Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps.28 Makan Malam Keluarga
Sepanjang hari ini Aira terus memikirkan perkataan Alan yang terngiang terus di benaknya. memang seharusnya ia pergi dari Yusuf, tapi bagaimana caranya. Aira masih bingung. jika ia langsung kabur rasanya itu bukan solusi, jika ia yang menggugat Yusuf percuma jika Yusuf tidak mau.
"Cepat bersiap! kau harus ikut ke rumah papa!"
Suara Yusuf mengagetkan Aira, Aira lupa kalau ia sudah berada di rumah dan sedang di kamar Yusuf. tadi Aira melamun di sofa sembari melihat pemandangan melalui jendela kamar yang terbuka. ia bahkan masih memakai stelan dress yang tadi ia pakai buat bekerja.
"Aira! ayo!" Yusuf mulai tidak sabar.
"Iya mas" Aira bangkit dari duduknya bergegas pergi mandi.
Selesai mandi Aira segera mengenakan baju ganti di kamar mandi. tak lupa ia menyisir rambut panjangnya lalu menutup dengan hijab.
Yusuf yang sudah siap terkejut melihat penampilan Aira yang keluar dari kamar mandi lengkap dengan stelan dress dan hijab.
Kenapa dia selalu memakai hijab itu di rumah? dia pikir aku akan tergoda kalau dia melepas hijabnya di hadapanku?! dasar sombong!
Omel Yusuf, sejak tadi pagi mood Yusuf sedang buruk karena kedatangan adiknya. Aira juga jadi kena imbasnya. Yusuf kembali jutek padanya setelah beberapa hari ini terlihat baik pada Aira.
"Itu ada perhiasan, pakailah" kata Yusuf menunjuk kotak perhiasan yang ia letakkan di atas meja rias.
Aira membuka kotak perhiasan itu tanpa banyak bertanya. ia segera mengenakan gelang bertahta berlian yang tersimpan di dalam kotak perhiasan itu.
"Simpan perhiasan itu, harganya mahal jangan sampai kau menghilangkannya!" kata Yusuf ketus.
"Iya mas"
"Pakai cincin pernikahan kita, malam ini di rumah ada Rifat dia sudah kembali dari luar negeri. ingat jalankan sandiwara seperti biasanya"
Jadi Rifat sudah kembali dari luar negeri? pantas mas Yusuf uring-uringan sejak tadi.
***
Aira dan Yusuf tiba di rumah orang tua Yusuf. Yusuf meraih tangan Aira dan menggenggamnya sembari berjalan memasuki ruanga utama. Aira membiarkan Yusuf menyentuh tangannya. mau bagaimana lagi perlakuan Yusuf halal untuk di lakukan karena mereka suami istri.
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"
"Yusuf, Aira!" papa terlihat antusias dengan kedatangan Yusuf dan Aira.
Aira mencium tangan papa dan juga mama monica.
"Hai sayang, lama tidak mampir kerumah? mama rindu" kata mama Monica pada Yusuf.
"Maaf ma, aku sibuk" kata Yusuf.
Seperti biasa Mama Monica mengabaikan Aira. ia tidak mengajak menantunya itu mengobrol.
Aira mengedarkan pandangannya mencari sosok Rifat yang belum nampak. ia penasaran seperti apa adik iparnya hingga membuat Yusuf sang kakak sulung terlihat gundah dan takut tersaingi.
"Mana Rifat?" tanya Yusuf.
"Ada di kamar, biar Kiki memanggilnya" kata papa.
"Kiki!"
"Iya tuan" Kiki berjalan dari arah dapur ia melirik kepada Aira yang tersenyum kecil menatapnya.
"Panggil Rifat bilang kalau kakaknya sudah tiba" kata tuan Ibrahim.
"Baik tuan"
Kiki bergegas memanggil Rifat. tidak berapa lama Rifat terlihat menuruni anak tangga.
Aira menatap dari kejauhan, wajah Rifat mirip dengan Yusuf hanya postur mereka sedikit berbeda Yusuf sang kakak terlihat lebih tinggi di banding Rifat. tapi secara keseluruhan mereka berdua mirip.
"Hai Aira?" sapa Rifat begitu ia melihat Aira.
Rifat mengulurkan tangannya pada Aira, tapi Aira hanya menangkupkan kedua telapak tangannya mendekatkan ke ujung tangan Rifat. Ipar bukanlah muhrim jadi Aira harus berhati-hati.
Yusuf tersenyum memiringkan sudut bibirnya melihat wajah Rifat sedikit kecewa karena Aira tidak mau bersalaman dengannya.
"Kau terlihat manis Aira, pantas kakakku memilihmu jadi istrinya" puji Rifat saat menatap wajah Aira.
Aira langsung menundukkan pandangannya, Yusuf semakin kesal dengan basa-basi ini. ia tidak suka Rifat memuji Aira.
Aira duduk di samping Yusuf, sebelum makan semua bersiap untuk berdoa, kali ini bukan Yusuf yang memimpin doa melainkan Rifat.
Setelah itu Aira mengambilkan sedikit makana ke atas piring Yusuf.
"Terimakasih, sayang .." kata Yusuf yang langsung menarik perhatian papa.
"Alhamdulillah kalian terlihat bahagia, semoga papa dan mama lekas memiliki cucu" kata papa.
Yusuf terlihat sedikit salah tingkah, gerak geriknya diamati oleh Rifat yang senang duduk berhadapan dengan Yusuf.
"Memangnya kalau kak Yusuf punya anak, papa mau kasih hadiah apa?" tanya Rifat.
"Tentu papa akan memberikan perusahaan pada Yusuf, papa akan langsung berikan surat kuasa pada Yusuf dan kau bisa jadi wakil Yusuf di perusahan"
Rifat tersenyum samar, sementara Yusuf terlihat senang.
Mungkin aku harus mulai memikirkan soal anak. surat kuasa itu terlalu menggiurkan untuk ku tolak. jangan sampai Rifat yang mengambil alih surat kuasa perusahan.
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong