NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Ceo Impoten

Terjerat Cinta Ceo Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Obsesi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nona_Written

"Ta–tapi, aku mau menikah dengan lelaki yang bisa memberikan aku keturunan." ujar gadis bermata bulat terang itu, dengan perasaan takut.
"Jadi menurut kamu aku tidak bisa memberikanmu keturunan Zha.?"

**

Makes Rafasya Willson, laki-laki berusia 32 tahun dengan tinggi badan 185cm, seorang Ceo di Willson Company, dia yang tidak pernah memiliki kekasih, dan karena di usianya yang sudah cukup berumur belum menikah. Akhirnya tersebar rumor, jika dirinya mengalami impoten.
Namun Makes ternyata diam-diam jatuh cinta pada sekertarisnya sendiri Zhavira Mesyana, yang baru bekerja untuknya 5 bulan.

bagaimana kelanjutan ceritanya? nantikan terus ya..

jangan lupa Follow ig Author
@nona_written

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Written, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kembali memulai

Hening menemani malam di balkon apartemen Zhavira. Angin berembus lembut, menyisir helaian rambutnya yang tergerai begitu saja. Matanya belum lepas dari sosok yang berdiri di hadapannya. Makes. Laki-laki yang pernah ia tinggalkan demi menyelamatkan hatinya sendiri. Laki-laki yang kini kembali berdiri di sana, tak banyak bicara, tapi menghadirkan debaran yang tak bisa ia abaikan.

"Zha," gumam Makes lirih, suaranya nyaris terbawa angin malam. "Aku pikir... mungkin aku sudah siap untuk berhenti berusaha. Tapi ternyata, kamu masih tempat aku pulang."

Zhavira menggigit bibir bawahnya. Ada semburat merah di pipinya, bukan karena dingin, tapi karena perasaan yang tak mampu dia redam lebih lama. Ia menunduk, namun Makes maju selangkah, lalu meraih dagunya dengan pelan, memaksanya menatap.

"Aku rindu," ujar Makes dengan napas berat. "Gila, aku bahkan sempat marah sama diriku sendiri karena masih merindukanmu secepat ini."

Zhavira tak bisa berkata apa-apa. Hatinya seperti terhimpit perasaan yang terlalu besar untuk dipikul sendiri. Ia juga merindukannya. Merindukan segala tentang Makes. Cara Makes memandangnya. Cara Makes menyebut namanya. Bahkan keheningan di antara mereka pun terasa berarti.

"Aku juga rindu, Makes..." bisiknya akhirnya.

Makes menatap Zhavira dalam-dalam, mencari celah, kejujuran, dan keikhlasan di matanya. Dan saat Makes yakin Zhavira tidak lagi berpura-pura kuat, tangannya terulur, menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.

Pelukan itu hangat. Kencang. Seolah ingin menyampaikan bahwa tak peduli berapa kali mereka sempat menjauh, Makes tak akan pernah benar-benar pergi.

Zhavira membenamkan wajahnya ke dada bidang Makes, menghirup wangi parfum yang sangat ia kenali. "Kenapa kamu pergi ke Jakarta dan gak kasih kabar sama sekali?" gumamnya, suaranya nyaris hilang di dada Makes.

"Karena aku takut," jawab Makes jujur, menyentuh lembut rambut Zhavira. "Takut kalau aku terus hubungi kamu, aku akan makin bergantung. Padahal aku sadar, kamu belum sepenuhnya terima aku kembali."

Zhavira mengangkat wajahnya, dan tepat di saat itu, mata mereka bertemu—begitu dekat.

Dan ketika Makes mendekat, Zhavira tak menolak.

Ciumannya begitu lembut. Tak tergesa. Seolah waktu berhenti berdetak hanya untuk mereka malam itu.

Makes mencium bibir Zhavira dengan hati-hati, seperti mencium luka yang nyaris sembuh. Zhavira memejamkan mata, membiarkan bibir mereka saling menyentuh dalam bisu, dalam keheningan yang mengandung rindu dan harapan.

Tak ada yang berkata apa-apa setelahnya. Namun keduanya tahu, malam itu bukan hanya tentang ciuman. Tapi tentang pengakuan—bahwa cinta mereka belum benar-benar mati. Bahwa ada harapan untuk disembuhkan, perlahan, bersama-sama.

Hening menyelimuti balkon kamar Zhavira, hanya suara deburan ombak yang terdengar samar. Zhavira masih menunduk dengan napas yang belum sepenuhnya teratur setelah ciuman panjang dan lembut itu. Pipinya memerah, matanya masih berembun karena begitu banyak emosi yang mendesak keluar. Sementara Makes berdiri di hadapannya, menatap wanita itu seolah tak percaya bisa memilikinya lagi.

"Zha..." panggilnya pelan, suara baritonnya sedikit serak. "Aku... benar-benar merindukanmu."

Zhavira hanya mengangguk kecil. Ia tak tahu harus berkata apa lagi, karena rasanya jiwanya baru saja disentuh kembali setelah lama mati rasa.

Tangan besar Makes perlahan meraih jemari Zhavira. Ia mengecupnya pelan, lalu berjongkok di hadapan wanita itu. Tatapan matanya kini sehangat matahari musim gugur. Tidak meledak-ledak, tapi cukup dalam untuk meluruhkan dinding yang telah lama Zhavira bangun.

"Can I carry you?" tanyanya dengan suara nyaris berbisik, seolah meminta izin dengan cara paling tulus.

Zhavira terdiam beberapa detik, sebelum akhirnya mengangguk pelan.

Makes segera mengangkat tubuh Zhavira dengan kedua lengannya. Wanita itu sontak melingkarkan tangan di lehernya dan menunduk dalam dekapannya. Wajah mereka begitu dekat. Jantungnya berdebar begitu keras, dan Makes bisa merasakannya.

Langkah-langkah kaki pria itu membawa mereka menuju kamar. Pintu dibuka pelan, suasana dalam kamar remang dan tenang. Seprai putih di atas tempat tidur tampak bersih dan rapi—namun sebentar lagi akan menyimpan kisah dua hati yang kembali saling memilih.

Dengan sangat hati-hati, Makes menurunkan tubuh Zhavira ke atas kasur. Ia bahkan menunggu sejenak sampai Zhavira menatapnya dengan tenang sebelum ia ikut naik dan berbaring di sampingnya.

Mereka hanya berbaring. Saling menatap.

"Zha, aku serius soal kita. Aku tahu aku bukan pria yang sempurna, aku keras kepala, terlalu fokus pada kerjaan, dan kadang... terlalu terobsesi dengan kamu," ucap Makes pelan, menatap langit-langit sesaat sebelum menoleh kembali pada wajah wanita yang kini begitu dekat dengannya.

Zhavira menghela napas lembut. Ia memiringkan tubuh, menatap wajah pria itu dalam diam.

"Aku juga bukan wanita sempurna, Makes. Aku pernah menyerah, pernah kabur. Aku takut kamu nggak akan pernah pilih aku. Tapi..." Zhavira menahan napasnya sebentar, sebelum melanjutkan, "aku tetap mencintaimu. Dan aku... nggak mau kehilangan kamu lagi."

Makes menggenggam tangan Zhavira, lalu menariknya mendekat hingga tubuh mereka bersentuhan. Ia membelai pipi wanita itu dengan ibu jarinya.

"Mau nggak... kita mulai lagi dari awal?" tanya Makes, nyaris berbisik.

Zhavira mengangguk. "Tapi jangan pergi lagi tanpa kabar. Jangan bikin aku nunggu kayak tadi..."

Pria itu menghela napas dan menyentuh keningnya ke kening Zhavira. "Maaf. Aku salah. Aku janji, kalau kamu izinkan, aku bakal selalu pulang ke kamu."

"Aku izinkan," jawab Zhavira lirih.

Beberapa detik setelah itu, Makes mengecup keningnya. Lalu turun ke pipi. Jemari mereka masih bertaut. Perlahan, tubuh mereka semakin mendekat. Tapi malam ini bukan tentang gairah. Malam ini tentang kedekatan yang emosional, kehangatan yang menyembuhkan.

Makes membenamkan wajahnya di leher Zhavira. "Kamu wangi..." gumamnya.

Zhavira tersenyum, pipinya memanas. "Padahal tadi buru-buru mandi."

"Dan tetap secantik dulu," katanya sambil menarik selimut menutupi mereka berdua.

Zhavira bersandar di dadanya. "Kalau nanti kamu mulai ragu, jangan pergi ya. Bilang."

"Mau aku tulis di kontrak kerja? Tanda tangan pakai darah?" goda Makes.

Zhavira tertawa kecil, lalu mencubit pinggang pria itu. "Kamu CEO aneh banget."

"Tapi CEO yang jatuh cinta sama sekretarisnya," bisik Makes, suaranya mulai sayup karena kantuk yang datang pelan-pelan. "Sekretaris yang paling aku cari... ke mana pun kamu pergi."

Zhavira memejamkan mata, lalu menyandarkan kepala lebih erat di dada Makes.

"Hmm... jangan pernah cari yang lain ya," ucapnya dengan suara pelan.

Makes tersenyum. Tangannya memeluk erat tubuh Zhavira. “Selama napas ini masih ada, satu-satunya orang yang aku mau peluk... cuma kamu.”

Lampu tidur menyala temaram. Di bawah selimut putih, dua hati yang sempat porak-poranda kini mulai menemukan iramanya kembali. Dalam kehangatan yang sunyi, malam itu menjadi saksi bahwa mereka memilih untuk memulai lagi. Dengan luka yang masih berbekas, namun cinta yang lebih kuat dari sebelumnya.

Dan akhirnya... mereka tertidur dalam pelukan.

1
Kei Kurono
Wow, keren!
Nona_Written: ❤️❤️ terimakasih
total 1 replies
ladia120
Ceritanya keren, jangan sampai berhenti di sini ya thor!
Nona_Written: makasih, bantu vote ya 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!