My Savage Primadona

Pagi ini Kalaluna berangkat kesekolah sendiri karena Kaivan katanya mau berangkat sedikit siangan, ada urusan sebentar dan entah itu apa. Tapi tak apa, tadi Kalaluna sudah berangkat bersama Kenzo meski harus turun sedikit jauh dari sekolah karena tak mau orang-orang tau kalau mereka sebenarnya kembar.

Kalaluna berjalan disepanjang koridor, tak memperdulikan beberapa cowok yang terus menatapnya penuh minat dan terpesona. Kedua kaki jenjang milik Kalaluna terus berjalan untuk segera ke kelasnya, namun saat berada di belokkan koridor Kalaluna tak sengaja menabrak seseorang dan membuat keduannya terjatuh.

Bruk.

“Awhhh ....” Kalaluna meringis karena tubuhnya jatuh tepat diatas tubuh seseorang.

“Devan?”tak menyangka kalau yang ada dibawah tubuhnya adalah Devan, cowok yang selama ini selalu menolak dirinya.

Untuk beberapa saat keduannya tetap diam di posisi masing-masing dan saling pandang satu sama lain. Kalau Kalaluna jelas hanya terkejut saja, berbeda dengan Devan yang sekarang malah tengah mengagumi wajah cantik didepannya. Sedikit tak mengira kalau gadis yang ada diatas tubuhnya ini sangat cantik, lalu tak lama kedua mata Devan berhenti dibibir plumpy yang terlihat sangat menggoda disana.

Kalaluna tersenyum miring, sengaja satu tangannya mengelus pipi Devan dan tak memperdulikan orang-orang yang melihat posisi mereka. Apalagi ada Pretya yang juga melihatnya, kedua tangan Pretya mengepal sempurna melihat adegan didepannya.

“Kenapa hm? Kalau mau cium, cium aja gapapa kok Devan,”bisik Kalaluna yang menyadarkan pikiran Devan.

“Devannnnn.” Pretya berteriak karena melihat Devan yang seperti menikmati posisi mereka.

Seketika Devan pun langsung menyingkirkan tubuh Kalaluna dari atasnya dan segera berdiri. Kalaluna pun sama, menegakkan tubuhnya lalu berdiri serta merapikan kembali seragamnya. Tersenyum karena melihat Devan tadi seperti terpesona akan dirinya, mungkin Devan baru menyadari kalau selama ini sudah menyia-nyiakan sang primadona.

“Aduh Pretya, lo liat kan tadi gimana Devan tatap gue dengan posisi sedeket itu? Tadinya Devan mau cium gue, eh malah lo panggil dia.” Sengaja Kalaluna mengejek Pretya yang sudah memerah disana karena sebal.

Kalaluna tersenyum sinis, “Jagain noh cowok lo, takut nanti tiba-tiba lirik cewek lain,”bisik Kalaluna disamping Pretya.

Setelah itu Kalaluna memilih berjalan untuk segera ke kelasnya, meninggalkan Pretya yang masih menatapnya dengan penuh ketidaksukaan disana. Devan sendiri langsung mendekati Pretya dan menjelaskan kalau kejadian tadi tanpa disengaja. Pretya pun percaya pada Devan daripada Kalaluna, namun tetap saja merasa kesal dengan Kalaluna.

*****

“Ehh ada raziaaa ....”

Seketika kelas menjadi heboh karena tiba-tiba saja ketua kelas mereka masuk kedalam kelas saat jam istirahat berakhir sambil membawa berita buruk. Tentu saja semua orang yang ada dikelas ini langsung bingung dan segera mengamankan barang-barang mereka.

“Tumben banget,”ucap Kalaluna.

“Iya nih ngga kayak biasanya,”sahut Maurin.

“Apa yang dirazia btw? Alat makeup juga termasuk?”tanya Tiffany kepada ketua kelas disana.

“Kayaknya iya, cepet amanin punya kalian kalau misal berharga.”

“Terserah lah, alat makeup kalo mau diambil ya sana ambil aja. Lagian bisa beli lagi dan kalo mau diumpetin dimana coba.” Kalaluna terlihat masa bodoh dan tak terlalu memperdulikannya.

Maurin dan Tiffany menganggukkan kepalanya, “Bener. Ambil aja sana, kita bisa beli lagi kok.”

Saat beberapa siswa siswi dikelas ini sedang sibuk mengamankan barang-barang mereka, tiba-tiba saja beberapa guru dan kakak kelas 12 masuk kedalam untuk mulai melakukan razia. Kalaluna dan kedua temannya duduk santai saja dan membiarkan tas mereka diperiksa nanti.

“Letakkan tas kalian diatas meja, Ibu mendapat aduan dari seorang murid kalau ada yang membawa obat terlarang ke sekolah,”guru kesiswaan mulai berbicara dan semua murid didalam kelas ini langsung diam.

beberapa kakak kelas dan guru bk yang lainnya mulai memeriksa tas seluruh murid dikelas ini. Semuanya hanya bisa pasrah saat barang-barang terlarang mereka seperti majalah dewasa, kartu untuk bermain judi, bahkan ada yang tak sengaja membawa bungkus kondom juga.

Kalaluna dan kedua sahabatnya yang tak merasa membawa barang berbahaya pun santai saja. Ketigannya sejak dulu tak pernah mendapatkan hukuman, palingan juga peralatan makeup mereka yang akan disita dan tak akan dikembalikan sebelum orang tua datang.

"Kamu mau sekolah atau buka salon Luna?"tanya guru bk saat membuka tas Kalaluna dan menemukan puch berisi berbagai macam alat makeup.

Kalaluna memilih diam saja karena kalau menjawab nanti pasti akan membuat masalah semakin panjang.

"Ini apa Kalaluna?!"

Semua orang yang ada dikelas ini seketika terkejut saat mendapati guru bk tengah memegang sesuatu ditangannya. Tak menyangka kalau barang terlarang itu ada didalam tas Kalaluna, bahkan Kalaluna sendiri tak menyangka dengan apa yang ada disana.

"B-bu ... I-itu bukan punya saya,"Kalaluna tentu saja sangat bingung kenapa bubuk putih kecil didalam plastik ada didalam tasnya, sedangkan dirinya sama sekali tak merasa memiliki barang terlarang itu.

"Masih mau tak mengakuinya disaat barang ini ada didalam tas kamu?!"tanta Guru Bk.

"Tapi Bu, ini benar-benar bukan punya saya. Pasti ada seseorang yang sengaja taruh itu didalam tas saya Bu." Kalaluna mulai rasah, takut kalau dirinya akan di keluarkan padahal memang tak bersalah.

"Sudah cukup Kalaluna. Jelaskan nanti di ruang guru bersama orang tua kamu!"

Kalaluna masih menggelengkan kepalanya, tak mau kalau kedua orang tuanya dipanggil atas apa yang sama sekali tidak Kalaluna lakukan. Semua yang ada didalam kelas pun tak menyangka kalau Kalaluna seorang pemakai.

"Bu Ajeng, tapi saya yakin kalau Luna ngga pernah bawa apalagi gunain barang semacam itu Bu." Maurin dan Tiffany mulai angkat bicara karena tak terima Kalaluna difitnah.

"Bener Bu, ini semua pasti ada yang mau jebak Luna."

"Sudah. Kalian diam dan jangan memperkeruh suasana. Biarkan Luna yang menjelaskan di ruang guru!"