NovelToon NovelToon
Hello, Mr. Kordes

Hello, Mr. Kordes

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:503.7k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Siapa sangka moment KKN mampu mempertemukan kembali dua hati yang sudah lama terasa asing. Merangkai kembali kisah manis Meidina dan Jingga yang sudah sama-sama di semester akhir masa-masa kuliahnya.

Terakhir kali, komunikasi keduanya begitu buruk dan memutuskan untuk menjadi dua sosok asing meski berada di satu kampus yang sama. Padahal dulu, pernah ada dua hati yang saling mendukung, ada dua hati yang saling menyayangi dan ada dua sosok yang sama-sama berjuang.

Bahkan semesta seperti memiliki cara sendiri untuk membuat keduanya mendayung kembali demi menemui ujung cerita.

Akankah Mei dan Jingga berusaha merajut kembali kisah yang belum memiliki akhir cerita itu, atau justru berakhir dengan melupakan satu sama lain?

****

"Gue Aksara Jingga Gayatra, anak teknik..."

"Meidina Sastro Asmoro anak FKM, kenal atau tau Ga?"

"Sorry, gue ngga kenal."
.
.
.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kondisi tak kondusif

Meidina melirik langit untuk kesekian kalinya. Ragu menggelayut, namun jika tidak sekarang...kapan lagi? Sebab besok-besok ia pasti akan sibuk. Sebentar saja mungkin tak apa, terlebih Hamzah bukan sosok kriminal, lebih tepatnya bukan sosok yang harus ditakutkan dengan catatan hidup buruk.

Jingga? Jingga pasti juga paham pikirnya, ditambah....ia tak tega harus merepotkan Jingga yang tentunya sedang repot saat ini oleh teman-teman serta proker kelompok.

"Saya ngga bikin repot akang, kan?"

Senyum cerah jelas ditunjukan kang Hamzah, mata menyipit sepaket lesung pipi yang mencetak jelas di kedua sisi pipinya, "oh engga, kalo bikin repot saya ngga mungkin nawarin teh Mei." Ujarnya, Mei kembali menatap Jovi, "Jov. Tolong kabarin di grup...gue ke rumah Arika, ya."

"Siap," jawab Jovi.

Meidina mendekap tas kresek miliknya lalu naik ke boncengan kang Hamzah.

Siapapun yang melihat mungkin akan bilang, sungguh serasi jika keduanya berpasangan begitu kiranya sorot tatapan para bapak disana.

Bukannya membaik, awan-awan mendung itu nyatanya menyebar luas di atas Cikalong siang ini.

"Waduh mau hujan kayanya, a."

Bukan hanya Jovi yang memutuskan untuk menyudahi acara hari ini, anak-anak kkn 21 lain pun melakukan hal yang sama selain dari tugas hari ini yang telah selesai.

Beberapa dari mereka berangsur kembali ke posko.

**KKN 21**

(**Raindra Jovian**) *Waduh sorry gue lupa ijinin Mei. Ga, Mei ijin ke rumah Arika tadi bareng kang Hamzah. Hapenya mati, jangan ditelfonin atau dicariin*.

(***T. Zioma Arlan***) *waduhhh, pantesan Widya Mukti mendung berpetir gini...bentar lagi hujan badai deh*.

(***Arshaka Mandala***) *Nja, cang cuttt diamankan, ngga? Jangan sampe terbang ke rumah bah Wawan*.

*Jov, kirain perasaannya yang mati, pake jangan dicariin awokawok*...

(***Lengkara Savio***) *Senja lagi mewek, dia galau gegara diputusin. Jangan diganggu*!

(***Purwangga Mahadri***) *poor Senja. Gue turut berduka, mau gue kirim karangan bunga, Nja*?

(***T. Zioma Arlan***) *Turut berduka, Nja*.

(***Arshaka Mandala***) *poor Senja. Cari lagi, Nja...cowok masih banyak. Gue denger bah Wawan duda, lagi cari bini muda, bisa masak bukan prioritas*.

(***Lengkara Savio***) *Arshaka Mandala berisik lo bedebah. 😡 gue kubur idup-idup lo ya, Ka. Simpati dong*...

(***Raindra Jovian***) *gue indo bang sat, Vi...bukan Simpati*.

(***Arshaka Mandala***) *R.I.P hubungan kandas Senja*.

(***Aksara Jingga***) *Jov, lo kasih Mei pergi sama kang Hamzah? Kenapa ngga disuruh tunggu gue dulu, atau kabari gue dulu sebelumnya? Kan gue udah bilang tadi*.

(***Arshaka Mandala***) *nah lo, Jov...elu adalah orang pertama yang kena amukan badai*.

(***Raindra Jovian***) *sorry Ga, tadi gue liat Mei bingung banget. Mau hubungin lo, lo nya lagi sibuk kesana kemari*.

(***Sultan Tri Alby***) *waduh, ancaman badai tornado, Jov...ngapain lo ijinin Mei pergi sama kang Hamzah...harusnya lo kasih pergi Mei sama kang Wahid*.

(**T. Zioma Arlan**) *Jingga : Jov, bang sat lu, setan. Kenapa lo ngga iket dulu Mei di kincir sampe gue datang, sih* !

*Nah begitu dong, Ga...harusnya*.

(***Raras Nalula***) *😂😂 pada demen banget manasin badai. Sabar pak kordes...sabar. Mei pasti pulang kok*.

*Yang sabar ya Nja...semua akan indah pada waktunya kok*.

(***Nagara Kertamaru***) *Ga, rumah Arika nomor 13 rt 3 rw 7 by the way kalo lo mau nyusul*.

(***T Zioma Arlan***) *Anjayyyy, velocity an dulu guys! Bentar lagi mau ada tarung drajat di rumahnya Arika, nonton yukkk. Lo mau taruhan buat siapa, mr. Kordes kita kah apa halo dok*? *Gue sih megang Jingga ya*.

(***Raras Nalula***) *lo semua balik deh guys, mau ujan ini, mana petir gede-gede*.

(***Livia Syua Tan***) *gue sama Arlan udah mau nyampe posko*.

"Teh Meidina? pak dokter Hamzah?" kebetulan sekali ibunya Arika sedang menurunkan jemuran-jemurannya saat Mei dan kang Hamzah datang.

"Ibu..."

"Teh Mei!" sapa kakak Arika dan adik-adiknya, bocah itu.. Bocah yang menyita perhatian Mei semenjak ikut Nalula ke taman kanak-kanak, kini sedang duduk di undakan tangga kayu, memperhatikan sang ibu yang sedang menurunkan jemuran sambil bertepuk tangan dan bernyanyi sendiri.

"Sesuai janji aku tempo hari, bu..."Mei menaikan kresek putih miliknya, "Arika! Aku bawain squishy aroma permen karet..." Mei turun dan menghampiri bocah itu, awalnya ia menatap Mei asing, namun kemudian ia memberikan seulas senyumnya.

"Masuk teh, pak dokter...waduhh teteh, sampe repot-repot kesini lagi, teh..." ucap ibu Arika yang cukup terkejut kedatangan keduanya, ia bahkan sempat menyingkirkan beberapa benda yang menghalangi langkah dan membuat pandangan risih dengan gerakan cepat meski hal itu tetap tak dapat mengurangi kesan berantakan, kumuh dan bikin risih di pandangan.

"Ibu, aku masuk ya, permisi..."

"Mangga teteh...tapi maaf berantakan rumahnya, teh...pak dokter." Ujarnya tak enak hati mempersilahkan keduanya untuk masuk.

Hujan benar-benar turun deras tanpa ampun. Bahkan, Alby, Zaltan dan Mahad adalah orang terakhir yang sampai di posko sepaket dengan jas dan pakaian basahnya, mereka langsung ke belakang untuk bersih-bersih dan menjemur baju basah mereka di tali tambang dekat dapur.

Sementara Meidina, justru masih terjebak hujan di rumah Arika masih bersama kang Hamzah.

"Arika, coba liat pak dokter..." pinta kang Hamzah mencoba memeriksanya. Sementara Mei...ia telah lebih dulu bercengkrama akrab dengan adik dan kakak-kakak Arika yang jumlahnya 4 itu.

"Teteh..."

"Teteh..aku mau cerita..."

Dan ia menjadi pusat perhatian, atau lebih tepatnya para bocah ini yang heboh berebut mendapatkan perhatian Meidina yang menurut mereka cantik nan baik itu.

Meidina, turut memberi mereka squishy satu persatu, bukan hanya Arika saja. Ia bahkan tak sungkan untuk mengajari mereka menggambar, menulis dan menemani mereka bermain tebak-tebakan, sementara Arika mendapatkan pemeriksaan.

Beberapa kali fokus bocah itu pecah, mendaratkan perhatian antusiasnya diantara pemeriksaan kesehatan pada Mei dan para saudaranya, sampai-sampai kang Hamzah harus menangkup wajahnya berkali-kali dan mengajaknya berbicara dengan kepayahan.

Kini pemeriksaan selesai, Arika ikut bergabung dengan saudara-saudaranya dan Mei, ketika kang Hamzah berbicara serius dengan ibunya.

"Arika. Arikaaa...."colek Mei pada si bocah.

"Arika dengar aku ngga?" ia mengangguk, "dengel."

"Oke. Gini...sini--sini liatnya, fokus sama aku, ya...bisa?" pinta Mei menangkup wajah Arika saat bocah itu mengedarkan matanya dan ikut heboh sendiri saat saudara-saudaranya kini tengah bermain squishy di belakang badan mereka.

Kini matanya beralih pada Mei, "Arika, aku mau tanya....kemarin..." bahkan demi menjaga fokus Arika, Mei menunjuk-nunjuk telapak tangan gadis itu, memancing indera perasa dan motoriknya, "kata bu guru, Arika nangis, Arika marah di sekolah, kenapa?"

(..)

Pandangan kang Hamzah dan ibu Arika tak bisa untuk tak melihat interaksi yang tercipta dari Arika dan Mei, dimana Mei begitu gigih dan telaten mengajak Arika mengobrol, meski butuh waktu...namun akhirnya bocah spesial itu mau menjawab dan mencurahkan isi hatinya dengan ucapan ciri khas bocahnya meski tak begitu jelas.

"Di ejek....nga diajak...ma-in..sama Uta."

"Arika, kalo Arika lagi mau cerita sama orang....tapi Arika ngga bisa, jangan nangis....tarik nafas dulu, bisa? Begini...aku punya sesuatu buat Arika...biar melatih fokusnya Arika." Mei mengeluarkan sesuatu dari kresek putih itu.

Tadaaa! Ia tertawa sementara Arika terlihat seperti terpukau dan terkejut padahal yang ia keluarkan hanya bubble wrap.

Kang Hamzah terkekeh begitupun ibu Arika yang kini tak bisa untuk tak bergabung.

Kini Arika tengah bermain bersama saudara-saudaranya, sementara Mei...masih menatap rintik hujan yang masih deras bersama bunyi gemuruh petir yang saling bersahutan di luar sana, bersama kondisi langit yang mendungnya bukan main, bahkan di jam 2 siang ini saja, seperti sudah memasuki waktu sore.

"Waduh teh, malah hujan ya..." Kang Hamzah melirik ke arah luar dimana hujan deras benar-benar mengguyur Widya Mukti, ia duduk bersila di samping Mei.

"Iya." Mei melirik ponselnya yang padam karena terlupa mencharger daya baterai.

"Tunggu aja teh, akang sampai hujannya reda. Kalau dipaksakan takut licin, kebasahan...petirnya juga bikin ngeri." Ujar ibu Atih.

Harus ia panggil teteh kah atau ibu, ibunda dari Arika ini, karena menurut Mei, ibu 4 anak ini masih cukup muda.

"Iya teh Atih. Meni gede gini ujannya. A Asep pulangnya setiap hari, teh?" kini kang Hamzah kembali membuka obrolannya pada sang pemilik rumah, sementara Mei..sedang mencoba mengusir rasa jenuh dan khawatirnya dengan kembali mengajak Arika bercengkrama.

/

Jingga sudah benar-benar berdecak kesal di tempatnya, memandang lebatnya hujan yang tak jua berkurang. Mungkin siapapun bisa melihat wajahnya yang telah tak bersahabat.

Ia mencoba mencari jas hujan kali ini.

"Ga, ujannya gede banget. Mei juga pasti neduh dulu disana...." Nalula mencoba menenangkan hati sang kordes.

Suara tangis Senja justru mendominasi kamar anggota perempuan, wajah sembabnya terlihat kacau sekali.

"Dia selingkuh di kampus...ternyata udah 3 bulan, tau ngga...sama temennya."

Vio melengkungkan bibir ikut simpati, sementara Syua telah ikut misuh-misuh menghakimi mantan kekasih Senja itu.

"Hallo? Hah?! Iya pak? Gawat..." Jovi justru menerima panggilan dari seorang warga yang sering membantunya membuat kincir air.

Ia berlari dengan wajah panik ke arah Jingga diantara kumpulan anak-anak kkn, "Ga! Kincir rusak kena terjangan arus sungai, anjirrr banget..gue lupa matenin baut bawahnya!"

Suasana hati dan pikiran kusut tak bisa lebih kacau lagi, ketika Jovi bilang begitu. Hasil kerja seminggu lebih harus rusak begitu saja.

"Gue mesti cek, jangan sampe kebawa arus..." Jovi turut meraih jas hujannya.

"Jov, elah bahaya Jov !"

"Jangan sendirian!"

"Gue temenin." Jingga akhirnya mengurungkan niatannya mencari Mei dan memilih menemani Jovian bersama Arlan dan Maru.

"Hati-hati!" ucap mereka ketika keempatnya keluar dari posko.

.

.

.

1
R Melda
pada ngegosip,,,,,
Ray Aza
auto inget reel di igeh. boncengan syariah... 🤣🤣🤣🤣
Mama Qiyya
auto kebakaran jengkot si gina..
gak sabae liat expresinya ginaa
aayoo kak up lagiii
Elmaz
hahaha...makanya jgn anggap enteng org pendiam sekali nya bikin status geger satu i indonesia ...wkwkwk
Zee Zee Zubaydah
waduh geger² dah tuuh satu fakultas karna kordes yg terkenal kalem kini jadi pujangga & bucin ya
teteh shin cantik,jangan buru² tamatin ya DA seru banget ini cerita mei sama jingga
lestari saja💕
jovi ga lagi cemburu ma mei kan????
Bun cie
wah bentar lagi kkn nya berakhir..smakin bang jingga pamer hub dgn Mei...
Trituwani
udah mulai buka bukaan nih bang jingga,yg kemaren emang masih galauu berkepanjangan jov soalnya kan obatnya belom ketemu. nahhh kkn kan kesempatan bgt buat bang jingga buat deket lg ama belahan jiwa obat hati yg kemaren ilang 4th😂😂
aneh ya jov, orang sekalem n secool bang jingga bisa mleyott jg karna cew... ya iyaloh cewnya spek bidadari ini makanya g bisa kelain hati 😄😄
'Nchie
kan jadi pengen jajan surabi c emak😁
𝔪𝔯𝔰.𝔢𝔩
🤣🤣🤣
𝔪𝔯𝔰.𝔢𝔩
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Miko Celsy exs mika saja
ya kan emng jingga mau nya geher jov,,sekalianya bikin berita yg meledak
Salim S
typo teh harusnya tukang serabi abal abal bukan tulang serabi...../Chuckle//Chuckle//Chuckle/jingga bener bener bucin deh bikin yg lain mupeng....untung cuma ada trio ubur ubur kalau ada arlan sama alby habis kau pak kordes di rosting mereka....siap siap geger sekampus ya jov s dingin jingga update status nya...s gina bakalan kebakaran jenggot lihat jingga sama mei balikan...
🦋 Jack and Jill 🦋: iya emang, dan sekarang noveltoon eror, aku ngga bisa buka bab terkirim cuma buat benerin typo. bab yang terkirim kaya seolah langsung ilang aja
total 1 replies
Iccha Risa
eonni buatin aku ath serabinya, duh limited edition serabinya... sampe bang Jing buat status... dahlah gpp mw geger juga biar gada bencana melanda
Rita
bang jingga sudah2 kshn itu jomblo 3 ma pembaca🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
di kkn ini lbh plong ya ci yu
Rita
menjaga hati,sambil diam2 merancang strategi😊😊😊
Fitria_194
gempar deh tuh satu kampus, kayanya yg kaget sampe ke dosen2 deh
😂😂😂.
Rita
dari jurusan teknik merembet2 ke jurusan lain
Rita
hhhhhmmmmmmmmmmmhhhhmmmmmm aaahhhhhhh babang Jingga bkn bikin geger anak kkn 21 aja tp skrg juga mulai bikin geger kampus nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!