamar.
Dia menatap punggung Arsen yang lebar itu, namun pikirannya teringat akan tadi malam dimana dia mendengar semua yang Arsen dan Karin bicarakan.
Kini bibir Rose tiba-tiba menyunggingkan senyum misteriusnya.
"Awww!"
Arsen sontak saja menoleh ke belakang karena mendengar suara Rose.
"Kenapa? Ada apa?" Tanya Arsen karena Rose sedikit membungkuk memegang kakinya.
"Sepertinya kakiku terkilir!" Rose meringis kesakitan.
Arsen langsung berjongkok melihat pergelangan kaki Rose.
"Makanya jangan pakai sepatu terlalu tinggi. Ayo kembali ke kamar saja!"
"Tidak, aku tidak papa. Bantu aku turun saja!"
"Kalau kakimu terkilir, kenapa harus turun. Lebih baik istirahat di kamar saja. Nanti aku ambilkan sarapan dan tidak usah pergi ke kantor!"
"Aku ada pertemuan penting hari ini. Kalau kau tidak mau membantuku juga tidak masalah. Aku bisa berjalan sen...akhhhh!!" Rose terkejut bukan main saat Arsen menggendongnya begitu saja.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Bukannya tadi kau minta bantuanku?" Tanya Arsen sembari berjalan menuruni tangga.
"Iya, tapi tidak dengan menggendongku seperti ini juga!"
"Diamlah!" Lirik Arsen pada wanita dalam gendongannya.
Tapi tanpa Arsen ketahui, sebenarnya saat ini Rose sedang bersorak bahagia karena rencananya berhasil. Dia memang sengaja membuat skenario kaki terkilir itu untuk memperlihatkan hubungannya dengan Arsen yang semakin dekat.
Benar saja, ketika Rose turun semua mata langsung tertuju kepadanya terutama Karin yang tampak begitu syok namun berusaha menyembunyikan itu semua dengan memalingkan wajahnya.
"Duduklah, biar aku lihat kakimu!" Arsen menurunkan Rose pada sofa yang berada di dekat meja makan.
Arsen kembali berjongkok dihadapan Rose. Dia juga melepas heels Rose yang begitu tinggi itu.
"Apa yang terjadi dengan Rose?" Tanya Leo.
"Kakinya terkilir Yah. Tapi untung saja tidak terlalu parah!" Sahut Arsen sembari memijat pergelangan Rose dengan pelan.
"Sudah, sekarang tidak sakit lagi. Terima kasih" Ucap Rose membuat Arsen mendongak. Begitu pun semua orang yang ada di sana. Mereka keheranan karena untuk pertama kalinya mendengar Rose mengucapkan terima kasih.
"Hmm" Angguk Arsen.
Sekarang Rose berusaha untuk berdiri dengan kaki telanjangnya karena sepatunya tadi dilepas oleh Arsen.
"Mau ke mana?" Tanya Arsen.
"Aku mau ambil makan!"
"Tidak udah, duduk saja biar aku yang ambilkan!" Arsen menahan Rose dan beranjak lebih dulu. Semua yang Arsen lakukan pada Rose itu terlihat jelas seperti sebuah perhatian.
Lagi-lagi Rose tersenyum dengan penuh kemenangan, tapi kali ini dia sengaja memperlihatkannya pada Karin yang sedang menatap ke arahnya.
"Benar-benar menyenangkan ternyata, melihat wajah sok polosnya yang memelas itu, adalah kebahagiaanku!"
Sarapan keluarga besar pagi ini terasa begitu canggung karena mereka semua melihat Arsen dan Rose duduk berdua pada Sofa untuk makan bersama. Suatu pemandangan yang begitu asing sehingga membuat semuanya merasa aneh.
"Bolehkan aku berangkat bersamamu hari ini?"
Arsen lagi-lagi merasa aneh ketika melihat sikap Rose yang seperti itu. Rose bahkan mempelihatkan mata bulatnya yang terlihat polos dan jernih pada Arsen.
"Baiklah, kebetulan hari ini aku ada janji dengan seseorang melewati kantormu!"
"Janji? Dengan siapa?"
Lagi-lagi interaksi keduanya tak lepas dari tatapan semua orang.
"Sejak kapan mereka begitu dekat seperti itu Karin?" Bisik Lidya.
"Aku tidak tau Bibi" Karena Karin sendiri tadi malam masih merasa begitu dekat dengan Arsen yang merasa bersalah karena tidak bisa menuriti permintaannya.
"Apa yang dia lakukan sampai Arsen begitu baik padanya?" Tanya Lidya lagi.
"Bukankah itu wajar Bibi, mereka kan suami istri" Karin begitu pedih mengatakannya.
"Dengan .. " Arsen tampak memikirkan sesuatu.
"Seseorang" Lanjut Arsen.
Namun Rose tampak menelisik wajah Arsen yang sepertinya tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
Rose akhirnya benar-benar ikut mobil Arsen ke kantor karena dia memang masih menjalankan skenarionya untuk menyakiti Karin.
"Tunggu dulu biar aku ban...." Belum juga Arsen selesai bicara, Rose sudah keluar dari mobilnya dan berjalan memasuki lobi dengan kaki yang sehat dan melenggang dengan indah bak model berjalan di atas katwalk.
"S*alan. Ternyata dia menipuku!" Umpat Arsen yang baru sadar kalau ditipu oleh Rose.
Dengan kesal dia meninggalkan perusahaan Martinez kemudian menuju ke suatu tempat yang ia tuju.
"Selamat pagi dokter!"
blm sadarkahhh????!!