pernikahan yang terjadi karena kebaikan seorang laki-laki yang ingin menyelamatkan teman perempuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau Ke Acara Reuni
"Mama sama Tante pulang aja..."
"Biar Adrian yang jagain Papa disini."
"Tapi Mama mau temanin Papa juga."
"Mama istirahat dirumah aja. Kan besok bisa kesini lagi."
"Ya udah kalo gitu Mama pulang, ya. Jagain Papa."
Selepas kepergian Inez dan Mita, Adrian kembali ke ruang inap Henry. Ia hampiri sang Papa yang terbaring diatas ranjangnya. Setelah kecelakaan tunggal yang dialami Henry beberapa jam lalu, membuat Henry mengalami pergeseran tulang di tangan kanan nya dan mendapat beberapa jahitan di bagian tubuhnya.
Melihat kondisi Henry, Adrian tentu merasa sedih dan terpuruk. Ia usap tangan Henry yang terpasang jarum infus. Hatinya mulai sesak, ia cium tangan sang Papa penuh sayang. Adrian paling tidak bisa menghadapi musibah jika itu menyangkut orang-orang yang ia sayang.
Dering ponsel Airin terdengar ditelinga Adrian. Ia menoleh, istrinya itu masih tertidur pulas diatas sofa. Ia pun bangun dan mengambil ponsel Airin didalam tas nya.
"Tommy?."
"Kenapa?."
"Kok lo sih yang angkat? Airin kemana?."
"Tidur, ada apa?."
"Gue dengar dari Tante Mita, katanya Om Henry kecelakaan, benar?."
"Hm. Lo kan bisa telfon gue, kenapa harus istri gue?."
"Ck, ini bukan waktunya cemburu..."
"Kasih tau gue, Om Henry dirawat dikamar berapa?..."
"Gue kesana sekarang."
"Nggak perlu."
"Heh, gue-"
Adrian memutus sambungan telfonnya sepihak. Tidak lupa ia juga memblokir nomor Tommy agar tidak menghubungi istrinya lagi.
"Gue heran sama lo, kenapa simpan nomor Tommy, sih? Hm?." Adrian berbicara sendiri, ia juga menjentikkan jarinya di telinga Airin, "Jangan nakal ya, Sayang."
Pagi mulai menjelang, Airin pun sudah bangun dari tidur lelapnya semalam. Setelah mencuci muka, ia bersiap pulang untuk mengambil pakaian ganti. Namun sebelum itu, ia hampiri Henry yang belum juga membuka matanya. Airin menghela nafas panjang, entah kapan Henry akan membuka matanya. Airin semakin tidak tega melihat keadaannya.
"Sayang?." Adrian memasuki ruangan, suaminya itu terlihat membawa
"Papa udah sadar?." Pertanyaan Adrian dijawab gelengan kepala Airin,
"Kamu sabar, ya." Airin mengusap pipi Adrian sekilas sebelum menyambar tasnya
"Aku pulang dulu."
"Sekarang? Gue nggak bisa nganterin."
"Nggak apa-apa. Aku naik taksi."
"Tapi hati-hati?."
"Iya, Sayang- Eh...iya, Adrian."
"Huh! Pake di ralat segala."
"Hehehe, yaudah, aku pulang dulu."
Setelah memberi satu kecupan di pipi Adrian, Airin pergi meninggalkan ruang inap itu. Di lorong koridor, ia tidak sengaja menabrak Tommy dari arah berlawanan. Tommy berhasil memeluk Airin saat gadis itu hampir terhuyung.
"Pelan-pelan aja, Rin."
"Maaf. Kamu jenguk Papa Henry?."
"Iya, dong. Nih, aku udah bawa buah-buahan." Tommy menunjukkan barang bawaannya,
"Gimana, Om Henry udah sadar?."
"Belum..."
"Yaudah, kamu langsung ke kamarnya aja. Disana ada Adrian."
"Duh, aku males banget ketemu Adrian."
"Kenapa?."
"Nggak tau, ya. Bawaannya kesal, marah."
"Hey? Kalian itu kenapa, sih?..."
"Adrian marah liat kamu, begitu sebaliknya..."
"Udah. Mendingan sekarang kamu kesana, aku mau pulang..."
"Adrian butuh baju ganti."
"Tapi, Rin?..."
Tommy terperangah, Airin meninggalkannya begitu saja. Mau tidak mau, ia pun harus mendatangi ruang inap pamannya. Padahal sebelumnya, ia berharap bahwa Inez atau Mita yang akan ia temui disana. Tapi apa daya, ia akan bertemu sepupunya, musuh terbesarnya.
Tommy membuka pintu tanpa permisi, Adrian yang saat itu sedang bermain ponsel. Mendadak melempar tatapan sengit, musuhnya ada didepan mata. Ya, satu sama lain saling menganggap musuh. Sungguh, ikatan persaudaraan yang sangat unik.
"Lo nyari Airin? Dia nggak ada."
"Ya, gue ketemu di depan."
Tommy menaruh tas bawaannya dan duduk tepat dihadapan Adrian. Tentu sepupunya itu semakin tidak suka,
"Nanti sore lo dateng ke reuni?." Tanya Tommy, Adrian hanya berdehem singkat.
"Lo tau? Lo juga bakal reuni sama Bella." Tommy melanjutkan,
"Istri lo?."
"Ck, gue nggak pernah anggap dia istri..."
"Bella itu...sekongkolan lo buat pisahin gue sama Airin..."
"Lo reunian deh sama dia. Terus saling cerita, kalo tujuan lo dan dia udah tercapai, haha." Tommy tertawa getir, membuat Adrian mulai emosi
"Ini dirumah sakit. Gue nggak mau ngeladenin lo."
"Lho, gue salah apa? Kenapa lo marah?."
"Lo pergi sekarang."
"Oke, sampai ketemu lagi." Tommy melenggang pergi, entah apa maksud kedatangannya itu. Yang jelas kemunculannya hanya membuat amarah pada Adrian,
Beberapa jam sudah berlalu, Airin dan Adrian masih berada dirumah sakit. Semua keluarga hadir disana, bersuka cita karena Henry sudah siuman dan bisa tersenyum lagi, meski keadaannya belum membaik. Melihat kebahagiaan anggota keluarga, Airin dan Adrian merasa lega, setidaknya, mereka tidak lagi terlalu khawatir.
Airin membawa Adrian pergi dari ruangan itu. Ia ajak suaminya itu ke kantin rumah sakit untuk mengobrol santai.
Disela-sela obrolan itu, Mita menghampiri dan memberitahu kalau Benny meminta mereka datang ke kamar inap nya. Airin yang mendengar itu, mendadak heran sambil menatap suaminya yang masih terlihat santai dengan minumannya.
Mita melenggang pergi setelah memberi tahu segalanya pada Airin. Dan, ia pun langsung menghujani Adrian dengan pertanyaan yang tidak bisa di bantah lagi,
"Iya, gue yang bikin Om Benny kritis."
"Oh. Ya Tuhan." Airin merasa kecewa, ia tatap Adrian sambil menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Jadi kamu bohong? Penyakit orang tua, itu alasan kamu aja."
"Ya. Lo nggak perlu tau, itu nggak penting."
"Ck, Pak Benny sampe koma tapi kamu tenang-tenang aja?..."
"Dia Om kamu, lho? Kamu tega?."
"Gak usah lebay. Dia aja masih hidup."
"Apa? Kamu psikopat."
Airin bangun dari duduknya dan pergi mengingat kantin. Adrian mengikuti langkahnya dan menahan tangan Airin saat istrinya itu hendak berbelok ke koridor tempat Benny dirawat,
"Lepasin, Adrian!." Airin mulai kesal, Adrian mencengkram lengannya sekuat tenaga,
"Gue nggak izinin lo ketemu Om Benny."
"Tapi aku mau kesana. Aku mau minta maaf."
"Minta maaf? Yang salah itu dia."
"Tapi dia kayak gini karena kamu. Kamu nggak ngerasa bersalah?."
"Gak."
"Lepasin aku." Airin menatap tajam Adrian, ia masih berusaha melepaskan tangannya, "Aku nggak mau kita ribut disini."
"Ya udah, berhenti buang-buang waktu. Pulang."
"Nggak mau."
"Pulang, Rin?."
"Ok. Aku pulang, tapi lepasin aku."
Setelah Adrian melepas cengkraman di lengan Airin, gadis itu pergi begitu saja. Ia terburu-buru mengejar taksi dan pergi meninggalkan area rumah sakit. Tanpa izin dan tanpa pamit, ia meninggalkan Adrian yang juga terlihat kesal.
Tiba dirumah, kedatangan Airin sudah ditunggu oleh Tommy. Laki-laki itu terlihat tersenyum saat berjalan menghampirinya. Tommy celingukan, ia bertanya tentang keberadaan Adrian. Pasalnya, tidak biasanya Adrian tidak terlihat di sisi Airin.
"Aku nggak tau, mungkin masih di jalan."
"Lho? Jadi kamu pulang sendiri?."
"Hm..."
"Oh iya, Tom? Kamu tau nggak kalo Pak Benny dirawat dirumah sakit?."
"Om Benny maksudnya?."
"Iya."
"Aku tau. Dia dirawat karena jatuh dari tangga, kan?." Tommy memastikan jawabannya sambil melirik tangga utama yang terhubung ke lantai atas,
"Adrian dorong Om Benny dari atas sana, dia marah karena Om Benny nyentuh kamu dikamar."
"Jadi kamu tau semuanya? Kenapa nggak ada yang cerita ke aku, ya?."
"Kamu baru tau?."
"Iya. Adrian keterlaluan banget, kok dia tega sama Om nya sendiri."
"Rin? Adrian itu udah ngelakuin hal yang benar. Aku juga nggak akan tinggal diam kalo di posisi dia..."
"Kita sama-sama tau lah, gimana kelakuan Om Benny itu."
"Tapi, itu kan terlalu kejam..."
"Ah, ya udah deh, jangan dibahas..."
"Ini, kamu kesini mau ngapain? Mau ketemu Adrian atau aku?." Airin mengalihkan obrolannya, ia tatap Tommy yang terlihat rapih dengan pakaiannya,
"Kamu, lah. Aku mau ngajak kamu ke acara reuni."
"Ha? Nggak salah? Kenapa ngajak aku? Bella dimana?."
"Dia berangkat sendiri."
"Lho, kok Bella sendirian? Dia kan istri kamu."
"Udah, aku jelasin nanti. Sekarang kamu siap-siap, aku tunggu disini." Tommy mendorong Airin kearah tangga.
"Tapi, Tom-"
"Cepat, Airin."
...•••••••...
Bersambung dulu....
Jangan lupa tinggalkan jejak okeeee