NovelToon NovelToon
Unwritten Apologies

Unwritten Apologies

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Model / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:502.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Ini adalah kisah cinta pria berkebangsaan Korea dan gadis berdarah Indonesia.

Waktu SMA, Ha joon tidak setampan sekarang. Pria itu gemuk dan selalu memakai kacamata tebal kemana-mana. Ha joon sangat menyukai Rubi, gadis populer di sekolahnya.

Namun suatu hari Ha joon mendengar Rubi menghina dan mengolok-oloknya di depan teman-teman kelas mereka. Rasa suka Ha joon berubah menjadi benci. Ia pun memutuskan pindah ke kampung halamannya di Seoul.

Beberapa tahun kemudian, Rubi dan Ha joon bertemu lagi di sebuah pesta pernikahan. Ha joon sempat kaget melihat Rubi yang berada di Korea, namun rasa dendamnya sangat besar hingga ia berulang kali menyakiti perasaan Ruby.

Tapi, akankah Ha joon terus membenci Ruby? Mulutnya berkata iya, namun tiap kali gadis itu tidak ada didepan matanya, ia selalu memikirkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ha Joon mabuk

Dalam tidurnya Ruby bermimpi. Memimpikan kejadian masa lalu. Saat ia mengalami kecelakaan enam tahun lalu. Di kota New York. Kecelakaan tragis yang menghancurkan mimpinya menjadi pianis hebat, yang membuatnya harus rela melepaskan statusnya sebagai mahasiswi berprestasi di sebuah kampus musik terkenal.

Saat kelopak matanya bergerak pelan, Ruby seolah kembali ke malam dingin itu, malam ketika segalanya berubah.

Dalam mimpinya, langit New York gelap dan berat. Hujan turun deras, membasahi jalanan yang dipenuhi lampu-lampu kota yang berpendar buram. Ruby berlari kecil menyeberangi trotoar, tas berisi partitur dan lembar-lembar tugas kuliah menempel di tubuhnya. Tangannya memegang erat sebuah undangan audisi, kesempatan emas yang selama ini ia tunggu.

Ia baru saja selesai latihan di ruang musik kampusnya. Tangannya masih bergetar karena memaksa memainkan bagian tersulit dari komposisi Chopin yang akan ia bawakan. Tapi hatinya berbunga. Hari itu, dosennya memujinya. Bahkan berkata bahwa dia bisa menjadi salah satu pianist muda paling menjanjikan di angkatan itu.

Lalu semuanya hancur hanya dalam hitungan detik.

Teriakan. Suara klakson. Lampu yang menyilaukan. Dan dentuman keras logam menghantam tubuhnya.

Ruby terhempas. Tubuhnya membentur aspal. Rasa sakit itu bahkan masih terasa nyata dalam tidurnya. Dunia berputar. Hujan tak berhenti mengguyur tubuhnya yang terkulai di jalan. Matanya yang nyaris tertutup samar-samar menangkap partitur yang beterbangan dan basah, seperti sayap-sayap yang patah.

Suara sirine ambulans memekakkan telinga. Orang-orang mengerumuni, tapi semuanya terdengar jauh. Jauh sekali.

Lalu gelap.

Ruby menggeliat dalam tidurnya. Napasnya memburu, tangan kirinya mengepal erat.

Dalam mimpinya, ia terbangun di rumah sakit. Tubuhnya penuh luka dan selang. Tapi bukan rasa sakit fisik yang menyiksa, melainkan kenyataan bahwa tangan kirinya, tangan yang selama ini menari lincah di atas tuts piano, tak lagi bisa berfungsi dengan normal. Dokter menyebutnya kerusakan saraf. Permanen.

Ia menangis berhari-hari. Menolak makan. Menolak bicara. Impiannya, yang ia bangun sejak kecil, runtuh seperti kaca yang dihantam palu.

Kampus memberinya izin cuti. Lalu Ruby memilih pulang ke Jakarta diam-diam, tak menjawab pesan teman-teman kampusnya, tak menghadiri surat perpisahan dari dosen-dosennya. Ia hanya ingin menghilang. Menjadi orang biasa.

Mimpi itu perlahan kabur. Ruby mengerjap pelan. Napasnya tak beraturan. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia terbangun.

Gadis itu membuka matanya dan menatap langit-langit kamar apartemennya di Seoul. Malam masih pekat. Udara dingin merayap di kulitnya. Tangannya bergerak pelan, menyentuh pergelangan tangan kirinya yang penuh bekas terapi dan operasi. Bekas luka itu sudah hilang, tak terlihat lagi bekasnya, tetapi dalam hati Ruby, bekas tersebut masih ada. Dan ia masih bisa merasakan perihnya.

Enam tahun telah berlalu, tapi luka itu belum benar-benar sembuh.

Ruby duduk di ranjang, menarik napas panjang. Seharusnya mimpi itu sudah lama terkubur, tapi kini perlahan kembali, bersamaan dengan masa lalu menyakitkan lainnya yang kembali.

Ha Joon.

Dia ingin sekali mengatakan yang sebenarnya pada pria itu. Alasan kenapa dirinya bersikap kejam dan menghina pria itu dulu. Hanya saja Ruby tidak berani. Ia tidak punya bukti. Ha joon juga tidak mungkin percaya, apalagi pria itu terlihat penuh dendam tiap kali mereka bertemu. Sorot mata tajam itu penuh kebencian saat menatapnya. Jadi Ruby memilih diam, ia ingin menyerahkan semuanya kepada takdir. Baginya, bisa melihat pria itu sukses meraih cita-citanya, adalah sesuatu yang membuatnya ikut senang.

Ruby bangkit dari kasur dan duduk di kursi depan piano.

Ia menunduk. Tangannya bergerak menyentuh piano kecil yang ia beli dengan tabungan sendiri, piano yang hanya dimainkan dengan tangan kanan, karena tangan kirinya tak lagi bisa mengikuti.

Jemarinya menyentuh tuts, lembut, gemetar. Ia memainkan nada kecil, nada sendu. Lalu berhenti.

Air mata jatuh tanpa suara.

Ruby tak tahu apakah ia masih pantas bermimpi. Tapi ia tahu satu hal, rasa sakit itu nyata, dan ia belum benar-benar berdamai dengan masa lalu. Tiap kali menyentuh piano, ia selalu teringat dengan kecelakaan itu, serta semua cita-citanya yang hancur lebur. Hanya dia yang tahu betapa sakit rasanya.

Gadis itu menangis dalam diam. Sesaat kemudian ponselnya bergetar. Ruby melihat siapa yang menelponnya malam-malam begini. Nomor baru. Awalnya tidak mau dia angkat, tetapi setelah menimbang-nimbang, ia angkat juga.

"Halo?" sapanya sembari menghapus sisa-sisa air di matanya.

"Halo, ini benar nomor telponnya nona Ruby?"

Alis Ruby bertaut. Yang menelponnya adalah seorang laki-laki.

"Iya benar. Maaf, ini dengan siapa?"

"Ah, aku Oh Jin young, kita bertemu di lift tadi siang. Kau masih ingat aku?"

Ruby mencoba mengingat-ingat. Ah, pria yang berbincang dengan Ha Joon. Dia ingat sekarang. Tapi kenapa pria itu menelpon? Malam-malam begini pula.

"Begini nona Ruby, bisakah kau ke sini? Ha Joon, dia mabuk berat dan tidak ingin berhenti minum. Ia juga terus menyebut-nyebut namamu. Aku tidak tahu apa hubungan kalian, tapi karena namamu terus di sebut-sebut olehnya, aku pikir hanya kau yang bisa membuatnya berhenti minum."

Ruby terdiam. Tubuhnya membeku. Ha joon minum-minum dan terus menyebut-nyebut dia? Tapi kenapa, pria itu membencinya. Apakah karena terlalu benci hingga dia mabuk-mabukan?

"Nona Ruby, aku tidak keterlaluan kalau memintamu datang kan? Kalau Ha Joon terus minum, aku aku takut dia ..."

"Baiklah, aku segera ke sana. Kirimkan alamatnya."

"Baik, akan ku kirim alamatnya sekarang. Terimakasih sebelumnya."

Setelah sambungan terputus, Ruby mengambil jaket tebal dan dompetnya lalu segera keluar dari apartemennya. Dia bohong kalau tidak khawatir pada Ha Joon.

1
Nita Nita
Ruby mau cerita aja lambat bgt
LANY SUSANA
waduh Ruby km cari penyakit ya, Ha joon masih marah lo km jd model berdua
e sekarang malah ketemuan dgn Daniel
Ruby lebih baik km jujur soal masa lalu mu dgn Daniel yg dulu km hina Ha joon
Hanima
bodoh
Ilfa Yarni
aduh ruby knp kau pergi sendiri km malah memicu kemarahan hajoon saka gmn sih km sebel jg bukannya jujur mengajak ha Jon bicara ini malah mau menemui Daniel lg
dyah EkaPratiwi
salah paham nanti ha joon
LANY SUSANA: pasti dan Ha joon tambah ngamuk nii
total 1 replies
Ernawati
ya ampun Rubi
Anna
hmmm.. keputusan yg salah, Ruby..
harusnya jangan kau tanggapi pesan dr Daniel.
jangan membuat Ha Joon menjadi tidak percaya lagi padamu
Nengsih Irawati
Kesel deh ko Ruby gitu sih,,,mau cerita aja susahnya minta ampun,,,eh disuruh buaya buntung apa nurut aja padahal mungkin saja itu sebuah jebakan untuk membuat mu terlihat buruk,,, harusnya km membangun kan ha joon
Valent Theashef
psti daniel dksih tau ma tmennya haajon,ih ruby ni gmn se klo km turu. bkin mslh za
Dwi Winarni Wina
Ruby cari penyakit aja hrs ijin suaminya dulu menemui daniel biar suaminya tidak salahpaham lagi.....
hajoon tahu pasti sangat marah dan emosi diam-diam ruby menemui daniel tanpa ijin/sepengetahuan hajoon...

kedatangan daniel pasti ada maksud dan tujuannya tiada angin tiada hujan tiba-tiba daniel muncul lagi, daniel sangat mencurigakan....

Ruby apa yg kamu pikirkan itu takutnya jebak aja daniel, ingin merusak hubunganmu sm hajoon....
👏vanzhoel🖤²²¹º
ruby.. aahh.. tau lah..
entah apa yg ada di pikiran mu itu😓😒
Sri Aminah
klo bener² menemuinya alangkah bodohnya Ruby... menyebalkan
memei
apa GK bahaya tohhh... Ruby emang agak lemooot ya
Mineaa
Rubby......kamu cari masalah baru itu namanya.....
bicarakan dulu dengan suami mu....
hadechh.....
jangan ya Rubby..... jangan......
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
semoga kedepan nya ha joon lebih bisa mengendalikan emosinya
Ariyati Qamariah
ini ruby nya kapan jujur sii, gimana hajoon bisa tw coba bukan masalah hajoon g peka atau gmn tp ini masalah si ruby yg g terbuka ama hajoon
Mmh Azka_Adzkiya
ayo donk jujur aza ruby dari kejadian dulu
༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜
kurang suka karakter Ruby yg lemah,,,, terlalu lama menyimpan rahasia di masa lalu,,,, disaat ha joon marah krn cemburu dia malah diam 😏😏😏
Sri Aminah
lanjuttttt
Srie Handayantie
kalau diposisi hajoon sih aku juga bisa memaklumi knpa dia bisa bersikap sperti itu, dan Ruby daripda kamu diam trus lebih baik utarakan apa yg slama ini kmu pendam , biar hajoon tau
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!