NovelToon NovelToon
Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor
Popularitas:28.5k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Shanaya Sanjaya percaya bahwa cinta adalah tentang kesetiaan dan pengorbanan. Ia rela menjadi istri rahasia, menelan hinaan, dan berdiri di balik layar demi Reno Alhadi, pria yang dicintainya sepenuh hati.

Tapi ketika janji-janji manis tersisa tujuh kartu dan pengkhianatan terus mengiris, Shanaya sadar, mencintai tak harus kehilangan harga diri. Ia memilih pergi.

Namun hidup justru mempertemukannya dengan Sadewa Mahardika, pria dingin dan penuh teka-teki yang kini menjadi atasannya.

Akankah luka lama membatasi langkahnya, atau justru membawanya pada cinta yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Sejak pagi, Reno sudah tiba di perusahaan SM. Ia bawa sebuket bunga dan sebuah kotak makan kecil. Sebenarnya, ia ingin datang langsung ke apartemen tempat Shanaya dan Wina tinggal. Tapi setelah insiden terakhir, namanya masuk daftar hitam. Meski punya kuasa buat maksa masuk, Reno memilih menahan diri, demi nunjukin kalau ia bisa berubah.

Sekarang Reno berdiri di depan Shanaya, berusaha manis seperti lelaki yang dulu Shanaya puja.

“Sayang, aku datang. Ini bunga kesukaanmu. Sarapan juga aku bawa, serabi pandan, yang selalu kamu suka,” ucap Reno lembut.

Shanaya mendengus. Dulu Reno benci makanan itu, mengeluh gosong dan baunya kayak asap dapur. Kok sekarang malah perhatian?

“Reno, kumohon... berhenti ganggu aku,” kata Shanaya datar.

“Aku cinta kamu. Gak bisa pura-pura nggak peduli. Aku bakal buktiin, Shanaya... aku masih pantas buat kamu.”

“Kalau kamu salah minum obat, bilang. Biar aku panggil ambulans... atau psikiater,” balas Shanaya tajam.

“Shanaya, ini aku. Reno Alhadi. Lelaki yang kamu cintai sepuluh tahun.”

Shanaya menatapnya dingin. “Dan selama sepuluh tahun itu juga... kamu ajari aku cara membuang sampah dari hidupku.”

Reno terdiam. Matanya merah, tapi Shanaya nggak bergeming. Wanita itu sudah lelah terjebak drama yang sama.

“Shanaya... aku tahu aku salah. Tapi aku bisa berubah. Aku rela mulai dari nol demi kamu, demi kita,” ucap Reno, suaranya bergetar.

“Maaf, Ren. Aku sudah bukan wanita yang kamu kenal dulu,” sahut Shanaya pelan tapi tegas. “Aku lelah jadi wanita yang selalu menunggu. Aku bukan lagi seseorang yang taruh harga dirinya di tangan orang lain.”

Reno melangkah mendekat, tapi Shanaya mundur. Isyarat jelas jangan dekat-dekat.

“Tolong, jangan datang lagi,” ucap Shanaya datar. “Hidupku sudah cukup bahagia tanpamu.”

Shanaya menatap Reno tajam, lalu berkata lagi, “Besok sidang pertama kita. Mau datang atau tidak, hasilnya tetap sama. Kita akan bercerai. Jadi berhenti bertingkah. Aku muak.”

Tangan Reno bergetar. Baru kali ini ia lihat tekad Shanaya sekuat itu. Bunga dan kotak makanan di tangannya jatuh begitu saja.

Tak rela, Reno tiba-tiba menarik pergelangan tangan Shanaya. Tubuh wanita itu terseret ke dalam pelukannya, menabrak dada bidangnya.

Dari kejauhan, di dalam mobil, Sadewa melihat semuanya. Rahangnya mengeras, tangan mengepal kuat. Sorot matanya yang tadinya lembut berubah jadi tajam dan membara.

“Pak... perlu saya lajukan mobilnya, langsung tabrak saja si bajingan itu?” gumam Arya, setengah serius.

Sadewa diam. Pintu mobil terbuka.

Dan langkahnya mulai maju.

Shanaya terdiam dalam dekapan Reno, wajahnya menegang. Dia berusaha melepaskan diri, tapi genggaman Reno tak mengendur.

“Lepaskan aku, Reno.” Suaranya rendah tapi tajam.

Lalu terdengar langkah pelan tapi mantap dari arah pintu. Reno menoleh. Sadewa sudah berdiri di sana, berdasi rapi, ekspresi tenang tapi dingin seperti es yang baru keluar dari lemari pendingin.

Tak satu kata pun keluar dari bibirnya. Tatapannya tajam mengarah langsung ke tangan Reno yang masih menggenggam Shanaya.

Reno refleks melepas pelukannya.

“Pagi yang cukup ramai,” ujar Sadewa datar, melangkah maju perlahan.

Shanaya membenarkan bajunya tanpa menatap siapa pun. Reno tampak kikuk, mencoba menguasai keadaan.

“Masuk,” ucap Sadewa singkat pada Shanaya, suara rendah tapi tegas. Perintah, bukan ajakan.

Shanaya diam sejenak, lalu mengangguk dan melangkah melewatinya.

Sadewa kembali menatap Reno. Tanpa mengubah ekspresi, dia bicara pelan cukup untuk didengar Reno, cukup dingin untuk menusuk.

“Di sini bukan tepat orang bebas seperti Anda.”

Lalu ia berbalik, melangkah masuk tanpa menoleh lagi.

Reno berdiri terpaku. Tangan yang tadi menggenggam Shanaya kini mengepal. Tapi tak ada yang bisa dia lakukan. Tatapan Sadewa barusan sudah cukup membuatnya merasa kalah.

Dia Sadewa? Apa ada hubungan dengan Shanaya? pikir Reno.

Tidak mungkin. Aku tahu Shanaya sangat mencintaiku. Meskipun dia kaya dan berkuasa, Shanaya tidak akan terlibat dengannya. Pasti cuma atasan-bawahan…

***

Sadewa melangkah pelan di belakang Shanaya. Dari luar, ia tampak tenang, rahang terkatup rapat, ekspresi dingin seperti biasa. Tapi di dalam dirinya, badai sudah lama menggulung. Dadanya sesak, seperti ada bara yang tak kunjung padam. Genggaman Reno tadi meskipun hanya sesaat cukup untuk membakar habis kesabarannya.

Ia ingin memukul Reno. Keras. Berkali-kali.

Tapi ia tahan.

Bukan karena tak mampu. Tapi karena di depan matanya, ada Shanaya. Wanita itu sudah cukup lelah. Sadewa tahu, jika ia meluapkan emosinya sekarang, ia hanya akan menambah luka yang belum sembuh.

Jadi ia menahan diri. Menekan semuanya ke dasar hati yang paling dalam. Menggenggam kendali dengan sekuat tenaga.

Shanaya, yang sadar Sadewa mengikutinya, akhirnya berhenti. Ia menoleh perlahan. Ada canggung di wajahnya, tapi juga kelegaan. Entah kenapa, keberadaan pria itu tadi... menyelamatkannya dari sesuatu yang jauh lebih menyakitkan.

"Pak Dewa," ucap Shanaya lembut. "Terima kasih."

Sadewa baru saja melewatinya. Ia tidak menoleh, hanya menjawab singkat, “Hem…”

Shanaya menggigit bibir bawahnya. Lalu cepat menyusul langkahnya. "Hari ini Bapak sudah bantu saya. Jadi saya akan balas budi."

Langkah Sadewa berhenti. Kalimat itu, meski sederhana, seperti mengetuk sesuatu di dalam dirinya. Ada harapan kecil yang langsung tumbuh—liar dan tak tahu diri.

‘Balas budi?’ Apakah itu berarti... makan malam berdua? Atau kembali jadi asistennya? Atau... sesuatu yang lain?

Tapi semua tebakan itu langsung ditampar oleh suara Shanaya yang penuh semangat. Polos. Dan... cukup menyiksa.

“Saya akan bekerja keras supaya perusahaan ini makin maju. Saya pastikan, saya akan jadi sekretaris yang handal.”

Sadewa menoleh perlahan. Ada senyum tipis yang sempat muncul di bibirnya—refleks, bukan niat. Tapi Shanaya melihatnya. Dan menangkap itu seperti kode semesta.

Sayangnya, pria itu buru-buru menarik lagi senyumnya sendiri. Seperti menyesal sudah keburu terbuka.

Ia membuang napas pendek, lalu berkata tajam, “Perusahaan ini sudah maju. Sekretaris handal? Bekerja saja yang benar.”

Nada suaranya datar. Tapi siapa pun bisa menangkap jejak kecewa yang samar di dalamnya.

Tanpa menunggu respons, ia masuk ke dalam lift khusus CEO. Tak memberi Shanaya kesempatan membalas.

Shanaya menatap pintu lift yang menutup perlahan. Ingin mengejar, tapi ia tahu diri. Itu bukan tempatnya. Karyawan biasa tak bisa naik ke dunia itu. Bahkan sekadar berdiri di depannya pun rasanya sudah terlalu jauh.

Kepalanya pening. Otaknya seperti kembali ke zaman Pentium satu. Apa maksud senyum itu tadi? Kenapa muncul hanya untuk ditarik lagi?

Sementara di dalam lift, Sadewa memejamkan mata. Ia bersandar ke dinding, rahangnya masih mengeras.

“Sekretaris handal, ya...” gumamnya pelan.

Satu sudut bibirnya tertarik sedikit. Pahit.

“Bahkan untuk berharap hal kecil saja, aku tetap terlalu bodoh.”

1
Chacha
wahhh...reno msih blum kapok" nichh
Uthie
Wahh.. seru tuhhh kalau cowok dingin datar macam itu jadi bucin diem-diem 😆
Uthie
bawa aja Dewa 😡👍
Uthie
Wahhhh.. itu pasti karena si Malika 😡
Diyah Pamungkas Sari
lemah tolol goblok jangkrikk wanita nih modelan sok kuat tp menye bgt hiihh!!!
Uthie
Waahhh... keren Wina 👍🤩😏
Uthie
Asliii.... cerita ini saya sukkkaaaa bangetttttt 👍👍👍👍😍😍😍😍😍😍😍😍
Ciput_imut🤩: terimakasih kakak, maaf update untuk naskah ini sedikit lama, karena autornya bingung mau ke arah mana /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Bunda HB
shanaya wanita buta cinta bahkan reno laki2 gk baik,tpi mati2an di bela ,akhirnya km di buang,dan laki2 yg tulus mencintai km abai Kan. terserah km shanaya mau pilih yg mana.kesel aku lihat km keras kepala..
Ciput_imut🤩: enggak kak, terlalu muter-muter nanti jadi bosan. ditunggu yo. nanti ngumpul di cerita yang baru.
Bunda HB: ko cepat ini kak thor ini baru bab 47 gk smpai 100 up to kak...
total 5 replies
Uthie
ceritanya bikin tegang tapi seru disimaknya 👍🤩
Uthie
sukaaaa ❤️
Uthie
Wahhh... awal mampir langsung sukkkaaa niiii 🤩🤩🤩
Shinta Malik Syahn
bagus
Shinta Malik Syahn
bagus kak ceritanya
Ciput_imut🤩: terimakasih kakak
total 1 replies
Chacha
ya ampunnn dewa...ternyata kamu bisa so sweet jg yachhh...aq bacanya ikut senyum" sendiri...ayooo semangat dewa buat menaklukkan hati sang pujaan hati mu ❤❤🌹
Chacha: iyappp benar bgt itu kak
Ciput_imut🤩: laki mah gitu kan kak, awalnya dingin setelah mengikuti, mengamati lalu jadi mengagumi
total 2 replies
Diyah Pamungkas Sari
pepept terus Wa!!! tp jangan bablas an yaa..!! 😂😂
Ciput_imut🤩: sah kan dulu ya
total 1 replies
Sri
Bukan terlalu "BAIK" tapi "BODOH"
Sri
karakter utama sangat mengecewakan, lemah & membiarkan terus diselingkuhin hanya krn "KARTU"
Sri
cewek terbodoh, kartu dipentingin
Sri
karakter cewek BEGO GAK KETULUNGAN, selingkuh dikasih kesempatan terus dgn alasan kartu
Ciput_imut🤩: sabar kak
total 1 replies
Alfatihah
pasti lemes habis baca up nya Thor..... bikin klepek-klepek Sadewa 🥰🥰 semangat semangat
Ciput_imut🤩: 𝚍𝚒𝚊𝚖2 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚗𝚢𝚞𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚔
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!