Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
“Celline….. Buka pintunya!”
“Tuan James!” Pekik Celline.
Begitu mendengar suara suaminya, Celline langsung turun dari ranjangnya. Dia senang bukan main melihat suaminya kembali.
“Kenapa kamu jadi berkeringat dingin begini?”
Celline hanya menggeleng pelan. Dia pun langsung memeluk tubuh pria itu, sangat terasa hangat dan nyaman.
Tapi, tunggu dulu! Aroma tubuh James sangat Celline hapal benar. Ini bukan suaminya. Celline langsung membuka matanya. Ternyata itu hanyalah mimpi saja.
Celline pikir dia sedang memeluk tubuh suaminya. Tapi, pada kenyataannya, di atas ranjangnya kini justru ada Denny tanpa mengenakan baju atasan.
Celline melirik ke seluruh penjuru ruangan. Mengapa pria ini tiba-tiba muncul dan berada di atas ranjangnya.
Celline sangat kaget dan langsung bergegas. Dia langsung berlari ke arah pintu. Dilihatnya jendela kamar sedang terbuka.
Pasti pria ini lewat dari jendela kamar yang terbuka itu. Celline ingin melarikan diri. Celline berteriak kencang meminta pertolongan.
“Bi….. Bibi…..!”
“Untuk apa kamu teriak seperti itu? Bibi tidak akan bangun. Aku sudah memberinya obat tidur.”
Semakin bertambah paniklah Celline. Denny benar-benar sangat keterlaluan. Dia tidak menyangka kalau suaminya mempunyai adik laki-laki yang kurang waras seperti Denny.
“Kamu jangan macam-macam! Atau aku akan………!”
“Atau apa?! Aku yakin kalau kamu sudah tidur dengan Kak James. Jadi, kamu jangan munafik! Aku lebih bisa memuaskanmu, daripada kakakku yang sudah berumur itu!”
“Jangan mendekat!” Teriak Celline ketakutan.
“Ayolah, Celline! Segalanya akan lebih cepat dan mudah, kalau kamu tidak melawan!” Denny menyeringai pada gadis yang sudah berdiri dengan gemetar itu.
“Jangan macam-macam!” Celline meraih gunting yang ada di atas meja rias.
“Hei! Apa yang akan kamu lakukan?! Lepaskan gunting itu!”
Denny terlihat sangat panik, karena Celline mengarahkan gunting itu tepat ke lehernya.
“Kalau Tuan Denny mendekat, Celline tidak akan takut melakukan hal ini!”
Tangan Celline semakin mencengkram erat gunting itu. Sorot mata yang semula berisi ketakutan, kini berubah jadi berani menantang maut.
Lebih baik dia mati, daripada harus dinodai. Apa yang akan Celline katakan pada suaminya nanti? Ya, lebih baik dia mati saja.
“Jangan gila kamu!”
Denny berlari ke arah Celline. Dengan cepat dirampasnya gunting yang ada di tangan Celline.
Namun sedikit terlambat. Ujung benda tajam itu sudah menyentuh masuk menembus kulit Celline.
“Celline!” Teriak Denny dengan panik bukan main saat melihat tetes demi tetes darah segar mengucur di atas lantai.
Lantai tempat Celline berdiri kini sudah dipenuhi oleh tetesan benda kental berbau amis. Celline juga shock melihat keberaniannya itu, sehingga dia jadi lemas dan pingsan.
Semakin paniklah Denny. Dicarinya benda yang bisa menahan tetesan darah itu. Denny melihat sebuah syal yang menggantung di pintu kamar. Kemudian dia langsung mengambilnya dan melilitkan benda itu ke leher Celline. Setelah itu, dia bergegas menuju garasi mobil dan bersiap untuk menuju rumah sakit.
*****
Pagi harinya….
Karena dosis tinggi yang diberikan Denny, membuat bibi dan kepala pelayan tidur cukup lama. Sampai pukul lima pagi, saat James kembali ke mansionnya untuk mandi. Wanita paruh baya itu masih tidur di kamarnya.
“Kemana mereka? Kenapa mansion ini sepi sekali?”
Karena rindu, tanpa James sadari, kakinya menuntunnya menuju kamar tamu.
“Rupanya anak itu sudah bangun!” Pikir James saat melihat kamar Celline terbuka.
“Celline….. Celline…..!” Panggil James.
Namun, langkah kaki itu seketika terhenti tak kala menatap banyak noda darah yang ada di atas lantai kamar Celline.
“Ada apa ini?!” Tanya James bingung sekaligus panik.
James berpikir kalau ada perampok masuk, kemudian dia berlari menuju kamarnya. Pria itu membuka brankas dan mengambil sesuatu dari dalam sana.
James berjalan dengan sangat waspada dan hati-hati. Mansionnya terlihat kosong. Kamar Denny dan Celline terlihat kosong. Hanya tersisa kamar kepala pelayan dan bibi pelayan.
Karena cemas bercampur was-was, akhirnya James membuka pintu kamar asisten rumah tangganya itu. Kepala pelayan dan bibi pelayan yang seketika itu terbangun dengan kepala terasa pusing terhenyak kaget.
“Bi….. Bibi…..! Dimana Celline?!”
James meriksa seluruh ruangan. Kamar kepala pelayan dan bibi pelayan juga kosong. Kepala pelayan dan bibi pelayan yang ingat kejadian semalam, mau bercerita, namun mereka sangat takut kalau kedua saudara itu akan berakhir dengan keributan dan perang besar akan segera terjadi.
“Apa tidak ada di kamarnya, tuan?”
“Tidak ada. Di kamar Celline hanya ada tetesan darah yang cukup banyak.” Jawab James.
“Darah?! Ya Tuhan, kasihan anak itu!”
“Apa bapak dan bibi tahu sesuatu?” James curiga melihat mimik wajah mereka yang berubah kebingungan.
Kini James mengintrogasi kedua pelayannya itu. Mereka adalah orang-orang yang sudah bertahun-tahun setia pada dirinya. Mereka juga merasa kasihan dengan nasib yang dialami oleh Celline. Akhirnya, mereka menceritakan tentang kejadian semalam.
Meskipun dia tidak melihat Denny berbuat apa pada Celline, namun bibi mengatakan kalau kondisi Celline saat itu sangat berantakan sekali. Rambutnya acak-acakan. Semakin panaslah hati James mendengarnya. Dia langsung menghubungi nomor telepon Denny.
Sedangkan di rumah sakit, di ruang inap, Denny langsung jadi panik. Saat James menghubungi dirinya, secepat kilat Denny langsung menonaktifkan handphonenya.
Belum apa-apa saja, tubuh Denny sudah sakit semua. Jangan-jangan kakak laki-lakinya itu akan menghancurkan semua tulang-tulangnya.
“Celline, bangunlah!” Denny meminta dengan penuh harap.
Entah tulus atau tidak, yang jelas mata pria itu sudah mengembun atau mungkin kini dia jadi takut pada James yang selama ini sudah mengurus dirinya.
James pasti akan memotong lehernya, karena telah melukai simpanan sang kakak.
“Kemana bocah tengil itu?!” Maki James. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk mematahkan semua sendi Denny.
“Dasar adik kurang ajar!” Umpat James saat mendengar cerita dari bibi pelayan.
James pun kembali memanggil bibi. “Hubungi saya, kalau mereka sudah kembali!”
“Baik, tuan.”
James langsung memacu mobilnya mencari Celline dan Denny. Kemana dua orang yang sudah mengusik hatinya saat ini?
“Denny, kalau kamu macam-macam, aku pastikan benda ini akan menembus kepalamu!” Maki James sambil mencengkram kemudinya dan matanya menatap ke arah senjata miliknya.
James sudah mencari ke semua tempat, sampai mencari ke rumah teman-teman Denny yang selama ini akrab dengan Denny. Tapi, semuanya nihil. Tidak ada hasilnya sama sekali.
Sedangkan di rumah sakit, Celline sudah siuman. Namun, dia masih berpura-pura pingsan, karena Denny duduk tepat di sebelahnya.
Celline menunggu untuk mencari sela, supaya dia bisa kabur saat Denny masuk ke dalam kamar mandi. Dia mencabut selang infus yang menempel di tangannya.
Gadis itu berusaha untuk melarikan diri, meski dengan tertatih-tatih. Karena tubuhnya merasa sangat sakit semua dan juga pusing. Baru beberapa langkah, terdengar suara berteriak memanggil namanya.
Dengan panik, Celline langsung mencari perlindungan. Tak jauh dari tempatnya, seorang pria berjas putih berjalan ke arahnya.
“Tolong saya, dok!” Celline langsung bersembunyi di balik tubuh dokter itu.
Tubuh Celline masih gemetaran. Dia bersembunyi di belakang tubuh sang dokter yang kebetulan melewatinya. Dia tidak berani menatap. Dia terlihat sangat ketakutan.
Sampai tubuh dokter itu berbalik, barulah Celline melihat sekelilingnya. “Kemana Tuan Denny?” Tanyanya.
“Apa yang sedang terjadi?” Tanya dokter itu dengan wajah cemas. Dia yakin ada hal buruk sedang menimpa pasien yang ada di depannya itu.
“Ada yang mengejar-ngejar saya, dok!” Jawab Celline dengan wajah ketakutan.
“Dimana?” Tanya dokter itu lagi sambil mengamati sekelilingnya. Dilihatnya tidak ada siapa-siapa, hanya ada satu atau dua orang perawat saja yang lalu lalang.
Mata Celline melihat sekelilingnya. Aneh sekali! Seperti ditelan bumi saja. Denny malah tidak terlihat batang hidungnya sama sekali sekarang. Kemana pria itu menghilang?
“Tadi dia ada di sana!” Celline menunjuk ke salah satu arah.
Dokter itu menatap Celline sesaat, kemudian kembali bicara, “Adakah kerabat atau saudara yang bisa dihubungi?” Tanya dokter itu. Dokter itu melihat kecemasan berlebihan pada Celline.
Ketakutan Celline tidaklah wajar. Mungkin juga membutuhkan seorang dokter yang ahli untuk merawat psikisnya. Lihat saja, tangan Celline masih terlihat gemetar karena rasa takut yang berlebihan.
Bersambung…….