Who Are You?

Nyatanya memang beda dengan yang diharapkan sebelumya, tidak ingin bertemu dengan Asisten pribadinya, tapi apa yang terjadi malah sebaliknya, entah kenapa ada yang kurang jika tidak bertemu atau paling tidak bercakap secara langsung.

Akhirnya, hari ini Kia sudah berada di hadapannya langsung.

"Jadi bagaimana?"

"Apanya pak?" Kia sambil sedikit membenarkan duduknya, dan merapikan hijabnya, pasalnya kali ini seperti di kejar waktu karena terburu-buru.

"Kamu masih belum siap?" Tanya Galang merasa aneh, karena sebenarnya dirinya tak bisa menangkap sinyal kekesalan pada Kia saat ini.

"Ketemu pak Galang?" Tanya Kia yang kini sudah membuka laptop lalu mengarahkan ke Galang.

"Lebih tepatnya memberikan laporan" jawab Galang.

"Sebenarnya kan bisa lewat email atau video call pak" Kia masih ingin protes, dan hasilnya Galang hanya diam dan memperhatikan sesuatu yang ada di laptop Kia sat ini.

"Perfect, aku setuju tempat ini" ucapnya.

"Baiklah Pak, hanya ini kan?" Tanya Kia lagi, takut ada yang terlewat.

Galang diam sejenak, rasanya kok masih ada yang kurang jika Kia harus keluar saat ini dari ruangannya, entahlah perasaan apa ini, macam-macam saja.

"Bagaimana jika kamu bicarakan hal ini ke Sukma dan Lea juga, mumpung ada disini"

"Tentu saja pak, maksud saya, untuk pak Galang, cukup ini saja, apa masih ada yang kurang?"

"Oh, aku, em, kurasa cukup, dan sebaiknya panggil Sukma dan Lea kesini saja"

Seketika Kia terkejut, diam dan mengerutkan kening, takut ada yang tidak beres dengan isi kepala atasannya saat ini, butuhnya sama siapa ngomongnya di tempat siapa, ada-ada saja.

"Nggak perlu pak, biar saya yang ke ruangan Bu Sukma dan Bu Lea, saya rasa tidak terlalu lama untuk membahas hal ini pak, jadi tidak perlu juga di tempat pak Galang kan?"

"Aku juga ingin mendengar pendapat mereka, apa kau menyuruhku datang ke tempat mereka, begitu?"

Ya Tuhan penguasa semesta alam, sebenarnya apa yang ada dalam pikiran bosnya saat ini, masalah sepele dibikin ruwet kayak gini, harusnya sejak tadi bilang kalau ingin rapat bersama, kan selesai dari tadi.

"Baiklah pak, apa kata pak Galang, dan sebaiknya bapak sendiri yang menghubungi, saya tidak enak hati pak"

"Ok, tidak masalah" ucap Galang, kemudian segera menghubungi orang yang di inginkan.

Alhasil sekarang ini Kia lebih banyak diam, menunggu dua orang lagi datang keruangan atasannya, memilih laptop sebagai tempat fokus untuk mengerjakan sesuatu yang tertunda.

Bagaimana dengan Galang?, tentu saja ada senyuman tersembunyi, menikmati pemandangan yang mungkin bisa dibilang ia rindukan.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu, atas perintah Galang, Sukma dan Lea membuka pintu dan tersenyum menyambut Kia yang juga sudah tersenyum pada mereka

"Loh, kok ada disini, bukannya masih belum waktunya?" Tanya Sukma merasa aneh, karena harusnya Kia ada di tempat kerja di hari kamis dan Jum'at saja, sesuai dengan ijin yang di ajukan kemaren.

"Iya Bu, ada perintah dadakan" jawab Kia.

"Oh ya, dari pak Galang?" Sahut Lea sambil menatap Galang aneh.

"Ada hal serius yang perlu di omongkan" sahut Galang.

"Serius?, ada apa pak?" Tanya Sukma.

"Mungkin Ambar bisa menjelaskannya, silahkan, aku akan mendengarkan diskusi kalian, hasil akhir dan segala sesuatu harus di putuskan sekarang"

Kia lalu mulai memberikan penjelasan dengan detail, dari awal pengenalan tempat sampai budget yang harus dikeluarkan.

"Amazing, aku rasa ini sangat sempurna, dan kali ini kita bisa low budget dengan tempat yang begitu memukau" ucap Lea.

"Aku setuju, dan kita akan membantumu" sahut Sukma.

"Terimakasih, saya sangat membutuhkan bantuan Bu Sukma dan Bu Lea, dan untuk sementara kita bisa bertukar informasi lewat online dulu, baru dua hari sebelumnya bisa menuju ke Surabaya dengan hotel yang sudah saya boking kan"

"Good, itu lebih efektif Ambar, kita disini juga tidak meninggalkan pekerjaan penting, bukan begitu?" Tanya Lea dengan menatap Sukma untuk meminta pendapatnya.

"Yes, aku setuju, itu akan lebih efisien juga, bagaimana pak Galang?" Kini Sukma menatap Galang.

"Aku sependapat dengan hal itu, dan aku yang nantinya akan ikut terjun langsung kali ini"

"Apa?!" Sukma dan Lea terkejut.

"Kenapa harus pak Galang, kan sudah ada Kia?" Tanya Sukma.

"Aku ingin persiapan ini sempurna, tempat yang akan kita gunakan sangat jauh, berada di Surabaya, dan aku ingin memastikan semuanya benar-benar seperti yang aku inginkan, jangan sampai mengecewakan pemilik Wans Company, kalian tau bagaimana mereka bukan?"

Lea dan Sukma saling pandang, lalu mengangguk setuju pada akhirnya,. walaupun dirasa memang agak sedikit aneh saja, tidak biasanya sang Bos mau ikut mengurusi hal seperti ini.

Bagaimana dengan Kia, hanya terdiam dan fokus pada apa yang sudah dikerjakan di laptopnya.

"Bagaimana Ambar?" Tanya Sukma pada akhirnya.

Ambar menutup laptopnya perlahan, menarik nafas pelan dan_

"Apa kata Pak Galang"

Kia menyadari ini perusahaan siapa, dan tentunya tak mungkin juga dia menolak apa yang di inginkan atasannya, nyatanya yang pernah dia lakukan percuma, tetap saja seorang Galang melakukan apa yang diinginkan, berdebat hanya akan membuatnya rugi pikiran dan waktu saja.

Disaat keputusan akhir telah diambil, datanglah Zaki yang melangkah masuk dengan heran.

"Kalian disini?" Saat melihat Sukma dan Lea, lalu tatapannya beralih dan semakin terkejut saat melihat_ "Ambar?" Ucap Zaki yang kemudian mendekati.

"Bisa katakan ada apa?, kenapa semua berkumpul disini?" Tanya Zaki.

"Urusan Acara tahunan itu, mereka sudah siap, dan aku ingin kamu juga ikut memantau Zek" ucap Galang.

Bagai mendapat hadiah, Zaki tersenyum lebar dan berkata, " Dengan senang hati, kapan aku harus bergabung dengan kalian?"

"Kau cukup mengendalikan dari sini, aku, Lea dan Sukma yang nanti akan ikut turun langsung ke Surabaya" sahut Galang cepat.

"What?, oh come on"

"Cukup rapat hari ini, Ambar bisa kembali ke tempatmu, kalian juga" perintah Galang dan di balas anggukan.

"Hei, ayolah Galang, kau tidak sedang bercanda kan?" Ucap Zaki masih tak terima dengan keputusan Galang.

"Kau yang akan meng handle perusahaannya selama aku tidak ada di perusahaan nanti, bisa dibayangkan jika kau juga ikut pergi, apa yang akan terjadi disini" alasan Galang masuk akal juga tapi _

"Kenapa tidak di balik saja, kau yang duduk tenang disini, urusan di Surabaya kamu serahkan saja padaku, bukankah biasanya begitu?"

"Kali ini tidak biasa" jawaban yang tidak bisa dibantah lagi.

Diam, kali ini Zaki tak lagi bisa protes," Oh ya Tuhan, baiklah pak Galang, aku pergi" pamit Zaki dan sudah melangkahkan kan kakinya.

"Bekerja diruangan mu, jangan menganggu orang lain" ucap Galang sebelum Zaki benar-benar keluar melewati pintu.

Sejenak Zaki terdiam, terkejut akan perkataan Galang yang sepertinya tau kemana arah tujuan berikutnya, "Ish, makin mirip paranormal saja si Galang" gumamnya sambil berlalu.

Yuk mana komennya?, jangan lupa like Vote dan tonton iklannya.

Bersambung.