Namaku Ameera, memiliki ayah dan adik tiri memang membuat aku kehilangan kebahagiaanku sedari kecil. Dan di usiaku yang masih sangat muda ini aku tidak menyangka jika aku harus memilih nyawaku atau aku juga harus menyadari bahwa aku terancam akan sulit memiliki keturuanan. Dilain hal, aku dipaksa menikah dan di tuntut untuk memeiliki keturunan seorang anak laki-laki.
akankah aku kuat menghadapi ini semua?
*
*
*
Haii bertemu lagi di karya terbaruku ini, semoga kalian enjoy membacanya yaa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mynamei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tinggal Berdua
Tubuh Ameera
terpelanting di atas Kasur, jantungnya berdebar saat ia menaiki anak tangga dengan tangan di cengkram oleh Rumi.. Nampaknya rumi sangat marah kala itu pada keadaan, ternyata Ameera adalah mantan kekasih dari Argha, yang tak lain adalah sepupu Rumi.
“Sakit, Mas..! kamu ini kenapa kasar sekali sih?!” kesal Ameera yang tidak bisa diam mendapat perlakuan kasar suaminya.
“Kamu bilang apa? Kenapa aku kasar? Ya aku memang begini adanya!” kesal Rumi beranjak ke atas Kasur sambal membuka kancing kemejanya satu per satu setelah ia melempar jas yang baru saja ia buka.
“Heii.. mau apa kamu?” Tanya Ameera sambil meraih bantal dan memeluknya.
“kenapa? Aku hanya ingin mencoba apakah kamu masih Virgin atau tidak.. mana tau Argha sudah lebih dulu mencicipimu..” Ucap Rumi dengan nada nyelenehnya sambal melepas celana hitam panjangnya.
Astaga.. bagaimana ini?apa yang harus kau lakukan saat ini? Tuhan.. bantu aku.. aku mohon, bahkan aku tidak ingin jika kemudian kak Argha yang jadi tersangka nya.. ini sungguh tidak adil.. aku mohon jangan Tuhan..
"Jahat sekai kamu bicara begitu padaku, tuduhan itu kamu arahkan juga pada kak Argha.. dia itu saudaramu" kesal Ameera sambil menutupi rasa takutnya.
Ameera memejamkan matanya, jantungnya berdebar dengan kencang sekali saat itu, wajahnya seketika pucat sehingga membuat tubuhnya bergetar ketakutan.
“Kenapa? Kamu takut?” Ucap Rumi dengan tatapan penuh kecurigaan.
“Aku.. aku.. belum siap.. aku mohon jangan sekarang..” Ucap Ameera yang sudah melihat suaminya telah membuka seluruh kancing kemejanya dan memakai celana boxer.. Ameera menutup mukanya dengan bantal, sambal berdoa dalam hatinya kala itu.
Rumi semakin mendekat, kini ia berada persis di atas tubuh Ameera .. tak kausa menahan rasa takutnya..
“Aku.. aku tidak bisa, jangan sentuh aku.. bahkan aku tidak mencintaimu.. bagaimana bisa aku menyerahkan ini semua padamu.. aku tidak mau...aku bahkna tidak tertarik meliaht tubuhmu..” Ucap Ameera dengan suara yang cukup lantang.
Mendengar ucapan penolakan dengan sedikit penghinaan membuat Rumi semakin marah, ia menarik paksa bantal yang menutupi dada sampai wajah Ameera..
Ia membuka lebar kedua tangan Ameera sambil menampakan wajah marahnya pada Ameera yang tengah berbaring persis dibawah tubuhnya.
“Aku suamimu.. aku tidak senang penolakan, dan kamu? Kamu hanya debu kotor dalam hidupku yang dengan kesombongan murah mu itu, kamu menolakku? Dimana otakmu?!” Ucap Rumi dengan mantap wajah Ameera yang tengah ketakutan sambil memejamkan matanya.
“Kamu membuat aku marah..!” Ucap Rumi memberi cengkraman pada dua pergelangan Ameera.
“Sakit… lepas!!” Ameera ikut berteriak membentak Rumi dengan mata membukatnya.
Rumi juga tak ingin kalah, ia menatap tajam Kembali mata Ameera dengan penuh keksalan..
Astaga.. kenapa aku mengingat kejadian itu.. sial sekali..!
Dering ponsel Rumi cukup terdengar nyaring dalam keadaan hening kala itu. Rumi bergegas melepaskan cengkraman itu sambil beranjak menjauh dari tubuh Ameera.
Siapa yang menelfon? Terimakasih sudah menelfon Mas Rumi disaat yang tepat.
Ameera tengah mengatur ritme nafasnya saat ini, ia duduk dan bergegas merapihkan rambut dan bajunya kala itu sambil sesekali pandangannya mengarah ke arah Rumi yang tengah sibuk sendiri membuka lemari meraih pakaiannya dan menggantinya di toilet. Tidah seberapa lama, Rumi keluar dan pergi meninggalkan Ameera seorang diri.. ia akhirnya bisa melepas lega nafasnya yang sempat tertahan.
“Ahh.. kenapa menyeramkan sekali.. sepertinya ini memang tempat akan di pertaruhkannya nyawaku..” Ucap Ameera.
*
Waktu kini menujukkan hampir pukul enam pagi, Amera melihat ke arah Kasur, tidak ada keberadaan Rumi disana, Ameera duduk dari sofabed tempat dimana ia tidur saat itu..
“kemana Mas Rumi? Bahkan tidak ada tanda-tanda kepulangannya.. apa dia memang tidak pulang ya semalam..” Ucap pelan Ameera.
Ameera memilih bergegas mandi dan bersiap untuk pergi ke kampus, ia cuek tanpa memikirkan kemana perginya Rumi sejak semalam dan belum Kembali, Santai Ameera menuruni anak tangga sambil memainkan ponselnya guna memesan ojeg online kala itu..
“Pagi Ameera..” Sapa Bahagia Pak Rudi.
Ameera sedikit terkejut kala itu..
“Pah.. Pagi..” ucap Ameera kala itu.
“Sepertinya kamu sangat Lelah, ya? Suamimu sudah berangkat sejak tadi ..”
Apa? Berangkat sejak tadi? Bahkan kasurnya pun masih rapi seperti sedia kala.. – bingung Ameera membatin.
“oh.. iyakah? Maaf aku tidak tau pah.. aku terlalu lelap..”
Ucap Ameera sedikit menahan malu bercampur rasa bingung.
“baru saja Victor pergi membawa berkas yang tertinggal..”
Ucap Pak Rudi semakin membuat Ameera merasa heran.
“Kalo begitu, nanti aku hubungi Mas Rumi.. oh iya, Meera pergi ke kampus dulu ya pah.. “ Izin Ameera.
“Loh.. sarapan dulu, temani papa..” Ucap Pa Rudi.
“Duh, tapi aku sudah di tunggu ojeg online..” Ucap Ameera membuat terkejut Pak Rudi kala itu.
“Ojeg online? Ini kenapa tidak singkron?! Rumi menghubungi papa, dia bilang sudah bilang padamu, dia sudah menyuruhmu untuk pergi dan pulang dengan supir, ada Tarjo yang akan menemanimu..” Ucap Pak Rudi.
Duh!! Salah lagi, dasar manusia tak ada pikirannya.. dia mengatakan itu pada Papa tanpa dia bicara padauk lebih dulu.. Ucap Ameera dalam hati.
“hmm.. yaa, iya sih tapi anu pah.. hemm…” Ameera berfikir sejenak kala itu mencerna ucapan apa yang masuk akal untuk ia jadikan alas an tepat.
“ah.. iya pah.. hemem jadi aku kesana itu gak pakai mobil karenga.. hem karena.. yaa karena mabok, ah iya aku suka mabok kalo naik mobil..”
Ucap Ameera cepat.
"Mabok kendaraan? Waktu itu enggak..” Tanya Pak Rudi.
Duh Ameera, bodohnya dirimu ini..kenapa alasanmu itu malah mabuk..
“Entah Pah, aku merasa perjalalan jauh kadang membuatku mual, pusing.. “ Ucap Ameera masih mempertahankan alasannya.
“Belajarlah, biasakan diri.. lama-lama akan terbiasa.. batalkan saja ojek online mu.. nanti biar satpam depan yang urus ongkosnya” Ucap pak
Rudi yang tidak bisa di bantah oleh Ameera.
*
Setelah pulang kuliah, Ameera memutuskan untuk Kembali kerumahnya untuk mengambil beberapa dokumen kuliahnya. Merasa kini rumahnya cukup berdebu, Ameera menyempatkan diri untuk membersihkan dulu rumahnya. Kegiatan Ameera tertahan sejenak saat ia melihat satu buah sepatu berwarna putih di sudut taman kecil rumahnya.
“Sepatu siapa ini? Besar sekali ukurannya..” Ucap Ameera meraih sepatu itu melihat ukuran yang tertera adalah empat puluh empat.
Ameera dengan santai meletakkannya di sebuah rak sepatu di ujung garasi kediamannya. I\=Ia melanjutkan aktivitasnya hingga ponselnya nyaring berdering.
“Pak Rudi…” Ucap Ameera membuka ponselnya melihat panggilan masuk dari mertuanya.
Ameera memutuskan untuk bergegas pulang, saat Pak Rudi mengatakan jika ia akan segera pergi ke LA karena Rima, anak keduanya mengalami kecelakaan dan tengah berada dirumah sakit.
Jadi aku akan tinggl berdua bersama nya?
Itu tandanya aku berada diruamh seorang diri? Bagaimana ini?
Pasti Mas rumi akan semakin menyiksaku.. – Batin pilu Ameera.
*
*
*
Thanks yang sudah membaca..
Makasih juga yang sudah support..
❤️❤️❤️❤️❤️
Mei
🤭🤭
mampir awak Thor