NovelToon NovelToon
Nikah Ekspres Jalur Ekspedisi

Nikah Ekspres Jalur Ekspedisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kara_Sorin

Namira, wanita karier yang mandiri dan ambisius terpaksa menjalani pernikahan paksa demi menyelamatkan nama baik dan bisnis keluarganya. Namun pria yang harus dinikahinya bukanlah sosok yang pernah ia bayangkan. Sean, seorang kurir paket sederhana dengan masa lalu yang misterius.
Pernikahan itu terpaksa dijalani, tanpa cinta, tanpa janji. Namun, dibalik kesepakatan dingin itu, perlahan-lahan tumbuh benih-benih perasaan yang tak bisa diabaikan. Dari tumpukan paket hingga rahasia masalalu yang tersembunyi. Hingga menyeret mereka pada permainan kotor orang besar. Namira dan Sean belajar arti sesungguhnya dari sebuah ikatan.
Tapi kalau dunia mulai tau kisah mereka, tekanan dan godaan muncul silih berganti. Bisakah cinta yang berbalut pernikahan paksa ini bertahan? ataukah takdir akan mengirimkan paket lain yang merubah segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28_Saat Kebenaran Tak Dapat Lagi Dibungkam

Langit malam mulai menurunkan embun saat Sean melangkah keluar dari gedung B ‘N M Corporation. Angin berhembus dingin, seolah mencoba menenangkan bara yang menyala di dadanya. Pertemuannya dengan Bima bukan hanya peringatan, tapi juga pemicu. Ia tahu, sejak saat itu, tak akan ada jalan kembali.

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Anton:

Rekaman sudah siap. Nina sedang mengatur jadwal rilisnya.

Sean mengetik cepat.

Bagus. Kita lakukan besok pagi, jam sepuluh. Di semua platform.

Ia memasukkan ponsel ke saku. Matanya menatap langit malam yang gelap tak ada bintang malam itu. Hanya kegelapan. Tapi ia tahu, fajar tidak jauh lagi.

Setelah itu, di sebuah kamar kos kecil milik Anton, ketiganya berkumpul kembali. Rekaman CCTV dari hotel telah dipotong dan disusun dengan rapi. Potongan yang menampilkan Bima menyeret Namira masuk ke dalam kamar hotel menjadi sorotan utama. Suara teredam dari kamera koridor mengabadikan jeritan samar Namira dan suara pintu yang dibanting.

Anton menunjuk layar laptop.

"Ini akan kita rilis di media sosial. Twitter, Instagram, TikTok, dan YouTube. Nina sudah mengatur semuanya. Besok jam sepuluh, secara bersamaan."

Sean menatap layar itu dalam diam. Video berdurasi satu menit dua puluh lima detik. Cukup untuk mengubah opini. Cukup untuk mengguncang nama Bima dari singgasananya.

"Kamu yakin siap menghadapi semua reaksi?" tanya Nina sambil menatap Sean.

"Aku lebih siap daripada sebelumnya," jawab Sean mantap.

"Namira sudah mempertaruhkan segalanya. Sekarang giliranku."

Anton mengangguk, "dan jangan lupa, ini juga taruhan nyawa. Setelah kamu menemui Bima, kita tidak bisa lagi bersembunyi. Mereka pasti mulai bergerak."

"Aku tidak akan mundur," jawab Sean.

"Biar mereka tahu, tidak semua orang bisa dibeli."

...****************...

Pagi harinya, pukul 09.58. Jantung Sean berdegup cepat saat ia menatap layar ponsel.

Satu menit lagi.

Di layar laptop Anton, jari Nina sudah berada di atas tombol "unggah". Mereka bertiga saling menatap. Napas ditahan.

09.59

"Apa pun yang terjadi setelah ini... kita hadapi bersama, ya?" ucap Nina.

Anton mengangguk. "Sudah terlalu jauh untuk menyerah."

Sean tersenyum kecil. "Ayo, kita mulai."

10.00.

Klik.

Video diunggah.

Mereka langsung membagikan tautan ke berbagai grup dan kanal. Anton menyebarkannya ke jaringan jurnalis independen. Nina menghubungi teman-temannya yang bekerja sebagai influencer, sementara Sean diam, menatap layar ponselnya, menunggu.

Sepuluh menit. Dua puluh. Tiga puluh.

Komentar mulai bermunculan.

Ini... bukan seperti yang diberitakan sebelumnya.

Kita semua salah menilai Namira.

Siapa pun yang punya hati, pasti tahu siapa korban sebenarnya di sini.

Bima harus bertanggung jawab.

Jumlah penonton naik drastis. Ribuan dalam satu jam. Lalu puluhan ribu. Beberapa media alternatif mulai menghubungi Anton dan Nina untuk meminta izin menggunakan rekaman itu. Beberapa akun berita mulai membahas ulang skandal Namira dan mempertanyakan kredibilitas berita awal.

Sean hanya duduk di kursi, menatap layar, lalu memejamkan mata.

"Aku tahu ini belum akhir," gumamnya.

"Tapi ini langkah pertama."

Di balik layar, di sebuah kantor gelap yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, seorang pria mengenakan setelan jas gelap membanting laptopnya ke meja. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras.

"Bagaimana bisa mereka dapatkan rekaman itu?"

Seorang bawahannya gugup menjawab.

"Ada karyawan hotel yang ternyata... teman dari Anton. Kami sudah hapus semua file dari server, tapi dia sempat menyalin sebelum sistem dibersihkan."

Pria itu memicingkan mata.

"Kita sudah terlalu lunak. Sekarang waktunya peringatan."

Dia mengeluarkan ponsel, mengetik cepat:

Naikkan tekanan. Serang balik dengan cara apa pun.

***

Hari itu berubah jadi perang informasi. Sebuah akun anonim tiba-tiba menyebarkan potongan video palsu, menyudutkan Namira. Tapi netizen yang sudah mulai tercerahkan segera menyanggahnya. Bukti dari CCTV asli terlalu kuat untuk dibantah.

Namun, tekanan datang dari sisi lain. Akun media sosial Anton dan Nina mulai diretas. Email Sean dibanjiri pesan ancaman.

Di rumah sakit, Namira baru mulai pulih, belum tahu badai sedang kembali menyeruak di luar sana. Sean yang mendampingi Namira hanya memberi tahu secukupnya.

"Aku janji semua akan baik-baik saja," ujarnya sambil menggenggam tangan Namira.

"Aku tahu kamu berjuang di luar sana, Sean. Aku bisa merasakannya," ucap Namira lirih. "Tapi hati-hati, ya?"

Sean tersenyum, "Selama kamu ada di sini, aku tidak takut."

***

Sore hari itu, Sean menerima panggilan dari nomor tak dikenal.

Sean Mahendra?

“Iya, siapa ini?”

Saya dari tim investigasi independen. Kami tertarik membuka kasus ini secara terbuka. Tapi kami butuh keterangan langsung dari Namira, jika memungkinkan.

Sean terdiam sejenak.

Lalu menjawab, “Tunggu sampai dia pulih sepenuhnya. Setelah itu, kami akan bantu buka semuanya.”

Setelah panggilan itu, ia menatap ke luar jendela rumah sakit. Di kejauhan, langit mulai berubah oranye, seolah memberi isyarat bahwa hari-hari gelap mulai tergeser cahaya.

***

Di tempat lain, Bima duduk dalam ruang rapat pribadi, wajahnya tegang. Seorang pria bertopi hitam masuk dan menyodorkan ponsel padanya.

“Target berikut sudah ditentukan. Wanita itu... Nina.”

Bima menatap layar. Foto Nina terpampang jelas.

“Buat dia bungkam. Kali ini... untuk selamanya.”

1
Barokah 1212
lanjut
Kara: siap, ditunggu bab selanjutnya. besok update. terimakasih sudah membaca
total 1 replies
Author Sylvia
ini mereka berdua kapan jujur dengan perasaan masing masing ya
Kara: kejujuran itu akan datang ketika sama" ada badai yg menghadang ☺
total 1 replies
NurAzizah504
ahhh, merinding /Sob/
Kara: emang ada hantu lewat? kok merinding? 😂
total 1 replies
NurAzizah504
keren nih
Kara: yg keren sean ya kan 🤣
total 1 replies
NurAzizah504
akhirnya panggilan itu lagi
NurAzizah504
hancurlah kamu
NurAzizah504
makash, ninaaa
NurAzizah504
jahat bener si bom bom
Author Sylvia
pengen ku gempar deh pipi si bima ini, bisanya jelek jelekin si Sean.
Kara: boleh kak, di kirim ke luar angkasa juga boleh 😌
total 1 replies
NurAzizah504
jgn takut melawan kebenaran /Good/
NurAzizah504
/Determined//Determined//Determined/
NurAzizah504
semoga kalian baik2 saja
Kara: aamiin 🤲🤣
total 1 replies
NurAzizah504
keliatan bgt sean benar2 yakin kali ini
NurAzizah504: biar ga kehilangan nam nam lagi
Kara: harus yakin 😁
total 2 replies
NurAzizah504
eh eh eh
NurAzizah504
akhirnya /Sob/
NurAzizah504
bakalan menggemparkan bgt ini
NurAzizah504
mantap. kalo disebar, pasti bakalan cepat viral
NurAzizah504: nah, keren itu
Kara: memanfaatkan opini publik 😂 sebagai senjata
total 2 replies
NurAzizah504
awas kalo ninggalin nam nam lagi
NurAzizah504
syukurlah sean udh sadar /Sob/
NurAzizah504
meleleh aku, makkk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!