Milana, si gadis berparas cantik dengan bibir plum itu mampu membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama pada saat masa kuliah. Namun, tak cukup berani menyatakan perasaannya karena sebuah alasan. Hanya diam-diam perhatian dan peduli. Hingga suatu hari tersebar kabar bahwa Milana resmi menjadi kekasih dari teman dekat Rayn. Erik.
Setelah hampir dua tahun Rayn tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar Milana, tiba-tiba gadis itu muncul. Melamar pekerjaan di restoran miliknya.
Masa lalu yang datang mengetuk kembali, membuat Rayn yang selama ini yakin sudah melupakan sang gadis, kini mulai bimbang. Sisi egois dalam dirinya muncul. Ia masih peduli. Namun, situasi menjadi rumit saat Erik mencoba meraih hati Milana lagi.
Di antara rasa lama yang kembali tumbuh dan pertemanan yang mulai diuji. Bagaimana Rayn akan bersikap? Apakah ia akan mengikuti sisi dirinya yang egois? Atau harus kembali menyerah seperti dulu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meridian Barat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19 (Pulang dengan Rayn (2))
.......
.......
Mobil Rayn berhenti dan menepi di depan sebuah bangunan besar berlantai dua dengan banyak pintu. Pekarangan luas yang terdapat beberapa motor juga mobil yang terparkir. Tembok gerbang yang berhiaskan banner bertuliskan 'Terima kost perempuan'.
Sepanjang jalan tadi, mereka hanya diam setelah percakapan terakhir tentang pekerjaan. Sebenarnya Rayn sangat ingin bertanya apa yang terjadi pada gadis itu, tetapi ia merasa tidak berhak bertanya. Jadilah dia hanya diam, menerka-nerka sendiri apa yang terjadi pada gadis pujaannya itu.
"Terimakasih ya, Mas. Sudah mengantar saya pulang," ujar Milana sembari membuka sabuk pengaman, tangannya membuka mobil dan turun dari sana.
Rayn ikut turun dari mobil. Menghampiri Milana yang baru saja menutup pintu mobil.
"Ingat ucapanku tadi. Kerjalah yang benar dan serius," ucapnya pada Milana.
Milana mengangguk. "Iya, Mas. Saya 'kan tadi sudah bilang iya." Bibir plum nya sedikit mengerucut. Lucu.
Rayn mencebik. Paham benar dengan gadis di depannya itu yang selalu meremehkan semua hal. "Oke. Aku tidak mau mendengar kamu menbuat masalah lagi. Ya, sudah. Aku harus pulang sekarang," ujarnya sembari beranjak masuk ke kursi kemudi, "Satu lagi, kalau di luar jam kerja, jangan terlalu bicara dengan gaya formal," sambungnya, sebelum badannya masuk sepenuhnya ke dalam mobil. Setelah berkata seperti itu, kini ia segera masuk ke dalam dan menjalankan mobil meninggalkan Milana di sana.
Bersamaan dengan itu Firsha muncul dari dalm kosnya. "Milan!" panggilnya sembari melangkah ke arah Milana.
Milana menoleh. "Kak Firsha, belum tidur?"
Firsha menggeleng. Setelah sampai di dekat Milana, ia menoleh ke arah mobil yang baru saja meninggalkan area tersebut. Mobil itu masih tampak dari pandangannya walau sudah agak jauh. Setelahnya menoleh ke arah Milana, kemudian tersenyum dengan tatapan penuh arti setelah melihat mobil yang baru saja berlalu itu. "Cieee ... diantar Mas Rayn, ya?"
Milana berkerut. "Iya ... terus kenapa? Dih ... Malah senyum-senyum aneh gitu?" herannya.
Firsha masih tersenyum menggoda Milana. "E'ehmmm ... bener 'kan, Mas Rayn tuh suka sama kamu, Milan. Wah ... bau-bau PDKT nih," katanya sembari bertepuk tangan heboh.
Milana bergidik. "Dih ... mulai deh ngaconya, kebanyakan nonton drama!" Milana berlari kecil ke arah kamar kosnya.
Firsha tertawa kecil. "Eh! Milan ... siapa tau beneran, Mas Rayn suka kamu. Lumayan lho, siapa tau dia jadi lebih manis kalau jadian sama kamu," timpalnya sembari ikut berlari kecil mengejar Milana yang sudah smpai di depan pintu kamar kosnya, bersiap masuk.
Milana menoleh, dengan tangan yang sibuk membuka kunci kamar. "Kak Firsha, kalau nge-halu jangan kejauhan, ah. Dia aja galak sama aku, Kak. Nyebelin, mana mukanya lempeng aja gitu."
"Gitu-gitu Mas Rayn ganteng juga lho, Milan. Mirip aktor yang namanya ...," Firsha tampak berpikir, 'Raden Rakha. Iya bener, Mas Rayn tuh mirip banget sama Raden Rakha." Firsha tersenyum-senyum. Dia jadi salah tingkah sendiri.
"Emang ganteng sih, tapi tiap hari marah-marah terus," sungut Milana.
Firsha memukul kecil lengan Milana. "Heh! Kamunya biang masalah gitu ... Gimana Mas Rayn gak marah-marah terus sama kamu!"
Milana mencibir. "Emang dasarnya aja galak dia mah ... Udah ah, aku mau mandi terus tidur. Bye, Kak Firsha." Milana bergegas masuk dan segera menutup pintu kamar kos, sebelum Firsha kembali berceloteh.
...****************...
Milana merebahkan diri di atas kasur dengan rambut yang terbungkus handuk berwarna abu-abu dan piyama bergambar winnie the pooh berwarna kuning menyala. Dia baru beres mandi. Tangannya meraih ponsel yang tadi ia geletakkan di kasur.
Jari lentiknya menekan platform sosial media berlambang kotak berwarna ungu, kuning. Mulai berselancar di sana. Melihat-lihat postingan random dari orang-orang. Jari berhenti menggeser layar saat terdapat postingan berisi berita lama dengan tag line 'Seorang pebisnis yang kini bangkrut berinisial AR, ditemukan meninggal dalam sel tahanan. Polisi memastikan itu adalah kasus bunuh diri'.
Milana menatap postingan berita tersebut untuk beberapa waktu. Sebelum akhirnya kembali menggeser layar ponsel. Tepat di bawah postingan berita sebelumnya, ada postingan berita lain dengan tag line 'Setelah sempat koma, Istri dari mendiang Pebisnis AR, dinyatakan meninggal di rumah sakit karena sakit yang di deritanya'. Sama seperti saat melihat berita sebelumnya, Milana menatap agak lama postingan tersebut sebelum kembali menggulir layarnya ke bawah. Tidak jauh dari postingan sebelumnya tampak sebuah beruta dengan tag line 'Setelah setahun ditinggalkan orang tuanya, dimana putri mendiang pebisnis AR yang selama ini tidak pernah di-publish?' Milana tampak menghela napas kasar. Melempar pelan ponsel ke sampingnya.
'Kenapa mereka sibuk mencari tau kehidupan seseorang yang bahkan mereka tidak kenal. Menyebalkan!'
Milana tahu pembuat postingan tersebut pasti jurnalis yang tugasnya memang mencari dan menulis berita. Hanya saja menurutnya berita itu menyebalkan.
Milana bergegas mematikan lampu dan segera pergi tidur, karena besok harus bekerja. Gadis itu tidak mau terlambat dan dimarahi Rayn. Lebih tidak mau lagi kehilangan uang makannya.
'Uang makan adalah segalanya,' batinnya.
...****************...
Milana berganti seragam waiters di loker. Hari ini dia tidak telat, bahkan datang sebelum pintu restoran dibuka.
"Soal waktu, saya bisa jamin tidak akan meleset, Mas," bangganya di depan Rayn, tadi.
Sejak percakapannya dan Rayn di mobil malam itu, Milana tidak lagi membuat masalah. Dia benar-benar bekerja dengan baik sebagai waitress.
Setelah memasang apron berwarna coklat. Milana menutup pintu loker. Merapikan rambutnya yang ia ikat satu agak tinggi. Menyisakan sedikit rambut di bagian samping-sampingnya. Wajah gadis itu memang manis. Tidak perlu riasan heboh untuk membuat wajahnya terlihat cantik. Segera bergegas ke depan, berjaga kalau-kalau sudah ada pelanggan yang datang.
Benar saja, saat Milana ke depan, sudah ada beberapa pelanggan yang datang. Ada Dimas yang sedang melayani. Milana segera meraih buku menu dari meja panjang yang terhubung dengan pantry.
Gadis itu melangkah mantap hendak menghampiri customer yang tampaknya belum dilayani oleh Dimas. Namun, langkahnya tiba-tiba berhenti. Berbalik cepat ke arah belakang, dan kembali masuk ke dalam dan mencari Firsha yang memang masih di belakang tadi.
"Kak, aku sakit perut. Aku ke toilet dulu ya. Kakak, tolong bantu, Kak Dimas dulu di depan," ujarnya ketika melihat Firsha seraya memberikan buku menu yang ia pegang tadi. Lalu segera berlari kecil menuju toilet khusus karyawan tanpa menunggu jawaban dari Firsha.
Firsha berkerut heran. "Apa dia sakit?" gumamnya, tetapi dia segera ke depan, karena ia melihat ada beberapa customer.
Firsha menghampiri seorang customer wanita yang tengah duduk sembari membaca majalah. Menawarkan buku menu dengan ramah dan sopan.
Dimas menghampiri Firsha dengan agak terburu-buru, kemudian setengah berbisik, "Milana mana? ada banyak pengunjung." Menunjuk beberapa customer di beberapa meja menggunakan kepalanya. "Itu ada juga baru datang." Ia menunjuk seorang pemuda dengan setelan kemeja rapi yang baru saja masuk dan duduk di kursi ujung restoran.
"Katanya sakit perut, Dim. Biar aku saja yang handle customer yang belum dilayani."
Dimas mengangguk, kemudian melenggang ke arah meja yang terhubung ke pantry. Itu meja tempat menyerahkan orderan customer.
Sedangkan Firsha segera sibuk melayani para pelanggan.
.
.
.
Bersambung...
Milana. ,gadis SPG seperti diriku/Hey/