NovelToon NovelToon
AQILA

AQILA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Iblis / Mengubah Takdir / Mata-mata/Agen
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Yuniar Febriyanti

Semenjak kematian 'DIA' Aqila makin brutal dan makin bringas. Ia tak segan-segan untuk membunuh mereka yang sudah mengusik ketenangannya. Dia tak akan pernah menyerah dan berhenti untuk mencari seseorang yang sudah membunuh 'DIA.

"Darah dibalas dengan darah."

"nyawa dibalas dengan nyawa."

"penghianat tetaplah penghianat, mereka hanya sampah masyarakat yang hanya bisa membuat meresahkan. Jika hidupnya tak guna kenapa tidak mati saja?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuniar Febriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28

"Sayang, kangen loh," ucap Gibran sambil memeluk Aqila dengan erat.

Sekarang Gibran dan Aqila sedang berada di kamarnya setelah teman-temannya pulang ke rumahnya masing-masing.

"Ya udah kita tidur dulu ya," ucap Aqila dan Gibran pun menganggukan kepalanya.

Aqila dan Gibran pun pergi menuju kasur king sizenya.

"Sini tiduran," ucap Aqila sambil menepuk-nepuk kasur yang ada di sampingnya.

Gibran pun dengan senang hati tiduran di samping istri dan menenggelamkan 'kan kepalanya di dada Aqila.

"Empuk ya mas," sindir Aqila.

"Oh jelas, ku suka yang empuk-empuk," balas Gibran yang makin menenggelam 'kan kepalanya di dada Aqila.

Plak

Aqila menabok pelan kepala Gibran.

"Sakit yang," ucap Gibran yang malah makin menjadi-jadi.

"Ya salah sendiri ngapain kamu ngomong gitu, inget nih siapa tahu ada bocil yang baca nih cerita," cibir Aqila.

"Biarin lah yang, mereka tuh anak novel. Pasti paham lah 1821 jadi muka mereka emang polos tapi otaknya plus-plus. Terus 'kan yang, aku yakin deh di perpus wp nya pasti ada cerita yang 1821," ucap Gibran.

"Hmm emang iya sih, terus lebih parahnya mereka tuh lebih paham teori tentang 1821 tapi kalo disuruh praktek gak mau," ucap Aqila sambil mengelus kepala Gibran.

"Hmm, ayang," ucap Gibran yang malah memeluk perut langsing Aqila.

"Kenapa sayang?" tanya Aqila.

"Elusin," rengek Gibran.

"Iya sayang iya," ucap Aqila dan Aqila pun mulai mengelus kepala Gibran dengan penuh kasih sayang.

Dan tak lama kemudian Gibran mulai tidur, dan ponselnya pun berbunyi yang menandakan ada yang nelpon.

"Kenapa Opa?" tanya Aqila to the point.

"...."

"Ya udah tunggu bentar," ucap Aqila dan mematikan panggilannya.

Aqila pun mulai melepaskan pelukan Gibran secara perlahan karena takut membangun 'kannya. Akhirnya Aqila pun bisa melepaskan pelukkan Gibran dan turun dari atas ranjang, dan sekarang tujuannya adalah untuk menemui sang kakek tercintah di ruangan pribadi milik kakeknya ya itu di tempat paling atas mansion. Setelah sampai di tempat itu, Aqila pun langsung masuk ke dalam dengan pintu yang berwarna emas.

"Apa apa Opa memanggil Qila?" tanya Aqila kepada sang kakek yang sedang berpacaran dengan kertas-kertas di mejanya.

"Duduk dulu napa, kamu ini to the point sekali," cibir Opa Dave.

"Ya sudah aku mau seblak, boba, sate, bakso, cilok, pentol, susu, telur gulung, martabak, nasi goreng, cimol, gorengan, kripik, kop...," ucapan Aqila terpotong karena Opa Dave menembak dirinya.

Dor!

"Eits gak kena," sinis Aqila.

"Kamu ini, dibaikin malah ngelunjak. Minta segitu banyaknya, kenapa gak minta makan di makdi atau di starbucek," cibir Opa Dave.

"Kalo makan di tempat kaya gitu mah mereka udah kaya, kalo yang jualan pejalan kaki lima itu mereka mencari uang untuk sesuap nasi," jelas Aqila dan duduk di sofa yang tersedia di ruangan itu.

"Loh tapi itu tukang jualan nasi goreng yang berjualan demi mencari sesuap nasi, tapi pas nasinya udah dapet ngapain dijual lagi," ucap Opa Dave dan Aqila menatap Opa tercintahnya itu dengan tatapan datar.

"Opa ribut yok!!" kesal Aqila kepada Opanya.

"Loh ngapain kamu ngajak Opa ribut?" tanya Opa Dave.

"Ya Opa nya nyebelin banget," ketus Aqila sambil mengerucutkan bibirnya.

Opa Dave yang melihat itu hanya terkekeh pelan.

"Opa bercanda sayang," ucap Opa Dave.

"Oh ya, siapa yang udah membuat kamu jatuh ke jurang?" tanya Opa Dave.

"Itu Opa, Monica, Tera, sama Dewi," jawab Aqila.

"Kok kamu bisa tahu?" tanya Opa Dave pura-pura gak tahu.

"Opa jangan pura-pura gak tahu deh, aku yakin tanpa aku jelasin Opa pasti udah tahu," ucap Aqila dan yaps tepat sasaran.

"Kamu ini memang cucu ter the best, tau semua tentang Opa nya," ucap Opa Dave sambil tersenyum tipis.

"Oh jelas," ucap Opa Dave dengan sombongnya.

"Oh ya kapan kamu membalas semua perbuatan Monica berserta antek-anteknya?" tanya Opa Dave.

"Secepatnya Opa, merka sudah diberi waktu cukup lama untuk bersenang. Jadi ini saatnya untuk mereka merasakan apa arti dari penderitaan," ucap Aqila sambil tersenyum smirk  andalannya.

"Tapi aku belum tahu Opa, di mana keberadaan mereka sekarang," lesu Aqila.

"Oh sepertinya kau melupakan Opa mu ini yang hebat," ucap Opa Dave.

"Memangnya Opa tahu di mana keberadaan mereka?" tanya Aqila.

"Oh jelas saja tahu, apa sih yang tidak diketahui oleh Opa mu ini," ucap Opa Dave sembari sombong.

Sepertinya tidak heran lagi kenapa kalo Aqila sombong, ternyata oh ternyata. Itu keturunan dari kakeknya.

"Kalo Opa udah tahu ngapain gak kasih tahu aku?" tanya Aqila sembari kesal kepada Opanya itu.

"Ya salah sendiri, ngapain kamu gak nanya Opa," ucap Opa Dave.

"Iya-iya aku salah, Opa dah yang paling bener," ucap Aqila.

Aqila lebih baik mengalah, ingat! yang muda harus mengalah sama yang lebih tua.

"Terus sekarang mereka ada di mana?" tanya Aqila.

"Mereka ada di sebuah pulau yang dibeli oleh kakeknya Monica, Rio. Musuh bebuyutan Opa," jawab Opa Dave.

"Oke deh kalo gitu kita gas besok ke sana," ucap Aqila.

"Ngapain ke sana?" tanya opa Dave.

"Ya buat bales dendam lah!" jawab Aqila agak ngegas.

"Dih kok ngegas," cibir Opa Dave.

"Ya Opa nya aja nyebelin, bawaanya emosi mulu," ketus Aqila.

"Iyain aja deh, oh ya. Emangnya kamu ke sana bakalan diijinin sama suami kamu?" tanya Opa Dave mengingat Gibran yang agak posesif.

"Nah aku pun gak tahu Opa. Opa ada cara gak buat Gibran ngijinin aku buat pergi ke pulau itu?" tanya Aqila.

"Emm ah, Opa punya ide," ucap Opa Dave.

"Apa?" tanya Aqila.

"Mari ikut Opa," ajak Opa Dave kepada Aqila.

Opa Dave bangun dari duduknya diikuti oleh Aqila, mereka pun masuk ke dalam ruangan dengan pintu berwarna coklat. Yang ternyata di sana banyak sekali obat-obatan.

"Ini banyak banget obatnya," ucap Aqila sambil meneliti setiap rak yang penuh dengan obat-obatan.

"Iya lah, ini semua bukan obat sembarangan. Di sini obatnya berguna semua," ucap Opa Dave.

"Ya iya lah Opa, namanya juga obat pasti berguna semua," cibir Aqila.

"Iyain dah," ucap Opa Dave.

"Opa nyabu ya?" tanya Aqila memicingkan matanya ke arah Opa Dave curiga.

"Dih ngapain Opa nyabun, wong Oma mu juga masih ada," ucap Opa Dave.

"NYABU OPA BUKAN NYABUN," kesal Aqila kepada Opa Dave.

"Yee kalem dong neng, gak usah ngegas," cibir Opa Dave kepada Aqila.

"Ya Opa nya aja nyebelin banget. Aku tanya apa, Opa jawabnya apa. Mana jawabannya bikin ambigu lagi," gerutu Aqila.

"Ya maaf, Opa kira nyabun eh taunya nyabu," ucap Opa Dave.

"Serah Opa deh, oh ya ini kita mau ngapain ke sini?" tanya Aqila.

"Kita cari obat tidur," jawab Opa Dave.

"Buat apa obat tidur?" tanya Aqila kepada Opa Dave.

"Kan kamu bilang mau ke pulau itu dan takut diinginkan sama suami kamu, jadi ya udah kita buat dia tidur aja," jawab Opa Dave.

"Emm oke juga ide Opa, ya udah aku bantu. Eh obat tidurnya di mana?" tanya Aqila.

"Itu," ucap Opa Dave pada sebuah rak obat di ujung tembok.

Aqila dan Opa Dave pun pergi ke tempat itu.

"Ambilnya pelan-pelan dan jangan berisik," bisik Opa Dave membuat Aqila mengerutkan dahinya bingung.

"Maksud Opa apa?" tanya Aqila.

"Kan obat tidur, kalo berisik terus ambilnya kasar ya nanti obatnya bangun," ucap Opa Dave dengan santai.

Aqila pun yang mendengar ucapan Opanya hanya bisa tersenyum, untung Opa☺

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!