Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 [ Akankah Mulai terasa?" ]
Satu kejadian yang tak terduga telah terjadi, kecupan yang terjadi diantara mereka telah mengakibatkan keduanya menjadi canggung. Bahkan ketika keduanya berada dalam satu mobil tak terdengar obrolan mereka kecuali keduanya hanya melamun dan terdiam.
"Uhuk!"
Fero mencoba membangkitkan suasana, ia tau kecanggungan antara mereka akibat kejadian yang barusan terjadi dan Fero sendiri yang menjadi saksi utamanya.
"Sudahlah kalian tidak perlu merasa canggung. Apa yang sudah terjadi ya biarlah berlalu, lagian itu juga terjadi karena ketidak kesengajaan kan?"ujar Fero.
"Siapa yang canggung?"elak Adara.
"Hentikan mobilnya." Entah apa gerangan Lelaki itu tiba-tiba menghentikan.
"Disini?"
"Iya! Aku masih ada janji, kalian pulanglah dan terserah mau naik apa."
"Tunggu! Jadi maksudnya kita yang harus turun ditengah perjalanan?"
"Apa ingin protes? Sadar siapa disini yang menjadi penguasa?"
"Baiklah aku dan Adara akan turun, ayo Dara ...
"Tapi?"
"Sudah."
Tak memiliki pilihan Adara ataupun Fero akhirnya turun dari mobil, sedangkan Elgar berganti tempat pada kursi pengemudi.
Setelah keduanya turun tak se'ucap kata Elgar lontarkan pada dua orang itu, bagaikan dicampakkan ketika lagi sayang-sayangnya Elgar bergegas pergi dan melajukannya.
"Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan apa seperti ini dia memperlakukan anak buahnya dengan semena-mena?"gerutu Adara.
"Sudahlah abaikan saja lagian kita hanya bawahan, kita harus menjalankan setiap perintahnya jika tidak ingin kita kehilangan pekerjaan."
"Tapi ya tidak bisa seperti ini? Contohnya kamu! Kalian kan sudah kenal lama. Kamu juga sudah bekerja dengannya sudah bertahun-tahun. Apa mungkin dalam otaknya itu tidak terselip setidaknya secuil rasa kasihan?"
"Biarpun kita dekat, tapi aku juga sadar diri aku hanya bawahan abaikan lagian kejadian seperti ini sudah biasa."
"Benar-benar gila!"
"Aku akan pesankan taksi kamu tetaplah disini."
******
"Sayang ... akhirnya kamu datang?"
Sandra memeluknya dengan erat, masih sama lelaki itu tak melakukan pemberontakan bahkan risi ketika Wanita itu terus memeluknya.
"Apa ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan? Kenapa tiba-tiba meminta untuk bertemu kan kamu tau kalau tadi kita habis bertemu?"tanya Elgar.
"Ya memang kita habis bertemu, tapi kan aku tidak bisa leluasa bermesraan dengan kekasihku ini ...oh iya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan?"
"Soal?"timpal Elgar.
"Kamu mau kan menuruti keinginanku?"
"Keinginan apa?"
"Tiga hari kedepannya kan hari libur aku ingin kita liburan? Kamu bersedia?"
Sontak Elgar melepaskan pelukannya.
"Kamu sadar permintaan kamu ini sangat beresiko? Jika kita liburan bersama, Suami kamu akan curiga, kamu mau hubungan kita yang kita jalani secara diam-diam akan terbongkar?"
"Siapa bilang?"
"Maksud kamu?"
"Aku memiliki ide kita tidak hanya libur bersama, tapi kita ajak seseorang?"
"Seseorang?"
"Kamu ajak Adara ...dan aku akan ajak Suamiku percayalah dia tidak akan pernah curiga."
"Tapi sayang ...ini akan sangat beresiko?"
"Percayalah semua akan baik-baik saja."
"Kamu yakin?"
"Iya aku sangat yakin percayakan semuanya sama aku, ya?"
"Baiklah aku akan percayakan semuanya sama kamu,"
*******
KEDIAMAN KELUARGA ELGAR
Dikediaman yang mewah itu langkah kaki Adara mulai menginjakkan teras kediaman itu, baru akan mengetuk pintu suara kedatangan mobil mengalihkan pandangannya kebelakang.
"Cepat sekali ia kembali?"gumam Adara masih kesal karena diturunkan ditengah-tengah perjalanan.
Karena Fero masih ada janji mau tidak mau Adara hanya seorang diri ketika tiba dikediaman ini.
Tak mengucapkan salam bahkan hanya sebatas menyapa lelaki itu berlalu masuk mengabaikan seorang gadis yang masih berada didepan pintu, masuk tanpa mengetuk pintu sudah jadi hal biasa yang tidak membuat Adara kaget.
"Kalian sudah pulang?"
Mamanya menyapa dan mengira jika keduanya memang pulang bareng.
"Iya Ma, oh iya besok dan untuk hari kedepannya Elgar ada janji menemui rekan bisnis yang berada diluar kota tidak masalah kan kalau Elgar ajak gadis kesayangan Mama ini?"
Elgar meminta persetujuan, tak lupa lirikan tajam masih ia layangkan pada gadis itu.
"Sungguh ini sangat penting! Mama dan Papa sudah memutuskan Adara untuk jadi sekretarisku, jadi harusnya kalian tidak akan keberatan?"ijin Elgar lagi.
"Baiklah Mama setuju, tapi ingat jangan sampai terjadi apa-apa sama Adara ...dia gadis kesayangan Mama dan sudah Mama anggap sudah seperti Putri kandung Mama sendiri, Jika sesuatu terjadi pada Adara maka kamu akan tanggung sendiri."
"Tenanglah Elgar tidak akan sejahat itu berbuat buruk pada seorang gadis! Percayalah."
"Apa lagi yang telah ia rencanakan? Dia memang sungguh mengajakku karena ini penting? Ataukah ada hal lain?"batin Adara yang menaruh curiga.
*****
"Kita akan kemana?"tanya Adara.
Keduanya sudah dalam masa perjalanan, keduanya pula masih berada dalam mobil.
"Nanti kamu juga akan tau,"balas Elgar hanya tersenyum.
Antara Elgar ataupun Sandra keduanya tidak bodoh karena telah mengatur rencana dengan matang. Mereka pula sengaja berangkat sendiri-sendiri karena tak ingin ada seseorang yang mencurigai dengan niat liburan mereka.
"Ini semakin aneh? Apa sebenarnya yang telah direncanakan olehnya?"batin Adara kian menaruh kecurigaan pada lelaki yang telah mengemudi ini.
******
BEBERAPA JAM KEMUDIAN
Masa perjalanan menggunakan kendaraan roda empat akhirnya telah melegakan mereka setelah tiba di lokasi yang dinginkan.
Setibanya Elgar dan Adara, keduanya telah sampai ditempat yang semua akan menyukai tempat yang sangat indah ini. Elgar sesekali memejamkan mata sangat terlihat jika dirinya sangat menyukai tempat yang direkomendasikan gadis yang dulunya sangat ia cintai, dan mungkin hingga kini.
"Apa kita boleh gabung?"
Sahutan yang tiba-tiba seseorang layangkan dari arah belakang. Antara Adara dan Elgar keduanya sama-sama membalikan tubuh, betapa terkejutnya mereka ...
"Sandra ...Hendra ...?"
Kata-kata yang kini kembali terlontar. Hadirnya Sandra dan Hendra yang juga baru tiba membangkitkan senyum lebar Elgar, Sandra sendiri ikut melebarkan senyumannya.
"Kalian? Untuk apa kalian datang kesini?"tanya Adara mulai tak suka.
"Harusnya kita yang tanya ya sayang apa yang kalian lakukan disini?"ujar Hendra bertanya balik.
"Ini benar-benar suatu kebetulan kita bisa bersama disini? Oh iya tujuan kita karena aku sesungguhnya sangat bosan, mumpung hari libur akhirnya aku putuskan untuk liburan dan tempat ini tujuan kami?"
"Kita sama! Tujuan kita pun sama yaitu ingin liburan juga."
"Aku tau pasti diam-diam mereka yang telah merencanakan semua ini? Aku juga tau aslinya mereka sudah saling merencanakan liburan bersama aku tidaklah bodoh!"batin Adara yang menggenggam erat tangannya.
"Baiklah tunggu apalagi lagi ayo kita masuk! Aku sudah boking kamar hotel kalian gimana?"
"Aku juga sudah boking dan kebetulan dapat kamar nomor 5,"
"Ternyata kita satu arah, kita pun mendapatkan kamar nomor 4,"
"Terus dengan Adara?"timpal Hendra yang tiba-tiba kepikiran dengan Adara.
"Dia ikut satu kamar denganku,"sahut Elgar.
"Tapi bagaimana bisa? Kalian belum menikah?"sewot Hendra yang tak suka.
"Tidak masalah lagian kita hanya tidur, itupun beda ranjang! Apa yang salah?"
"Sudahlah sayang apa yang perlu diributkan, aku pun sadar tipe-tipe Tuan Elgar tidak mungkin tertuju pada Adara ... yakinlah,"
"Sial! Kenapa mereka harus ikut sih? Hendra juga kenapa tidak bisa mencurigai niat buruk istrinya itu?" Adara membatin dan terus menggerutu.
******
Tak memiliki pilihan lain selain Adara menuruti perintah Tuannya biarpun sesama liburan mereka hanya memboking satu kamar. Didalam sana Adara menaruh beberapa pakaian yang sudah ia bawa, tak lupa ia juga menaruh dan merapikan beberapa pakaian milik Elgar.
Ketika keluar dari kamar dan hanya bermaksud mencari angin siapa sangka ia malah dipertemukan dengan Hendra yang juga kebetulan sama-sama keluar.
Memandangi taman yang sangat indah. Lirikan Hendra tak henti-hentinya berpaling dari arah Adara, terpaan angin sepoi-sepoi membuat rambut indah Adara beterbangan dengan bebas.
Rambut yang terurai bebas menjadikan kecantikannya bertambah dan terlihat sangat sempurna. Senyum merekah Hendra tak henti-hentinya berpaling dari arah lain, fokusnya terus saja memandangi pemandangan sangat menakjubkan akan kecantikan yang dimiliki Adara.
"Adara ... sedari dulu kecantikan kamu tidak pernah pudar? Kamu masih sangatlah cantik?"puji Hendra yang entah dia hanya keceplosan, ataukah memang itu pujian aslinya.
Dari arah lain siapa sangka Elgar dan Sandra keduanya tanpa sengaja memergoki, genggaman erat tangan Sandra seakan-akan siap mencabik tubuh Adara tak suka jika suaminya memandangi mantannya dengan leluasa, namun apa daya tindakannya tak mungkin ia lakukan berterus terang dihadapan Elgar.
Tak hanya Sandra, Elgar sendiri seperti tak suka gadis yang menjadi sekretarisnya dipandang Pria lain dengan terkagum-kagum, biarpun dia hanya sebatas Bos dan tak memiliki status lain diantara mereka.
"Tahan emosi kamu! Selangkah dia bertindak maka tau sendiri resiko besar apa yang akan terjadi! Lihatlah kejutan akan menghampirimu ...."batin Sandra sudah tak sabaran.
"Apa tidak bisa ia memandanginya jangan sampai seperti itu?"gerutu Elgar dalam hati.
BERSAMBUNG.
lanjut thor