NovelToon NovelToon
Rindu Di Bawah Atap Yang Berbeda

Rindu Di Bawah Atap Yang Berbeda

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Cinta Murni / Romansa / Tamat
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Berawal dari sebuah gulir tak sengaja di layar ponsel, takdir mempertemukan dua jiwa dari dua dunia yang berbeda. Akbar, seorang pemuda Minang berusia 24 tahun dari Padang, menemukan ketenangan dalam hidupnya yang teratur hingga sebuah senyuman tulus dari foto Erencya, seorang siswi SMA keturunan Tionghoa-Buddha berusia 18 tahun dari Jambi, menghentikan dunianya.

Terpisahkan jarak ratusan kilometer, cinta mereka bersemi di dunia maya. Melalui pesan-pesan larut malam dan panggilan video yang hangat, mereka menemukan belahan jiwa. Sebuah cinta yang murni, polos, dan tak pernah mempersoalkan perbedaan keyakinan yang membentang di antara mereka. Bagi Akbar dan Erencya, cinta adalah bahasa universal yang mereka pahami dengan hati.

Namun, saat cinta itu mulai beranjak ke dunia nyata, mereka dihadapkan pada tembok tertinggi dan terkokoh: restu keluarga. Tradisi dan keyakinan yang telah mengakar kuat menjadi jurang pemisah yang menyakitkan. Keluarga Erencya memberikan sebuah pilihan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Setelah meninggalkan kafe dengan hati yang ringan dan perut yang terisi, suasana di dalam mobil Lusi berubah total. Kecanggungan telah menguap, digantikan oleh keakraban yang hangat dan gelak tawa yang mudah pecah. Akbar, yang kini lebih percaya diri di balik kemudi, sesekali melirik ke arah Erencya, yang juga sering kedapatan mencuri pandang ke arahnya. Di kursi belakang, Lusi bertindak sebagai narator yang ceria, menunjuk berbagai bangunan dan menceritakan gosip-gosip ringan seputar kota Jambi.

"Oke, tujuan kita selanjutnya sesuai proposal alibi: Candi Muaro Jambi!" seru Lusi sambil menepuk bagian belakang kursi Erencya. "Ini bagian paling penting dari 'proyek fotografi' kita. Jadi, pasang wajah serius dan artistik kalian."

Erencya tertawa. "Kak Akbar, siap jadi model dadakan?"

"Selama fotografernya tidak galak, aku siap," jawab Akbar, melirik Lusi dari kaca spion tengah.

Perjalanan menuju kompleks percandian memakan waktu hampir satu jam. Selama perjalanan itu, mereka tidak pernah kehabisan bahan obrolan. Akbar bercerita tentang pengalamannya di pesawat tadi pagi, dan Erencya menceritakan betapa paniknya ia saat menunggu di terminal kedatangan. Mereka menertawakan kegugupan mereka sendiri, sebuah pengalaman bersama yang kini menjadi kenangan lucu pertama mereka.

Saat mereka tiba di kompleks Candi Muaro Jambi yang luas, Akbar terdiam sejenak. Ia keluar dari mobil dan menatap hamparan hijau yang dihiasi oleh gundukan-gundukan bata merah kuno dan beberapa candi yang telah dipugar. Udara terasa tenang, hanya diisi oleh suara angin yang berdesir di antara pepohonan dan kicau burung. Rasa takjub yang tulus terpancar dari wajahnya.

"Ini... luar biasa," bisiknya, lebih pada dirinya sendiri.

Erencya dan Lusi memperhatikannya. Mereka melihat seorang Akbar yang berbeda. Bukan lagi Akbar si teman online atau Akbar yang sedikit gugup di bandara. Di sini, di tengah-tengah peninggalan sejarah, Akbar tampak berada di elemennya. Matanya berbinar dengan cahaya seorang akademisi, seorang pencerita.

"Oke, fotografer mulai bekerja!" Lusi mengangkat kameranya. "Kalian berdua, coba jalan pelan-pelan di jalan setapak itu. Anggap saja aku tidak ada."

Akbar dan Erencya menurut. Awalnya terasa sedikit kaku, sadar akan lensa kamera yang mengikuti mereka. Namun, saat Akbar mulai berbicara, mereka berdua segera melupakan segalanya.

"Ini adalah salah satu kompleks percandian terluas di Asia Tenggara," Akbar memulai, suaranya dipenuhi oleh gairah yang menular. "Ini bukan hanya tumpukan bata, Ren. Ini adalah sisa-sisa dari sebuah pusat peradaban besar. Dulu, ribuan tahun yang lalu, tempat kita berdiri ini adalah sebuah universitas, pusat pembelajaran agama Buddha yang didatangi oleh para pelajar dari seluruh Asia."

Erencya mendengarkan dengan terpukau. Ini bukan seperti pelajaran sejarah yang membosankan di sekolah. Ini adalah sebuah cerita yang hidup, diceritakan oleh orang yang begitu mencintainya.

Akbar berhenti di depan Candi Gumpung. "Lihat struktur batanya. Lihat bagaimana mereka saling mengunci tanpa semen modern. Ini adalah bukti kecerdasan arsitektur masa lampau." Ia menoleh pada Erencya, senyum lembut terukir di wajahnya. "Dan yang paling menarik buatku adalah... Kerajaan Sriwijaya, yang membangun semua ini, adalah kerajaan maritim Buddha yang sangat besar. Aku belajar tentang Islam dan sejarahnya, tapi aku selalu terpesona bagaimana keyakinan lain seperti Buddha bisa menciptakan peradaban yang begitu maju dan damai di tanah ini. Ini... ini adalah bagian dari sejarahmu juga, kan?"

Pertanyaan itu membuat hati Erencya bergetar. Akbar tidak hanya memamerkan pengetahuannya. Ia sedang membangun sebuah jembatan. Ia menghubungkan gairahnya dengan warisan budaya Erencya, menunjukkan sebuah rasa hormat dan ketertarikan yang begitu dalam dan tulus.

"Iya," jawab Erencya pelan. "Aku sering ke wihara bersama keluargaku, tapi aku tidak pernah tahu sejarahnya sedalam ini. Terima kasih, Kak."

"Ssst... momen bagus!" bisik Lusi dari kejauhan, lensanya menangkap momen di mana Erencya menatap Akbar dengan kekaguman yang tak terselubung, dengan latar belakang candi kuno yang megah.

Mereka melanjutkan penjelajahan mereka. Akbar menjadi pemandu wisata pribadi mereka, sementara Lusi sibuk mengambil foto, sesekali menyuruh mereka untuk berpose. "Ren, coba sandarkan kepalamu di bahu Akbar!" atau "Akbar, coba kamu tatap Erencya, pura-pura lagi menjelaskan sesuatu!" Perintah-perintah Lusi, meskipun terasa seperti arahan sutradara, berhasil menciptakan momen-momen intim yang membuat jantung mereka berdebar.

Di salah satu sudut kompleks yang lebih sepi, di bawah naungan pohon beringin yang rindang dengan akar-akar yang menjuntai, mereka berhenti untuk beristirahat. Lusi, dengan alasan ingin mengambil foto lanskap dari kejauhan, memberi mereka ruang privasi.

Mereka duduk berdampingan di atas rerumputan kering, memandangi Candi Tinggi di kejauhan. Selendang songket biru yang diberikan Akbar tersampir anggun di bahu Erencya.

"Aku tidak pernah menyangka hari ini akan seperti ini," kata Erencya, memecah keheningan yang nyaman.

"Sama," sahut Akbar. "Di kepalaku, aku sudah membayangkan seratus skenario canggung. Tapi ini... ini terasa begitu mudah. Begitu benar."

Ia menoleh, menatap Erencya lekat-lekat. Tangannya, yang sedari tadi berada di sampingnya, perlahan bergerak mendekati tangan Erencya. Dengan gerakan ragu, ia menyentuh punggung tangan gadis itu dengan ujung jarinya. Erencya tidak menarik diri. Sebaliknya, ia membalikkan telapak tangannya dan menyambut jari-jari Akbar, menautkan mereka.

"Aku senang sekali Kakak ada di sini," bisik Erencya, matanya berkaca-kaca.

"Aku akan pergi ke ujung dunia sekalipun untuk bisa merasakan momen seperti ini, Ren," jawab Akbar tulus.

Perlahan, Akbar mendekatkan wajahnya. Erencya bisa merasakan napas hangat Akbar di pipinya. Jantungnya berdetak begitu kencang seolah akan meledak. Ia memejamkan matanya, sebuah isyarat persetujuan. Dan kemudian, ia merasakan bibir Akbar yang lembut dan sedikit gemetar menyentuh bibirnya. Hanya sebuah kecupan singkat, polos, dan penuh kehati-hatian. Namun di dalamnya terkandung semua penantian, semua perjuangan, dan semua perasaan yang telah mereka pendam selama berbulan-bulan. Itu adalah ciuman pertama mereka, di bawah tatapan bisu sejarah ribuan tahun.

Saat mereka menjauhkan wajah, keduanya sama-sama merona, namun dengan senyum bahagia yang tak bisa disembunyikan.

Menjelang sore, saat matahari mulai condong ke barat, langit di atas kompleks candi berubah menjadi kanvas berwarna jingga keemasan. "Golden hour!" pekik Lusi. "Ayo, kalian berdua, berdiri di siluet candi itu. Ini akan menjadi foto terbaik hari ini!"

Akbar dan Erencya berdiri berdampingan, dengan latar belakang matahari terbenam yang dramatis. Lusi mengambil beberapa foto, menangkap siluet mereka yang sedang berpegangan tangan, sebuah gambar yang abadi dari hari pertama mereka yang sempurna.

Perjalanan pulang terasa lebih hening, namun dalam keheningan yang penuh kepuasan. Mereka bertiga lelah, namun hati mereka penuh. Sesuai rencana, mereka mengantar Akbar ke sebuah guesthouse sederhana dan bersih yang telah ia pesan secara online, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari pusat kota.

Di depan lobi guesthouse, Akbar keluar dari mobil.

"Besok aku jemput jam sepuluh pagi, ya, Kak," kata Erencya dari jendela mobil. "Kita lanjutkan 'proyek' kita."

"Aku tunggu," jawab Akbar sambil tersenyum. "Terima kasih untuk hari ini. Untuk semuanya." Matanya menatap Erencya, menyampaikan pesan yang lebih dalam.

"Sama-sama. Istirahat yang cukup ya, Kak."

Setelah mobil Lusi menjauh, Akbar masih berdiri di sana sejenak, menatap ke jalanan yang ramai. Ia menyentuh bibirnya, masih bisa merasakan sisa kehangatan dari ciuman pertama mereka. Hari ini jauh melebihi semua ekspektasinya.

Di dalam mobil, Erencya juga melakukan hal yang sama, jarinya menyentuh bibirnya dengan senyum melamun.

"Gimana?" tanya Lusi, menyeringai. "Pangeran dari Padang lulus ujian hari pertama?"

Erencya menoleh pada sahabatnya, matanya bersinar terang. "Dia bukan sekadar lulus, Lus. Dia... sempurna."

1
👣Sandaria🦋
masa iya kisah cinta anak SMA bisa bikin aku baper begini, Kak? konyol banget rasanya bagi aku yg udah emak-emak ini. tapi iya kenyataannya kisah cinta Akbar-Erencya memang bikin aku sebaper itu. hiks hiks hwaaaa...😭😭😭😆
👣Sandaria🦋
jadi ini beneran kisah nyata, Kak? kalaupun nanti berakhir sedih. keknya ini kisah cinta paling epik yg pernah kubaca. padahal baru awalnya lho😀
Sang_Imajinasi: hihi, gpp kok nangis, aku aja baca nangis 😭😆
total 1 replies
👣Sandaria🦋
waduh. kata2 Akbar sungguh menyentuh hatiku, Kak. boleh nangis gak nih?!?😭😅
👣Sandaria🦋
kentara sekali ini Akbar yg pegang kendali, Kak. mungkin itu enaknya punya hubungan dengan bocil😅
👣Sandaria🦋
anak SMA punya cowok anak kuliahan pasti senang banget dia, Kak. bisa dibanggakan pada temannya. tapi bagi cowok yg anak kuliahan punya cewek SMA pasti sering diledek temannya. biasanya begitu. malah dikatain pedofill🤦😂
Sang_Imajinasi: tapi muka anak kuliahan baby face kok 🤣🤣🤣
total 1 replies
👣Sandaria🦋
iya. siapa tahu sebentar lagi Akbar jadi seorang CEO. kek di nopel-nopel🤦😂
Sang_Imajinasi: hahaha ga sampai ceo2 an 🤣🤣
total 1 replies
👣Sandaria🦋
wah. sholeh juga Akbar. tebakanku kalau mereka berjodoh. si cewek yg login🤔🤣
Sang_Imajinasi: iya cewek nya yang login, udh belajar juga sebagian 🤣
total 1 replies
👣Sandaria🦋
dunia maya penuh tipu-tipu. hati menginjak otak mah lumayan. yg parahnya yg enggak kebagian otak itu, Thor😂
Sang_Imajinasi: Hahahaha 🤣
total 3 replies
👣Sandaria🦋
aduh! ini lagi. 18 tahun baru kelas 1 SMA, Thor? berapa tahun itu tinggal kelasnya?😭😭😭 atau authornya masuk SD umur 8 th kali..?🤔
👣Sandaria🦋
nama gurun banget ya?😆
👣Sandaria🦋
24 tahun baru nyusun skripsi, Thor? model-model mahasiswa sering nitip absen ini nampaknya🤔😆
Sang_Imajinasi: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
👣Sandaria🦋
aku dulu juga pernah mengalami hal konyol serupa, Thor. terpaku melihat profil aktor-aktor Korea. rasa-rasa bisa kumiliki😭😂
👣Sandaria🦋
mampir, Kak. menarik kayaknya nih. cinta menabrak aturan. Muslim Minang - Budha Tionghoa. kita lihat bagaimana cara authornya menyelesaikan perkara ini. dan seberapa cantik manuvernya. berat lho ini. gas, Kak!😅
Fendri
wah hp yang disita dibalikin ayahnya, jadi bakal hubungin akbar donk
Fendri
kalau dihayati cerita nya jadi sedih juga berasa diposisi mereka 🤭
Sang_Imajinasi: jangan sampai 🤣🤣
total 1 replies
Fendri
lanjut lagi thor jadi penasaran wkkw
Sang_Imajinasi
ON-GOING
Fendri
lanjut thor baguss
Fendri
awal dari segalanya ini
Bayu
bikin happy ending aja thor ini 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!