NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI ZAREENA

TRANSMIGRASI ZAREENA

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Konflik etika / Pelakor / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Transmigrasi
Popularitas:15.2k
Nilai: 5
Nama Author: dlbtstae_

Zareena, wanita cantik nan sempurna menikah dengan pria yang sangat dicintainya hingga pernikahannya dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Elvano. Lima tahun pernikahannya terasa begitu sangat indah, hingga kenyataan menghantam relung hatinya. Suaminya berselingkuh dengan adik angkatnya, bahkan keluarganya begitu memihak pengkhianat.


Di khianati dan disingkirkan, Zareena tiada dalam kesedihannya. Namun kepergiannya bukan akhir dari segalanya. Dalam gelapnya alam baka, Zareena bersumpah.


“Jika diberikan kesempatan kedua, aku akan memilih mengubah takdirku, melindungi putraku dari pengkhianat”.


Dan ketika ia membuka mata, ia kembali bukan sebagai Zareena, tapi sebagai ancaman yang tak mereka duga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

El cetlessss

Pagi weekend itu langit berwarna cerah, awan menggantung tipis di langit biru muda. Di balik jendela besar yang menghadap taman kecil belakang rumah, cahaya matahari masuk hangat menyentuh lantai dan mainan bayi yang berserakan di sana.

Zareena masih tertidur. Andra sedang di luar, menemani Marissa belanja bulanan bersama Sandra. Dan entah keputusan siapa mungkin terlalu percaya diri, Elvano ditinggal di rumah hanya bersama dua adik kembarnya Zayana dan Zevan.

“Gampang itu, cih ! Celahkan cemua na cama Abang El ! ” katanya pagi itu dengan dagu terangkat. “El cudah besal. Cudah bisa jaga dedek gembul. Mommy tinggal bobok aja, nda papa.”

Dan sekarang…

“JEPAAAAANNN, JANGAN MAKAN BENDAAAAAA ITU!!”

Elvano berteriak panik ketika melihat adiknya yang masih bayi baru bisa duduk, belum bisa bicara namun selalu menggigit sesuatu yang entah dari mana datangnya. Secepat kilat bocah gembul itu merangkak ke arah Zevan dan menarik benda misterius dari tangan mungil sang adik.

“Aduhhh, ini kenapa bica ada lego di cini ciiiih?!” Elvano merengut. Ia melotot ke segala arah, berusaha mencari siapa yang bisa ia salahkan, meskipun ia tahu tak ada siapa-siapa selain dirinya sendiri.

Zayana yang sedang di box bayi tertawa kecil, seolah menertawakan kekacauan itu.

“Heh, Jaya jangan ketawa! Abang El pucing tau, nda !”

Zayana membalas dengan gumaman lucu, menendang-nendang selimut dengan riang.

Elvano menghela napas. Sambil mengelap keringat yang bahkan belum keluar, ia mengangkat tubuh Zevan dan mendudukkannya kembali ke atas matras warna-warni.

“Jepan, dengelin abang, ya. Jangan makan cemua yang kamu temui. Nanti kamu sakit. Nanti Mommy malah. Nanti abang El dimalahin juga. Kamu tega liat El nangis? Hah?”

Zevan hanya berkedip, lalu tertawa.

“Liat tuh, dia malah ketawa! Nda benel ini jadi adek na abang El !! ” Elvano menunjuk-nunjuk dengan ekspresi kesal yang sangat menggemaskan.

Ia kemudian beranjak ke dapur, mengambil botol susu kecil yang sudah dipanaskan Andra sebelumnya. Ia menyeret kursi tinggi dan naik, lalu menuangkan susu itu ke botol masing-masing. Butuh waktu lama. Tiga kali hampir tumpah. Dua kali botol jatuh.

“Cucahhhh naaaaa jadi abang !!! ” keluhnya. “Ini gala-gala  nda ada yang dengelin waktu El bilang El mau punya hamstel aja, bukan adek gembul!”

Selesai mengisi botol, ia membawa dua botol susu itu dengan hati-hati, menyeret kakinya pelan sambil bergumam. Tapi baru saja tiba di ruang tengah…

“JE—JAYAAAAAAAA ! KAMU—!!!”

Zayana yang tadi duduk manis, kini sukses keluar dari box bayi! Ia berguling, lalu entah bagaimana sudah merangkak menuju Zevan dan berusaha menarik kaus adiknya sendiri.

“Ndaaa !! Ndaaaa bolehhh ! Jaya, kamu belum boleh gelut sama Jepannnn! Kalian masih bayi! BELUM BOLEH BELANTEM!”

Botol susu jatuh ke lantai, dan Elvano kembali panik. Ia berlari kecil, menarik Zayana seperti menarik karung ringan, lalu menggendong Zevan, dan akhirnya… mendudukkan kedua adiknya di kursi goyang kecil milik Mommy-nya. Dia duduk di lantai, botol susu di tangan.

“Oke. Dengelin abang El, ya. Sekalang kita minum cucu baleng. Nda boleh lebutan. Gantian. Kita tuh kelualga cemala jangan jadi kelualga cucul. Kita tuh... Cekuuatt”

Kedua bayi menatapnya, lalu satu botol ditarik Zevan, yang langsung menghisap dengan lahap. Elvano menyerahkan botol satunya ke Zayana dan mengawasi mereka seperti jendral kecil.

Hening sebentar.

Akhirnya Elvano bersandar di dinding, wajahnya lesu.

“Begini nacib El, jadi abang yang nda ciap punya adek…”

*

*

*

*

Tapi tentu saja, ketenangan itu tak berlangsung lama. Setelah susu habis, Zayana mulai merengek. Zevan ikut-ikutan, mungkin karena melihat kakaknya menangis.

Elvano langsung siaga.

“Kenapa? Kenapa nangis? Pelut kalian kenyang kan? Ngantuk? Mau ditidulin? Tapi Mommy belum bangun…”

Ia berdiri, mondar-mandir, lalu berinisiatif mengambil mainan bunyi-bunyian dari kotak.

“Tallllaaaaaaa! Nih, ada ci bebek cumbang!”

Ia menggoyang mainan bebek yang berbunyi mendecit. Zayana masih menangis.

“Nih, nih… boneka jeluk pelutna nenek uti… Lucu lho!” Ia menggoyangkan boneka jeruk yang seperti senyum terus-menerus.

Zevan makin kencang menangis. Elvano mulai panik. Ia berlutut dan mendekat, lalu entah karena inspirasi ilahi atau ide gila bocah delapan tahun ia mulai... menari.

“Kalau kamu cenang tepuk tangan, plak plak! Kalau kamu cenang tepuk kaki, tok tok!”

Zayana terdiam sejenak.

“Kalau kamu senang ayo kita sama-sama nyanyi… kalau kamu senang—”

“UWAHHHHHHH!!!”

Keduanya menangis bersamaan. Elvano mendadak frustasi.

“Aaaaaaa El cetlesssss !! El cetlesssss ?! El ini ciapa, ha? Gimana calanya jadi abang yang idaman kalau  begini telus?!” Elvano pasrah, mengusap wajahnya dengan kedua tangan gembulnya.

Tapi tak lama, muncul ide brilian untuk  menggendong kedua adiknya. Ia mencoba mengangkat Zevan, lalu Zayana, lalu…

“BELAT!”

Ia jatuh duduk, nafas ngos-ngosan.

Sambil memeluk keduanya dengan posisi miring, Elvano menggerutu sendiri, “Nanti kalo kalian cudah becal, halus inget ya, abang El yang jagain kalian, yang gendong kalian waktu Mommy tidul. Kalian halus pikil nda gampang, punya adek. Jadi, kalau daddy bocol lagi kita halus demo. Oke ?”

Zayana terdiam. Zevan menguap. Tak lama, keduanya tertidur.

Elvano mendongak, wajahnya campuran lega dan bangga. “Hah… sukses besal! Halusna dali tadi tidul bial El nda cetlesss…”

Ia pelan-pelan merebahkan tubuhnya di lantai, memeluk kedua adiknya yang sudah tidur, matanya perlahan ikut terpejam.

Tak berapa lama kemudian, pintu depan terbuka. Andra, Marissa dan Sandra masuk membawa belanjaan.

“Anak-anak daddy, daddy pulang…” teriak Andra. Tapi tak ada sahutan. Sandra menoleh ke ruang tengah dan menahan tawa.

“Bang, mi… liat deh ini…”

Andra melongok ke ruang tengah.

Dan disanalah, Elvano terbaring di lantai, memeluk  adik kembarnya, pipinya belepotan air liur Zevan, rambutnya berantakan, kaosnya basah karena susu, dan nafasnya berat.

Andra tertawa pelan. Ia menunduk, mengelus rambut anak sulungnya.

“Pekerjaan yang bagus, Nak.”

Sandra mengangkat ponselnya dan mengambil foto diam-diam.

“Nih, bakal jadi senjata kalau nanti dia remaja dan mulai ngeyel!”

Malam harinya, Zareena sudah bangun dan ikut bergabung di ruang keluarga. Ia menyusui Zevan dan menyuapi Elvano yang lemas seperti baru lari marathon.

“Abang El, abang hebat sekali hari ini,” ujar Zareena sambil tersenyum.

“Mommy, dedek kembal itu… kayak monstel kecil. Tapi lucu. Tapi monstel… tapi bukan babymonstel”

Semua tertawa. Zareena memeluknya erat. “Kamu udah jadi abang yang luar biasa.”

Elvano mengangguk bangga, meski matanya mengantuk.

“Mommy…”

“Iya, Sayang?”

“Nanti kalau El gede, El mau jaga adik-adik telus. Kalau ada olang yang  jahat, El halus beli pelajalan khusus. Kalau ada monstel, El lawan. Pokoknya, El nda bialin siapapun menyakiti kekualga, El.”

Zareena menatapnya lama, lalu mencium kening anaknya.

“Mommy percaya.”

Tapi dalam hatinya, ia tahu... ucapan Elvano bukan sekadar janji anak kecil.

Itu adalah bagian dari takdir yang akan segera datang.

Dan Elvano, bocah gemuk yang cerewet dan menggemaskan ini… perlahan akan tumbuh menjadi pelindung bagi dua cahaya yang akan mengguncang dunia.

1
Yandiitee
sorry koreksi, itu perasaan dari awal kalimat PAGI dtlis LAGI terus, dsengaja atau gimana?
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
next
Heni Mulyani
lanjut
Yuni Anto
next Thor gpl /Angry//Determined//Angry//Determined/
Cindy
next
Cindy
lanjut
Cindy
next
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Heni Mulyani
lanjut author
Heni Mulyani
lanjut
DISTYA ANGGRA MELANI
Lnjt up doble
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!