NovelToon NovelToon
Cursed Cancer

Cursed Cancer

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: lizbethsusanti

Baron sudah muak dan mual menjadi asisten ayah kandungnya sendiri yang seorang psikopat. Baron berhasil menjatuhkan ayahnya di sebuah tebing dan berhasil melarikan diri. Di tengah jalan Baron tertabrak mobil dan bangun di rumah baru yang bersih dan wangi. Baron mendapatkan nama keluarga baru. Dari Baron Lewis menjadi Baron Smith. Sepuluh tahun kemudian, Baron yang sudah menjadi mahasiswa hukum kembali dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yg dulu sering dilakukan oleh ayah kandungnya. Membunuh gadis-gadis berzodiak Cancer. Benarkah pelaku pembunuhan berantai itu adalah ayah kandungnya Baron? Sementara itu Jenar Ayu tengah kalang kabut mencari pembunuh putrinya yang bernama Kalia dan putri Jenar Ayu yang satunya lagi yang bernama Kama, nekat bertindak sendiri mencari siapa pembunuh saudari kembarnya. Lalu apa yang terjadi kala Baron dipertemukan dengan si kembar cantik itu, Kama dan Kalia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nyanyian

"Hewan itu tidak punya jiwa dan rasa kenapa harus ditatap sesedih itu? Mati ya mati"

Jenar dan Akira saling pandang lalu menoleh bersamaan ke asal suara.

Pandangan Jenar dan Akira kompak mengarah ke kaki pria itu saat pria itu sudah berbalik badan dan melangkah pergi.

Jenar dan Akira kembali bersitatap dan bergumam bersamaan, "Dia berjalan normal"

"Tapi, otaknya tidak normal" Suara Antares mengejutkan Jenar dan Akira.

"Kenapa begitu?" Jenar dan Akira bertanya hampir bersamaan dan itu membuat Antares tersenyum geli lalu berkata, "Kalian seperti saudara kembar meski wajah kalian beda, tapi kalian selalu kompak"

Jenar dan Akira terkekeh geli secara bersamaan lalu Jenar meluncurkan pertanyaan, "Apa maksud ucapan kamu tadi?"

Antares mengarahkan pandangannya ke gerbang rumahnya yang bergaya klasik modern sambil berkata, "Dia berbahaya. Intuisiku, yeeaahhh itu intuisiku"

"Dan intuisi kamu biasanya benar. Kalau dia datang lagi ke sini ajak aku menemuinya" Ucap Jenar.

"Lusa dia datang lagi dan aku akan ajak kamu menemuinya. Si Putih akan diurus pengurus taman kita yang baru. Ayo kita masuk" Antares merangkul bahu Jenar dan mengajak Akira juga Jenar masuk ke dalam rumah.

Di saat Jenar, Antares, dan Akira masuk ke dalam rumah, dua pasang mata menatap punggung mereka dengan seringai tajam. "Aku ternyata menyukai Antares. Dia teman ngobrol yang aku cari selama ini. Asyik, mau mendengarkan aku,.dan dia cerdas. Aku akan bermain-main sebentar dengannya sebelum aku menjadikan jari jemarinya menjadi koleksiku yang terbaik"

...♥️♥️♥️♥️...

Baron menarik tangan Kama lembut saat polisi yang dipanggil oleh pihak petinggi kampus berderap mendekati jasad cowok yang terduduk selonjor dibawah ring bola basket dan di dada cowok itu ada pisau lipat tertancap.

Kama menepis tangan Baron dan berbisik ke cowok itu, "Semua cowok di kampus ini adalah tersangka"

Baron menautkan kedua alisnya dan menyemburkan, "Kamu mencurigai aku?"

"Aku benar, kan, semua cowok di kampus ini adalah tersangka" Sahut Kama tepat di saat Radit berdiri di samping kanannya Baron.

Baron menoleh kaget ke Radit yang datang tak diundang.

"Dan teman kamu juga karena dia juga dari Paris" Kama menunjuk dagu ke Radit.

"Aku? Aku kenapa?" Radit menunjuk dirinya sendiri dengan kening berkerut.

"Kamu juga tersangka" Ucap Kama dengan wajah datar.

Kama langsung berbalik badan lalu meninggalkan Baron dan Radit di saat kedua cowok itu mengangkat kedua alis dan mulut ternganga lebar.

Baron langsung berlari menyusul Kama sebelum punggung cewek cantik itu menghilang di belokan dan Radit mengarahkan pandangannya ke jasad yang sudah dikerumuni pihak berwajib dengan wajah datar.

Baron berhasil menahan lengan Kama dan berkata, "Kamu tega menuduh aku, Kam?"

Kama menghempaskan tangan Baron, "Aku nggak nuduh. Aku cuma bilang semua cowok di kampus ini adalah tersangka"

"Itu sama aja nuduh, Kam. Lalu, gimana dengan hubungan kita? Kita beneran pacaran, kan? Kita udah sepakat, kan, Kam?"

Kama mendengus kesal lalu melangkah meninggalkan Baron.

Baron mengiringi langkah Kama,"Kamu belum makan, kan, aku belikan roti tadi, nih"

Kama menerima roti itu karena lapar lalu dengan cepat dia membuka plastik roti itu dan menyobek roti itu dengan giginya.

Baron tersenyum senang Kama masih mau menerima pemberiannya.

"Kamu mau ke mana?"

"Ke perpustakaan cari tempat tenang untuk menelepon Om Akira dan Mama untuk bertukar pikiran"

"Aku akan antar kamu"

Kama membiarkan Baron mengantarnya ke perpustakaan karena dia ingin menguji Baron dan si pemangsa. Kalau Baron pelakunya maka Kama bisa menemukan ada hal janggal di tubuh Baron seperti noda darah atau apapun yang janggal. Kalau Baron bukan pelakunya maka si pemangsa akan menargetkan Baron sebagai mangsa yang berikutnya.

Baron duduk sebentar di depan Kama untuk meletakkan air mineral di meja lalu menggesernya di depan Kama, "Minum dulu!"

Kama hanya menganggukkan kepala dan berkata, "Terima kasih," dengan mulut masih mengunyah potongan terakhir roti pemberiannya Baron.

Baron meletakan tasnya di atas meja lalu mengeluarkan satu buku sambil berkata, "Aku masuk kelas dulu. Dua jam lagi aku jemput kamu. Aku nitip tasku!" Baron mengusap cepat puncak kepalanya Kama dan sebelum Kama sempat menyemburkan protes, Baron sudah melesat pergi. Kama menahan diri untuk tidak teriak mengingat dirinya berada di dalam perpustakaan.

Kama hanya bisa menghela napas panjang lalu bergumam, "Kalau dia pelakunya kenapa dia bisa sesantai itu saat aku mencurigainya dan berusaha menjauh darinya?" Kama kembali menghela napas panjang lalu mengeluarkan ponselnya untuk menelepon mamanya.

Dua jam kemudian, Baron mengerutkan kening karena dia hanya menemukan tasnya tergeletak di meja masih di posisi yang sama saat dia meninggalkannya tadi dan Kama tidak nampak. Baron bergegas meraih tasnya lalu berlari ke setiap lorong rak untuk mencari sosok Kama, tapi nihil. Pemuda tampan itu kemudian berlari ke petugas depan untuk menanyakan Kama sambil memperlihatkan fotonya Kama yang ada di layar ponselnya. Namun, petugas depan juga satpam tidak melihat Kama keluar dari perpustakaan.

Baron kembali berlari ke setiap lorong perpustakaan dan di ujung koridor paling belakang dia menemukan sebuah pintu dan pintu itu sedikit terbuka. Baron bergegas beralih ke pintu itu.

Jantung Baron berdegup kencang, menabuh irama horor di dadanya. Sudah berapa lama Kama menghilang.Teleponnya mati, pesan-pesannya tak terkirim. Seharusnya Baron tidak khawatir karena dia yakin Kama masih berada di area kampus tepatnya di sekitar gedung perpustakaan. Namun, ponsel Kama mati. Belum ada kepastian apapun terkait keberadaannya Kama. Hanya satu yang pasti bagi Baron, ia harus terus bergerak. Naluri mengatakan ada yang tidak beres, dan naluri itu berteriak ke ketiga cewek yang tadi mengeroyok dan mendorong Kama. Pasti salah satu dari mereka pelakunya. Tetapi, tidak, tidak! Baron menggelengkan kepalanya sambil berlari menuruni anak tangga yang menuju ke gudang penyimpanan alat-alat olahraga. "Kama tidak mungkin diculik oleh si pemangsa. Nggak semoga nggak! Aku yakin nggak karena si pemangsa peduli sama Kama. Si pemangsa hanya akan membunuh cowok-cowok yang mendekati Kama"

​Baron teringat terakhir kali ia mengantar Kama ke perpustakaan lalu dia terpaksa meninggalkan Kama untuk mengikuti kelas yang dia pilih. Baron sontak menyesali pilihannya itu.Dia lebih memilih kelasnya daripada menemani Kama di perpustakaan. Dia merutuki keteledorannya meninggalkan Kama begitu saja setelah ditemukannya jasad bersimbah darah dengan mulut berbusa di lapangan basket.

Langkah Baron terhenti di depan bangunan panjang yang terbuat dari kayu. Baron berlari ke pintu satu-satunya bangunan itu. Tanpa pikir panjang, Baron mendobrak pintu gudang yang digembok dari luar. Baron bisa mendengar lagu yang pernah dia nyanyikan berdua bersama Kama sewaktu mereka asyik berlomba membuat istana pasir saat pintu itu terbuka lebar.

Soundtrack-nya film kartun Doraemon menusuk telinganya Baron, "Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini, ingin itu, banyak sekali......." Nyanyian itu terdengar lemah, hampir putus asa, tapi Baron bisa mendengar nyanyian itu. Kama sedang memberi tahu dirinya bahwa ia ada di sana.

Baron masuk ke dalam gudang tersebut. Bau apek dan debu menyambutnya. Dengan langkah hati-hati, ia meraba tembok mencari saklar untuk menyalakan lampu dan di saat dirinya tidak menemukan apapun di tembok, ia berjalan menyusuri ruangan yang gelap dengan perlahan, telinganya fokus pada suara nyanyian yang semakin jelas. Nyanyian itu membimbingnya ke atas. Baron mendongak dan memicingkan matanya ke atas sambil bergumam, "Gudang ini berlantai dua ternyata"

Baron kemudian berlari ke lantai dua dan mengabaikan kegelapan di sekitarnya. Saat kakinya menyentuh ujung anak tangga, ia berhenti sejenak untuk menajamkan penglihatannya. Di ujung koridor, sebuah pintu tertutup rapat. Dari celah bawah pintu, cahaya remang-remang menembus keluar. Baron berlari ke pintu itu lalu mengendap saat dia sudah berada dekat sekali dengan pintu itu. Ia menempelkan telinganya ke kayu lapuk dan ia mendengar suara seorang gadis, dingin dan mengancam, disusul nyanyian pelan yang melantunkan lirik lagu sountrack-nya film kartun Doraemon.

"Diam! Jangan bernyanyi lagi!!!" Teriakan seorang gadis terdengar lalu menyusul bunyi plak!

Darah Baron mendidih saat dirinya membayangkan Kama di balik pintu itu dalam keadaan memprihatinkan. Untuk itulah ia mendobrak pintu itu dengan sekuat tenaga. Engselnya berderit dan patah, pintu terbuka lebar menampilkan pemandangan yang membuat Baron terkesiap. Kama terikat di kursi, kedua matanya ditutup kain, matanya merah dan bengkak karena menangis. Seorang cewek yang Baron tidak ketahui namanya dan Baron tidak ingin tahu namanya berdiri di depannya, seringai iblis terukir di wajahnya.

"Baron? Nama kamu Baron, kan?" suara cewek terdengar terkejut dan berbuah menjadi teriakan penuh amarah, "Bagaimana kau bisa..."

Baron langsung mencekik leher cewek itu lalu mendorongnya sampai punggung cewek itu membentur tembok. "Aku bukan pria baik-baik jadi camkan ini baik-baik! Kalau kamu menyentuh Kama lagi maka aku akan membu......."

"Baron!" Suara teriakannya Kama membuat Baron melepaskan cekikannya. Lalu, cewek yang bernama Belovi itu berlari meninggalkan Baron dan Kama sambil mengelus lehernya sambil terbatuk-batuk.

Baron segera menghampiri Kama. Tangannya gemetar saat ia melepaskan ikatan pada pergelangan tangan dan kaki Kama. Kain di mata Kama ia tarik perlahan.

"Baron!" Kama langsung memeluknya erat dan sontak terisak menangis. isakannya kini berubah menjadi tangisan lega. "Aku takut sekali......"

Baron langsung berjongkok di depan Kama. laki-laki tampan itu menemukan mata Kama tampak gelisah dan Baron mendengar Kama bergumam meskipun sangat lirih, "Aku merasa dia mengawasi," Baron mencoba menenangkannya, memeluknya erat, dan berbisik sambil mengusap lembut punggung Kama, "Aku sudah datang, Kam, tenang, ya, tenang"

Kama memeluk Baron erat dan Baron memeluknya balik, erat sekali, seolah tak akan pernah melepaskannya lagi. Ia mencium puncak kepala Kama, merasakan napas lega Kama di bahunya. "Kau aman sekarang. Aku di sini."

"Bagaimana kau tahu aku di sini?" bisik Kama.

Baron tersenyum tipis, mengusap lembut rambut Kama. "Cintaku yang sangat besar untuk kamu yang menuntunku ke sini lalu aku mendengar nyanyianmu. Lagu yang pernah kita nyanyikan bareng pas kita lomba bikin istana pasir. Aku tahu itu sinyalmu."

Kama mendongak, menatap Baron dengan mata penuh cinta dan kekaguman. "Kau penyelamatku"

Aku ternyata salah sudah mencurigai Baron. Bisik Kama di dalam hatinya.

Baron mengecup kening Kama. "Dan kau adalah nyanyian yang akan selalu aku buru, ke mana pun kau pergi dan menghilang, cintaku yang sangat besar untukmu pasti bisa menemukan keberadaanmu"

1
Blue Angel
semangat kak
Syhr Syhr
Ada apa ini?
Syhr Syhr
Insting seorang ibu pasti akan menemukannya.
Aerik_chan
2 iklan untukmu kak.../Casual//Casual/
Aerik_chan
ini pujian apa sindiran?
SONIYA SIANIPAR
mampirr lagii kakk, semngatt
Elisabeth Ratna Susanti: terima kasih untuk supportnya 🥰
total 1 replies
anggita
iklan... ☝
Elisabeth Ratna Susanti: terima kasih untuk supportnya 🥰
total 1 replies
Osmond Silalahi
aq nitip jejak ya
Osmond Silalahi: sama²
Elisabeth Ratna Susanti: terima kasih untuk supportnya 🥰
total 2 replies
Blue Angel
hadir kak
Elisabeth Ratna Susanti: terima kasih untuk supportnya 🥰
total 1 replies
Blue Angel
hadiiiir kak
Osmond Silalahi
kasihan sih sebenarnya, tapi anak itu yg merasakan semua saat umurnya segitu
SONIYA SIANIPAR
yahhh dadadaa kamaa
Agasya
top banget
Osmond Silalahi
setuju aku
R 💤
hmm gombal
R 💤
wkwkwk kicep dia sama Kama
Osmond Silalahi
aq mampir
anggita
bunga iklan... 🌹👆
Osmond Silalahi
keren kawan.
Osmond Silalahi
aq mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!