NovelToon NovelToon
Batas Kesabaran Seorang Istri

Batas Kesabaran Seorang Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:12.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hilma Naura

Sebuah pernikahan tanpa cinta, membuat Rosalina harus menelan pil pahit, karena ia sama sekali tidak dihargai oleh suaminya.

Belum lagi ia harus mendapat desakan dari Ibu mertuanya, yang menginginkan agar dirinya cepat hamil.

Disaat itu pula, ia malah menemukan sebuah fakta, jika suaminya itu memiliki wanita idaman lain.
Yang membuat suaminya tidak pernah menyentuhnya sekalipun, bahkan diusia pernikahan mereka yang sudah berjalan satu tahun.

Akankah Rosalina sanggup mempertahankan rumah tangganya dengan sang suami, atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilma Naura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyesalan yang terlambat.

Handrian masih berdiri terpaku di koridor rumah sakit dengan kedua matanya yang terlihat sembab.

Setiap detik yang berlalu terasa begitu panjang baginya, karena bayangan Rosalina istrinya, terus terbayang di pelupuk mata.

Namun tiba-tiba saja, tangan Bu Norma meraih lengannya dengan kuat.

"Handrian! Ayo pulang sekarang. Jangan bikin malu dengan terus-terusan berdiri seperti orang hilang akal di rumah sakit. Rosalina itu sudah pergi, dan dengar baik-baik, bahwa istrimu itu tidak akan kembali!" suara ibunya tegas, hampir lebih mirip dengan sebuah perintah.

Handrian spontan menarik lengannya dan menolak sentuhan itu.

"Bu, jangan paksa aku! Aku nggak akan pulang sebelum aku menemukan Rosalina. Dia mungkin saja kembali. Atau… atau mungkin ada orang yang melihat dia di sekitar sini. Maka dari itu aku harus tetap berada disini untuk menunggunya."

Bu Norma mencoba menahan sabar, dengan wajah yang mulai menegang. Lalu ia maju selangkah lebih dekat dengan Handrian, dan menatap tajam pada putranya itu.

"Handrian, kamu itu keras kepala sekali ya? Apa kamu mau jatuh sakit hanya karena memikirkan perempuan itu? Sudah Ibu bilang, Rosalina itu bukan istri yang baik untukmu. Dia itu cuma beban! Kamu masih muda, dan kamu pasti bisa mendapatkan kebahagiaanmu sendiri. Jadi tidak ada gunanya kamu berharap dia kembali! Orang niatnya memang udah mau pergi kok, kenapa kamu masih berharap dia kembali padamu? Kamu sadarlah Handrian, masa depan kamu itu pasti lebih indah kedepannya dengan anak bos kamu itu!"

Namun, kini Handrian tetap saja menggeleng keras dengar air mata yang mulai jatuh dipipinya.

"Tidak, Bu! Rosalina itu istriku! Mau bagaimana pun keadaannya, aku tetap akan menunggu dia. Aku nggak peduli kalau harus berhari-hari di sini, aku tetap akan menunggu sampai dia kembali! Aku juga tidak yakin lagi pada hubunganku dengan Adelina, karena saat ini... Saat ini aku hanya menginginkan Rosalina tetap disampingku, Bu! Aku menyesal karena selama ini selalu mengabaikannya, aku juga tidak menyangka bahwa hatiku akan sesakit ini saat berjauhan darinya."

Bu Norma sedikit menggeram mendengar perkataan Handrian. Sehingga ia pun memukul bahu Handrian dengan telapak tangannya.

Pukulan tersebut memang tidak terlalu keras, tapi ternyata sanggup membuat Handrian terkejut dan menoleh pada sang Ibu.

"Kamu sudah gila ya, Handrian? Kalau memang kamu tidak yakin dengan hubunganmu pada gadis itu, kenapa kamu sampai menghamilinya? Apa kamu tidak berfikir akibatnya? Lagian, kenapa pula kamu sekarang merasa menyesal saat Rosalina sudah tidak disampingmu? Apa jangan-jangan yang dikatakan oleh Rosalina waktu itu benar? Bahwa dia belum hamil sampai sekarang karena kamu yang salah, bukan dia?"

Handrian hanya bisa terdiam mendengar pertanyaan ibunya itu.

Namun kemudian, Bu Norma tidak mau lagi mendengar penjelasan dari mulut Handrian, karena sedari tadi ia sudah mulai hilang kesabaran. Akhirnya, Bu Norma pun meraih lengan Handrian dengan kasar, lalu menariknya kuat-kuat.

"Cukup sudah, Handrian! Kamu ikut Ibu sekarang! Jangan membuat Ibu semakin naik darah!" serunya sambil menyeret tubuh anak lelakinya itu menjauh dari kursi ruang tunggu rumah sakit.

"Bu, lepaskan! Jangan paksa aku! Aku masih harus menunggu Rosalina!" Handrian mencoba meronta, suaranya pecah oleh tangis, membuat beberapa orang yang ada di koridor rumah sakit menoleh penasaran.

Namun Bu Norma tidak peduli dengan pandangan orang lain. Ia justru semakin mengeratkan cengkeramannya pada lengan Handrian, dan menyeretnya dengan kasar.

"Dengar kata Ibu, Handrian! Kamu itu bukan anak kecil lagi. Ikut Ibu pulang sekarang! Rosalina tidak akan kembali lagi! Kalau kamu masih terus menunggu di sini, maka sama saja kamu itu ingin mempermalukan diri kamu sendiri."

Handrian benar-benar terhuyung saat ditarik oleh ibunya. Tubuhnya memang lebih besar dan lebih kuat, tapi hatinya sedang rapuh. Sehingga ia tidak sanggup melawan ibunya sendiri.

Akhirnya ia hanya bisa menyeret langkahnya dengan tertatih, namun matanya terus saja menoleh ke belakang, ke arah lorong yang kosong itu.

Dalam hatinya ia berteriak...

"Lina, di mana kamu? Tolong jangan tinggalkan aku…"

Sementara itu, Bu Norma terus menggenggam erat lengan anaknya, seakan takut Handrian akan kembali berlari dan mencari Rosalina. Senyum tipis penuh kemenangan sempat muncul di bibirnya, meski dalam hati ia masih dihantui perasaan was-was.

Ia tahu, cepat atau lambat Handrian pasti akan sadar bahwa kepergian Rosalina tidak wajar. Dan saat hari itu tiba, ia harus siap menghadapi amarah anaknya.

Namun untuk saat ini, ia hanya peduli pada satu hal, yakni membawa pulang Handrian, serta menjauhkan anaknya dari bayang-bayang menantu yang tidak pernah ia sukai.

Di sepanjang koridor rumah sakit itu, suara protes Handrian terus terdengar, dan beradu dengan langkah-langkah tegas Bu Norma yang menyeretnya keluar.

"Bu… jangan lakukan ini. Aku mohon… biarkan aku menunggu Rosalina…"

Namun Bu Norma sama sekali tidak perduli dengan perkataan itu.

Ia terus menyeret lengan Handrian dengan keras, sampai mereka tiba di area parkiran rumah sakit.

Meskipun saat itu suara nafasnya terdengar tersengal, tapi ia tetap tidak melepaskan genggamannya.

Di tempat parkir, terlihatlah mobil milik Handrian yang dipenuhi oleh debu tipis, seakan sudah beberapa hari tidak disentuh.

"Masuk!" perintah Bu Norma sambil mendorong tubuh Handrian ke arah pintu pengemudi.

Handrian hanya terdiam dengan bola matanya yang terlihat sayu, wajahnya pucat, dan langkahnya terasa begitu berat.

Ia hanya menurut saja apa yang diperintahkan oleh Bu Norma. Tangannya segera membuka pintu dan menjatuhkan tubuhnya di kursi sopir.

Setelah itu, Bu Norma melingkari kap mobil dan masuk ke kursi penumpang dibagian depan. Ia menarik nafas panjang, lalu menatap pada Handrian dengan sorot mata tajam.

Namun yang terjadi pada Handrian, bukannya ia langsung menghidupkan mesin, tapi ia malah terdiam dengan pandangan kosong yang menjurus kedepan. Tangannya juga terkulai diatas setir, sementara kedua matanya terlihat menerawang jauh.

Bayangan Rosalina terus menghantui benaknya. Wajah wanita cantik itu yang dipenuhi oleh luka dan juga air mata.

Disaat-saat seperti itu, tiba-tiba saja pelipis Handrian terasa berdenyut sakit, membuat ia segera memijatnya dengan dua jari.

"Lina…" gumamnya lirih, dan hampir tidak terdengar.

Bu Norma langsung menoleh saat mendengar Handrian kembali memanggil nama itu, wajahnya terlihat geram bercampur dengan perasaan cemas.

"Handrian!" serunya, dengan suara yang bergetar akibat menahan emosi.

"Jangan terus bengong begitu! Hidupkan mobil ini sekarang juga! Kita harus pulang!"

Namun Handrian tetap tidak bergerak. Matanya bahkan mulai terlihat berkaca-kaca lagi.

"Bu… bagaimana kalau Rosalina sebenarnya masih di rumah sakit ini? Dan bagaimana kalau dia kembali mencariku, tapi aku sudah nggak ada di sini?" suaranya terdengar pecah, ia bahkan terlihat seperti seorang anak kecil yang kehilangan arah.

Mendengar hal itu, kesabaran Bu Norma benar-benar habis. Sehingga ia membanting tas yang sedari tadi dipegangnya kearah dashboard, membuat suara keras menggema di dalam kabin mobil.

"Kamu itu mau membuat Ibu gila ya, Handrian?! Kalau kamu nggak jalan juga, Ibu sumpahi Rosalina nggak akan pernah balik lagi sama kamu! Perempuan itu sudah pergi! Titik! Jadi berhenti berharap, dan nyalakan mobil ini sekarang!"

Perkataan kasar itu terdengar begitu menusuk ditelinga Handrian. Dadanya terasa sesak, namun sekaligus terhantam oleh kenyataan.

Dengan tangan gemetar, akhirnya ia pun meraih kunci dan memutar mesin, membuat suara mobil menggelegar pelan, menandai ketaatannya pada desakan sang ibu.

Dan tanpa menatap ibunya lagi, ia memasukkan gigi mobil serta keluar perlahan dari parkiran rumah sakit.

Namun ternyata perjalanan itu sama sekali tidak berjalan mulus.

Karena fikirannya yang terasa kalut, hatinya yang hancur, dan juga pandangannya yang kabur oleh air mata, membuat mobil beberapa kali oleng kearah kanan dan kiri, bahkan mobil yang dikendarai oleh Handrian itu hampir saja menabrak sebuah motor yang melaju dari arah yang berlawanan.

"Handrian! Hati-hati!" teriak Bu Norma sambil memegangi dashboard dengan perasaan panik.

Handrian pun terperanjat, dan segera membanting setir untuk menghindar. Suara klakson dari kendaraan lain berbunyi dan memekakkan telinga, disertai dengan makian sopir yang hampir tertabrak olehnya.

"Ya Allah, Handrian! Kamu mau membunuh Ibu, hah?!" Bu Norma kembali berteriak, nada suaranya kini benar-benar terdengar panik dan bercampur dengan rasa marah.

Tapi Handrian hanya menunduk, dan dengan suaranya yang penuh luka itu pun ia berkata...

"Aku… aku nggak bisa, Bu… aku nggak sanggup menyetir. Rosalina terus ada didalam fikiranku. Aku takut, Bu… aku takut jika aku benar-benar tidak bisa bertemu dengannya lagi…"

Namun meskipun begitu, mobil miliknya terus melaju dengan guncangan kecil akibat setir yang tidak stabil. Setiap kali kendaraan dari arah berlawanan melintas, Bu Norma langsung menahan nafas, dengan jantungnya yang berdegup semakin kencang.

Karena wanita paruh baya itu benar-benar merasa takut, jika sewaktu-waktu mobil mereka benar-benar akan menabrak sesuatu.

"Ya ampun, Handrian! Kalau kamu memang nggak bisa menyetir, lebih baik berhenti saja! Jangan membuat kita celaka dengan kegilaanmu ini! Tapi meskipun kamu berhenti, maka kamu juga harus mendengarkan perkataan Ibu baik-baik, jangan coba-coba kamu berani balik lagi ke rumah sakit. Kalau tidak, maka Ibu akan memukulmu."

Kata-kata ibunya semakin menusuk hati Handrian, membuat ia hampir kehilangan kendali penuh atas mobilnya. Tangannya terasa gemetar di atas setir, sementara air matanya jatuh tanpa bisa dibendung.

Dan didalam kepalanya saat itu, hanya ada satu teriakan yang terus menggema. Teriakan itu pun seakan terus mengobrak-abrik isi otaknya.

"Rosalina… di mana kamu sekarang? Tolong jangan pergi disaat seperti ini. Aku sangat membutuhkanmu."

Bersambung...

1
kalea rizuky
cerai aja lah
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
idiiihhh suudzon terhadap Rosalina gak sadar kelakuan sendyyg begitu bejat, berhubungan intim dengan orang lain istri sah jadi pajangan 🙄🙄🙄
Hilma Naura: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
wahhh rosslyharus gugat cerai secepatnya inii biarr gak sakit hati teruss, lagian keluarga suaminya kejam gitu kok gak punya hati🙄
Hilma Naura: Bener, bener itu kak😄
total 1 replies
Sunaryati
Benar tebakan aku ibu dan putrinya sama- sama pelakor. Ayah Raka kok hidup enak dengan keluarga barunya, di atas penderitaan mantan istri dan Raka putranya. Ku yakin sebentar lagi karma akan menghampiri mereka, termasuk Handrian. Lina sejak awal kau diabaikan Handrian, mengapa harus sakit dan menangisi suami pecundang itu. Berdiri tegak dan tatap mereka dengan anggun jangan lemah. Tunjukkan kau tidak terpuruk namun tetap berdiri kokoh. Itu malah mempercepat perceraian kamu.
Hilma Naura: Masih cinta Rosalinanya kak🤭🤭
total 1 replies
Sunaryati
Bikin penasaran, saja. Tak usah nangis Lina. Jika benar yang menikah Handrian dan Adel, jadi fix ibu dan anak pelakor. Aku menunggu kebahagiaan keluarga Bu Anindya dan keluarga mantan suami Anindya dan Handrian.
Hilma Naura: 😄😄😄👍👍
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
bakalan lebih kaget lagi nanti saat Rosalina tahu mempelai laki-laki adalah suaminya sendiri 🤣😅
Hilma Naura: Hehehe... besok ya kak😁
total 3 replies
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
ditunggu updatenya kak, yg rutin tiap hari ya
Hilma Naura: Oke kakak🙂🙂🙂
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
seru cerita nya, tolong semangat update nya ya kak, lancar terus setiap hari update gitu
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
terharu dengan perjuangan Anim🥺
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
ealahh Adel memikuti jejak ibunya yg pelakor dong🙄🙄🙄 bibit pelakor lahir lah pelakor juga🤣🤣
Hilma Naura: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
jadilah wanita kuat jangan kemah begitu, tinggal pergi urus perceraian sendiri dan mulai hidup baru Rosalina
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
terlalu berbelit-belit cerita nya
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
ealahh selingkuhan nya ituu anakk bosnya🙄🙄🙄🙄
Hilma Naura: Bener kak🙂🙂
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
sahabat itu musuh dalam selimut 🤣😅
Hilma Naura: 😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
sudah ketebak kalo Rosalina ditikung sahabatnya sendiri, pasti dibelakang mereka sudah selingkuh itu Tania dengan Hermawan, sudah sering baca novel yg alurnya begini dari persahabatan menjadi pelakor🤣😅
Hilma Naura: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸
sudah ketebak kalo Rosalina ditikung sahabatnya sendiri, pasti dibelakang mereka sudah selingkuh itu Tania dengan Hermawan, sudah sering baca novel yg alurnya begini dari persahabatan menjadi pelakor🤣😅
Sunaryati
Wanita itu Adel, berarti mengikuti jejak ibunya jad pelakor
Sunaryati
Sudah jangan menangis hanya untuk suami dan mertua lucnut, bangkit dan ambil barang- barangmu ketika Handrian ke kantor.
Sunaryati
Rossalina itu jika kamu tak mengindahkan nasehat Mbak Sri, untung ada Mas Raka yang diganti. Sudah kali lho gendong kamu. Belum pernah kan digendong Handian😄😄
Hilma Naura: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Sunaryati
Biar kecelakaan jadi Adek juga tidak secepatnya menikahi Handrian, atau nikahnya di rumah sakit
Hilma Naura: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!