Hulya Millicent harus terjebak dalam obsesi cinta seorang bos mafia. Dia bahkan tidak tahu kalau dirinya telah dinikahi oleh sang mafia semenjak usianya baru 18 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Persyaratan Rujuk
...•••Selamat Membaca•••...
Orang pertama yang dicari oleh Marchel ketika baru pulang dari Norwegia adalah Dexter, pria yang telah berani mencium kekasih hatinya dengan mesra.
Dexter ke New York dalam rangka mengurus beberapa transaksi dan menemui beberapa rekan bisnisnya, Marchel langsung menghajar Dexter yang tengah duduk di sebuah club malam bersama beberapa orang pria.
Dia sedang mengadakan transaksi besar saat itu, Marchel yang sudah diliputi emosi, tanpa ampun memukuli Dexter.
"Dasar brengsek, kau tidak bisa melirik wanita lain hah? Kenapa kau malah tertarik pada istriku?" Amarah Marchel tidak terkendali pada Dexter, bayangan ciuman mereka masih teringat jelas di benak Marchel sehingga pulang dari Norwegia, orang pertama yang ingin dia habisi adalah Dexter.
"Haha dasar bodoh kau Marchel, Hulya itu bukan istrimu lagi, apa kau amnesia, hah? Dia hanya mantan istrimu yang kau perlakukan layaknya tawanan, aku bebas mendekatinya, karena dia bukan milik siapa pun," sengit Dexter dengan tatapan tajam.
Marchel yang tidak terima, langsung memukul Dexter kembali dan kali ini Dexter melawan. Perkelahian antara dua bos mafia itu berlangsung cukup lama dan melibatkan beberapa orang anak buah mereka.
Louis yang hadir di sana akhirnya melerai, jika diteruskan, mungkin salah satu dari Marchel dan Dexter akan tamat.
"Jangan bodoh Marchel, ini tidak benar, kau bisa mati konyol di sini," tegur Louis.
"Aku tidak peduli, aku akan membunuh bajingan ini," balas Marchel.
"Silakan, ayo lanjutkan pengecut," tantang Dexter dengan senyum remeh pada Marchel.
"Brengsek kau bajingan." Marchel kembali menyerang Dexter, untungnya Alessandro dan Justin datang lalu menahan Marchel. Dexter sendiri terlihat begitu santai, walau pun wajahnya kini babak belur.
"Sudah, jangan begini, kita bisa selesaikan baik-baik," kata Alessandro sambil memegangi tubuh Marchel.
Karena emosi dan rasa kesal tak kunjung hilang di hatinya, Marchel tidak mau mengalah dan tetap ingin menyerang sampai Bugh! Bugh! Justin melayangkan pukulan ke wajah Marchel.
"DIAM LAH MARCHEL, JANGAN GILA!" teriak Justin yang sudah hilang sabar.
Setelah kondisi terkendali, Marchel dan Dexter diminta untuk duduk berdua menyelesaikan semua masalah ini, mereka memilih ruangan VIP untuk bicara sambil menikmati minuman mahal yang menemani mereka.
"Aku pikir dia akan berpaling darimu, tapi nyatanya tidak, dia justru merasa bersalah padamu, Marchel. Setelah kami menghabiskan liburan singkat hari itu, dia terpikir kalau sesuatu itu salah dan merasa kalau dia telah mengkhianatimu," ujar Dexter dengan nada santai pada Marchel.
"Dia masih sangat mencintaimu, hanya saja dia terlalu takut menghadapi emosimu yang tidak bisa terkendali dengan baik. Apa kau tidak kasihan padanya?" lanjut Dexter lagi.
"Semenjak kejadian dengan Tifani waktu itu, dia berubah lebih dingin dan cuek padaku, dia bahkan tidak merasa cemburu lagi, aku hanya takut kehilangan dia," lirih Marchel mengingat bagaimana Hulya tidak mempedulikannya lagi.
"Dia bahkan tidak pernah lagi bermanja padaku, aku terlalu takut jika dia pergi, hanya itu saja." Marchel meneguk minumannya, terasa perih ketika Hulya tidak peduli padanya.
"Padahal kau orang yang lebih mengetahui dia, kau harusnya bisa merasakan ketika dia cemburu, sakit, senang, dan perasaan lainnya. Kau tidak bisa berasumsi sendiri, apa pernah kau bicara secara mendalam dari hati padanya setelah bercerai? Tidak kan." Marchel tertegun, apa yang Dexter katakan memang benar, selama ini dia justru terus menekan Hulya sehingga wanita itu menderita.
"Kekerasan bukan hal yang baik untuk memperbaiki hubungan, asal kau tahu Marchel. Dia selalu bilang padaku, kalau kau adalah pria yang bisa menggantikan posisi ayahnya, kau pria terbaik, apa kau tidak bisa merasakan hal itu?" Marchel memejamkan matanya, air mata yang menggenang akhirnya jatuh.
"Aku akan berusaha memperbaiki semuanya, aku akan berubah." Dexter menepuk pundak Marchel dan tanpa dia pikir, Marchel justru memeluk Dexter seperti seorang saudara.
Cukup lama pelukan itu sampai Dexter berkata, "Kalau Hulya yang memelukku begini, aku masih bisa terima selama apapun itu, tapi jika kau, aku rasa ini terlalu lama."
Marchel terkekeh setelah melepaskan pelukannya pada Dexter, dia kembali ke markas bersama dengan Justin, Alessandro dan Louis. Dexter sengaja tidak memberitahu pada Marchel mengenai kehamilan Hulya.
Di markas, Justin memberikan ide pada Marchel untuk mengabari Hulya bahwa Marchel koma. Rencana ini awalnya tidak disetujui oleh Marchel, mengingat Hulya tidak suka dibohongi begitu, tapi karena dorongan dari Alessandro dan Louis, akhirnya Marchel setuju.
...***...
Marchel menatap Hulya, kini mereka berada di dalam kamar yang sama. Marchel menceritakan semuanya pada Hulya hingga wanita itu sedikit terharu, ternyata masih banyak yang peduli dengan hubungannya bersama Marchel.
"Maaf ya, aku pernah berciuman dengan Dexter, aku hanya merasa nyaman dengan dia, karena selama ini kau selalu kasar padaku," ungkap Hulya sambil menundukkan pandangannya, Marchel tersenyum lalu menangkup wajah Hulya.
"Aku mengerti, semua sudah berlalu, maafkan aku. Tidak seharusnya aku memperlakukan kamu seperti ini, dua kali aku telah membuat kau keguguran dan sekarat, tolong maafkan aku." Marchel menyatukan kedua telapak tangannya lalu menangis di depan Hulya.
"Aku memaafkanmu, berjanjilah padaku, jangan berlaku kasar lagi dan tolong, jika kau emosi, kendalikan dirimu, tidak mungkin aku bisa tahan selamanya dengan tindakan kekerasanmu itu. Masa setiap kali hamil, aku harus keguguran terus." Marchel memeluk erat Hulya, dia terus mengucapkan kata maaf pada Hulya.
"Aku punya persyaratan rujuk untukmu," ujar Hulya. Marchel melepaskan pelukannya lalu menatap Hulya dengan alis yang terangkat sebelah.
"Persyaratan apa?"
"Pertama, kau tidak boleh mengasari aku lagi sampai kapan pun juga dan kau harus bisa mengontrol emosimu." Marchel mengangguk.
"Oke setuju."
"Kedua, kau tidak boleh lagi mengambil tindakan bodoh atau terlalu cemburu buta padaku sebelum mengetahui kejelasan dari apa yang kau lihat atau kau dengar."
"Oke, aku setuju."
"Ketiga, kau harus dalam mode Marchel, seorang jendral kesayanganku setiap saat tanpa terkecuali." Marchel terkekeh lalu mengangguk.
"Oke setuju."
"Keempat, kau tidak boleh menjalin hubungan apapun dengan wanita lain termasuk hubungan bisnis, pertemanan atau apapun." Marchel mengerutkan keningnya, lalu berpikir sejenak, kemudian dia mengangguk setuju.
"Setuju."
"Kelima, karena kau sering berada di kantor utama, aku tidak mengizinkan ada wanita di kantor itu, semua karyawan wanitamu, kau pindahkan saja ke kantor cabang atau di mana pun yang penting tidak kantor yang sering kau kunjungi. Aku tidak ingin ada drama dalam rumah tangga mengenai perselingkuhan antara bos dan sekretaris atau karyawan sendiri." Marchel menganga, apa yang diminta Hulya begitu pelik karena di kantor utamanya, justru karyawan wanita cukup banyak dan handal serta kompeten.
"Kalau itu mungkin sedikit sulit, aku janji Hulya, aku tidak akan berpaling darimu."
"Lima persyaratan itu sudah final dan tidak bisa diganggu gugat, jika kau tidak bisa menyanggupi salah satunya, maka kita tidak akan rujuk," ancam Hulya dengan tatapan tajam pada Marchel.
"Oke, aku setuju, besok aku akan memindahkan semua karyawan wanita dari kantor." Hulya tersenyum senang, dia memeluk dan mencium wajah Marchel berkali-kali.
"Hm... aku menginginkanmu, apa boleh?" Hulya membelalakkan matanya.
"Kita belum rujuk, kau jangan meminta yang macam-macam."
"Aku sudah hampir sebulan berpisah denganmu, lagian kau sudah hamil anakku juga."
"Iya aku tahu tapi aku tidak mau, udah sana, kembali ke kamarmu."
"Persetan dengan penolakanmu, aku menginginkan dirimu, se-ka-rang." Marchel langsung merangkul dan menidurkan Hulya, kali ini Marchel akan membuat Hulya menghabiskan beberapa ronde dengannya.
...•••BERSAMBUNG•••...