NovelToon NovelToon
High School Iyuna

High School Iyuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Menjadi NPC / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Anggara The Blukutuk³

Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persiapan Menuju Pantai

Flashback Off — kita kembali ke keadaan Iyuna, saat ini mereka sedang berjalan dengan langkah santai di trotoar yang dipenuhi dedaunan gugur, kaki mereka melangkah berirama di atas paving stone yang basah terkena embun sore.

"Me—memancing?" Tanya Eid sambil menghentikan langkahnya mendadak, matanya terbelalak heran dengan alis yang terangkat tinggi, kepalanya miring ke samping seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Iya, bisa?"

"untuk sekarang, hanya itu yang kumau"

Ucap Iyuna datar sambil terus melangkah maju tanpa menoleh, tangannya mengayunkan tas belanjaan dengan gerakan monoton, wajahnya menunjukkan ekspresi kosong yang sulit ditebak.

Rakha mempercepat langkahnya dan mendekat sambil menyamakan irama jalan dengan Iyuna, bahunya hampir bersentuhan dengan gadis itu, "mengapa kau tiba tiba ingin memancing?" Tanya Rakha penasaran sambil memiringkan tubuhnya ke arah Iyuna, matanya menatap wajah gadis itu mencari jawaban.

"Iya, mengapa Iyuna?" Tanya Sherin sambil mencondongkan tubuhnya ke Iyuna dari sisi yang lain, kedua tangannya menggoyangkan tas belanja dengan gerakan bersemangat, mata besarnya berbinar penuh rasa ingin tahu.

"Entahlah, untuk mengenang masa laluku saja" Ucap Iyuna sambil membuang muka ke arah lain, langkahnya sedikit melambat, jari-jarinya menggenggam tali tas dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Masa—lalu?" Monolog Rakha dalam hati sambil menghentikan langkahnya sejenak, matanya membulat dengan ekspresi terkejut, bibirnya sedikit terbuka karena tidak menyangka akan mendengar kata-kata tersebut.

"Hmmm...," Gumam Sherin sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya, kepalanya mengangguk-angguk pelan dengan gerakan berpikir, matanya menatap ke atas seolah mencari ide di langit sore yang mulai berubah warna.

"boleh deh!"

"aku juga ingin melihat Eid-kun memancing" Ucap Sherin dengan antusias sambil melompat kecil di tempat, lalu memeluk lengan Eid dengan kedua tangannya yang melingkar erat, tubuhnya bersandar manja ke lengan pemuda itu.

Wajah Eid merona sekejap seperti tomat matang, tangannya bergetar halus karena sentuhan mendadak Sherin, "A—aku tidak jago memancing" Ucapnya sambil menggaruk belakang kepala dengan tangan bebas, matanya menghindar dari tatapan mata Sherin yang berbinar.

"sekalian juga kan? Kita bisa berkencan di pantai.." Goda Sherin sambil memiringkan tubuhnya ke Eid dengan gerakan menggoda, wajahnya tersenyum nakal dengan mata yang berkedip genit, jari-jarinya mengetuk-ngetuk lengan Eid dengan ritme yang menggemaskan.

"ka—kau benar" Ucap Eid sambil menelan ludah gugup, wajahnya semakin memerah hingga ke telinga, tangannya yang bebas mengepal dan mengendur bergantian karena nervous.

"Benarkan? Tunggu apa lagi? Ayo kita kesana!"

"Kita akan kesana naik taksi! Dari sini, kita akan menempuh sekitar 20 kilometer"

Ucap Sherin antusias sambil melepaskan pelukannya dan bertepuk tangan kecil, tubuhnya berputar satu kali dengan rok yang berkibar, matanya berbinar penuh semangat dengan senyum lebar yang mengembang di wajahnya.

"lalu, darimana kita akan mendapatkan alat pancingnya?" Tanya Rakha sambil mengangkat sebelah alis, tangannya bertumpu di pinggang dengan sikap berpikir, kepalanya miring ke samping menunggu jawaban.

"Benar juga..." Gumam Sherin sambil menghentikan gerakan riang, jari telunjuknya kembali mengetuk dagu dengan gerakan berpikir, ekspresi wajahnya berubah dari antusias menjadi bingung.

"Oh iya, aku punya 2 di rumah. Itu mungkin cukup untuk Iyuna dan aku, atau Eid dan aku" Sahut Rakha sambil mengangkat jari telunjuknya ke atas dengan gerakan eureka, wajahnya mencerah dengan senyum bangga karena bisa memberikan solusi.

"Lagipula, rumahku kan dekat dengan sekolah. Jadi, aku bisa mampir dan mengambilnya" Lanjut Rakha sambil menunjuk ke arah yang berlawanan dengan gerakan tangan yang tegas, langkahnya bergeser ke arah tersebut seolah sudah siap berangkat.

"tidak perlu untukku"

"aku juga punya itu diasrama"

Ucap Iyuna sambil menggeleng pelan, tangannya mengayun-ayunkan tas belanja dengan gerakan santai, matanya menatap lurus ke depan dengan ekspresi tenang yang misterius.

Rakha tersentak dengan tubuh yang mundur selangkah, "Be—benarkah?" matanya terbelalak tidak percaya, mulutnya terbuka sedikit dengan ekspresi shock yang kentara.

"tunggu, mengapa kau membawa alat memancing ke asrama?"

Tanya Rakha sambil melangkah mendekat lagi, matanya menyipit curiga dengan alis berkerut, kepalanya condong ke depan seolah ingin menyelidiki lebih dalam.

Iyuna mengalihkan pandangannya ke arah jendela toko di sebelah kiri dengan gerakan menghindar, "I—itu, untuk saat saat seperti ini" Ucapnya sambil mengangkat bahu sedikit, jari-jarinya meremas-remas tali tas dengan nervous.

"Baiklah kalau begitu!"

"karena aku tidak bisa memancing"

"jadi, aku akan menonton saja"

"jika kalian mendapat ikan, aku bisa memasaknya kok!"

Ucap Sherin antusias sambil bertepuk tangan dengan semangat, tubuhnya melompat-lompat kecil di tempat, matanya berbinar penuh kegembiraan dengan senyum manis yang tak pernah pudar dari wajahnya.

"lalu? Bagaimana dengan rencana kencan ke taman?" Tanya Eid sambil menggaruk pipinya dengan jari telunjuk, ia mengingat kembali rencananya dengan ekspresi bingung, matanya melirik ke arah taman yang mereka lewati tadi.

"itu, kita ubah saja menjadi rencana kencan di pantai"

"bukankah lebih baik? Lagipula, kita sudah pernah ke taman"

Ucap Sherin sambil mengangkat kedua bahunya dengan gerakan lelah namun tetap ceria, tangannya mengibas-ngibaskan udara seolah menyingkirkan ide lama, wajahnya menunjukkan ekspresi 'sudah-jelas-dong'.

"sudah pernah?"

"bukannya ini baru pertama kali?"

Tanya Eid dengan kepala yang miring bingung, alisnya berkerut mencoba mengingat-ingat kapan mereka pernah ke taman bersama, jarinya mengetuk pelipis dengan gerakan berpikir.

Mata Sherin membulat seperti piring dengan ekspresi panik yang kentara, "Eh?" wajahnya pucat sesaat karena menyadari kesalahan ucapannya, tangannya refleks menutupi mulut.

"Oh iya, maksudku, kan lebih indah jika kencan dilakukan di pantai?" Elak Sherin dengan nada cepat sambil tersenyum kaku, tangannya bergerak-gerak di udara dengan gerakan gugup, matanya berkedip cepat mencari cara mengalihkan perhatian.

"Benar juga, terserah aja sih. Aku hanya ikut" Ucap Eid pasrah sambil mengangkat kedua tangannya ke atas dengan gerakan menyerah, bahunya turun dengan helaan napas panjang.

"Bagus, jadi untuk sekarang kita pulang dulu lalu mengambil apa yang dibutuhkan" Ucap Sherin antusias sambil bertepuk tangan sekali lagi, tubuhnya kembali berenergi dengan mata yang berbinar, tangannya mengepal di depan dada dengan semangat membara.

"Apa saja kira kira yang dibutuhkan?" Tanya Iyuna penasaran sambil menoleh ke Sherin, kepalanya miring dengan ekspresi polos, matanya menatap dengan tatapan ingin tahu yang tulus.

"Yeah, mungkin bikini?"

"alat pancing karena kau ingin memancing"

"dan karpet? Kita mungkin bisa piknik disana"

"mungkin kita bisa membawa mini kompor dan grill?"

Ucap Sherin sambil mengetuk dagu dengan jari telunjuk bergantian, matanya menatap ke atas dengan ekspresi berpikir keras, kepalanya mengangguk-angguk setiap menyebutkan satu item, jari-jarinya terlipat satu per satu menghitung barang yang dibutuhkan.

"aku punya grill yang jarang kugunakan, kalian mau aku membawanya?" Tanya Iyuna sambil mengangkat sebelah alis, tangannya terangkat sedikit dengan gerakan menawarkan, wajahnya menunjukkan ekspresi bersedia membantu.

"boleh! Tolong yah" Ucap Sherin sambil mengangguk cepat dengan antusias, kedua tangannya bertepuk sekali dengan mata yang berbinar senang, tubuhnya sedikit membungkuk dengan gerakan berterima kasih.

Setelah berdiskusi dengan saling bertukar ide dan saran, mereka pun berjalan terpisah untuk kembali ke tempat masing-masing — ke asrama terkecuali Rakha yang melangkah dengan langkah besar menuju rumahnya. Yeah, rumah Rakha memang dekat dengan sekolah, hanya berjarak sekitar 1 kilometer yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki santai selama 30 menit.

Setelah menyiapkan alat-alat mereka dengan cermat dan teliti, mereka berkumpul kembali di trotoar yang mulai sepi karena hari semakin sore. Satu per satu mereka menunjukkan alat atau benda yang mereka bawa dengan wajah bangga dan semangat.

"Iyuna..., apa kau yakin itu alat pancing yang akan kamu gunakan?" Tanya Rakha dengan nada ragu sambil menggaruk kepalanya, matanya terbelalak lebar menatap Iyuna yang dengan santai membawa seutas senar tipis dengan kail kecil terikat diujungnya, terlihat sangat sederhana dibandingkan joran pancing modern yang dibawanya.

"Benar"

"ada yang salah?"

Ucap Iyuna datar sambil memiringkan kepalanya dengan ekspresi polos, tangannya mengangkat senar itu ke atas dengan gerakan santai, seolah-olah itu adalah hal yang paling normal di dunia.

Eid saling melempar pandangan dengan Sherin dan Rakha dengan mata yang saling bertemu dalam kebingungan, ekspresi mereka kompak menunjukkan ketidakpercayaan, "Ti—tidak, tidak ada" Ucap mereka serentak sambil menggeleng cepat, tangan mereka bergerak gugup di samping tubuh.

"tapi, apa kamu bisa hanya memakai itu?" Tanya Eid ragu sambil menunjuk senar sederhana di tangan Iyuna, alisnya berkerut dengan ekspresi khawatir, tangannya menggaruk pipi dengan gerakan nervous.

"dulu, temanku menangkap seekor ikan mas seukuran 2 meter hanya menggunakan ini" Ucap Iyuna sambil mengangkat seutas senar itu lebih tinggi dengan gerakan bangga, matanya menatap senar tersebut dengan kilat nostalgia yang samar, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis yang hampir tidak terlihat.

"W—wah, dia tampaknya hebat yah" Ucap Eid ragu sambil menelan ludah, matanya masih menatap senar tipis itu dengan ekspresi tidak percaya, tangannya menggaruk belakang kepala dengan gerakan gugup.

"Teman? Temannya siapa?" Monolog Rakha dalam hati sambil mengepalkan tangan di sisi tubuhnya, dia saat ini tampaknya sedang cemburu dengan alis berkerut dan rahang yang mengeras, matanya menyipit menatap Iyuna dengan perasaan ganjal di dada.

"Baiklah! Taksi sudah datang, ayo kita berangkat!" Ucap Sherin antusias sambil melompat kecil dan menunjuk dengan jari telunjuk ke arah dua taksi kuning yang berbaris rapi di tepi jalan, mesinnya mendengung halus menunggu penumpang, sopirnya melambaikan tangan dari balik kaca depan.

1
Jumpri Cry
semangat
Jumpri Cry
lanjut
Jumpri Cry
lanjut, semangat
Jumpri Cry
lanjut
SukiDenial
Mcnya keren. Dan ada banyak fanservicenya😍. Iyuna itu waifu ku banget titik🤬
Dimas Saputra
lanjut thor, dan Saling suport
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!