Ada yang kayak mereka nggak sih? Jodoh lewat chat? Ya ampyuun CHAT?? Iya ho'oh! Mereka nggak pernah ketemu, cuma bertukar kabar melalui pesan ketikan, nggak ada pidio kol (video call). Cuma deretan huruf tapi membuat hidup mereka semprawut!
Giliran ketemu secara nggak sengaja di dunia nyata, mereka malah kayak musuh bebuyutan! Pas kembali ke aplikasi, weeeh sayang sayangan lagi.
Di sini yang koplak siapa sebenarnya? Lintang nya? Bang Baga? atau.... Yang nulis cerita??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendatanginya
"Maaf lancang.."
Yang Baga lakukan adalah melepas jaketnya untuk dipakaikan pada Lintang. Satu tindakan yang Lintang sendiri nggak nyangka sama sekali. Dia diam beberapa saat, dan lima detik setelahnya barulah gadis itu memprotes apa yang Baga lakukan.
"Hei, apa-apaan you hah?! Ai nggak kedinginan, ambil lagi jaket you!" baru akan dilengserkan dari bahunya, Baga udah duluan mencegah dengan cara memegangi kedua pundak Lintang.
"Aku tahu kamu kecapean, Star. Kegiatan mu banyak, pakai aja ya."
Demi apa.. Lintang seperti kena sihir. Dia diam dan malah membatalkan niatnya untuk mengambil jaket Baga yang ditempelkan pada kedua pundaknya. Sebuah usapan lembut di kepala Lintang membuat Lintang tersentak. Seketika dia tersadar dari acar ngefreeze nya.
"Sana masuk kelas. Katanya sibuk kan, semangat belajarnya.. Mantan." sekali lagi hidung Lintang jadi ajang toel-toelan oleh Baga.
"You... Aiiiissshh!"
Gadis itu sampai nggak bisa meneruskan kata-katanya. Dia hanya bisa manyun sambil melengos.
"Aku balik ke kantor ya, pulang mu jam berapa? Mau aku jemput?"
"Lembut apa? Nggak usah. Ai bawa mobil sendiri!" tolak Lintang cepat.
"Oke. Nggak mau ngasih salam perpisahan nih? Salim tangan atau cium kening misalnya?" goda Baga sambil tersenyum tipis.
"Nggak ada! Nggak usah ngadi-adi, ngelunjak you lama-lama ya! Sana pergi."
"Hati-hati sayang nya, mana?" sambil cengengesan.
"Zyaaaan!! Pergi nggak?!" Sedikit berteriak, Lintang sampai bersungut-sungut.
"Oalah, lebih suka manggil aku Zyan to ternyata? Bagus bagus. Aku suka. Terdengar kayak panggilan kepemilikan ya? Hahaha.."
"O'emjiiiii..."
Sambil geleng kepala, Lintang nggak berpamitan, nggak menoleh ke belakang, dia langsung pergi begitu saja meninggalkan Baga. Lalu Baga? Dia tampak sangat senang. Senyumnya terus mengembang. Dia yakin, Star nya akan kembali padanya. Nggak sekarang mungkin besok, nggak besok mungkin Minggu depan, nggak Minggu depan ya diusahakan dioyak terus sampai Lintang bilang 'ayo balikan!'.
Agak maksa ya? Bukan agak tapi emang maksa. Dan apa itu sesuatu yang dipaksakan akan berakhir nggak enak? Enak kok.. Enaaak! Dibiasakan aja dulu eh. Apa ini?
Sampai kelas, Lintang membuat heboh seisi kelas. Banyak yang teriak eciye eciye berkali-kali padanya. Bocah banget kan teman-teman Lintang itu? Kayak baru lihat orang lagi kasmaran aja. Eh tapi, kasmaran? Emang Lintang terlihat kayak lagi kasmaran apa?
"Lin, gilaaaaa.. Itu tadi siapa?? Ganteng banget bjir!" buru-buru kaum hawa menyerbu Lintang.
"Dih, kalian kudet amat. Nggak kenal Baga Abhista ta?" Cherry sok jadi jubirnya Lintang.
"Baga siapa? Omegooooot! Jangan bilang Baga si prince of Abhista Grup itu??" lebay kan teman-temannya Lintang? Emang!
Lintang cuek aja. Malah Cherry yang kelihatan menyombongkan siapa itu Baga, dan sedekat apa Baga sama Lintang. Padahal helloooooo... Lintang aja nggak cerita apa-apa tentang hubungannya sama Baga lho. Tapi ya udah lah, biarin aja. Bikin orang bahagia kan sederhana, cukup diam dan nyimak aja. Biarin itu rambut perak yang sibuk ngasih penjelasan.
Klunting. Bunyi pesan masuk ke ponsel Lintang.
'Di saku jaket kanan ada coklat sama ikat rambut. Buat kamu.'
Singkat. Tapi pesan dari Baga mampu membuat hati Lintang kayak minuman berkarbonasi abis dikocok lalu dibuka, srepeet nyeeeez gitu sensasinya.
"Crazy!"
Iya emang crazy sih caranya Baga ini. Simpel, sederhana tapi bisa langsung nancep ke hati. Bikin suasana hati Lintang yang tadinya anyep sedikit nyemek jadi bisa senyum-senyum sendiri sambil pamer gigi.
Beneran tangan Lintang merogoh saku jaket bagian kanan untuk memastikan apa bener ada dua benda yang disebutkan Baga tadi, dan lagi-lagi senyum Lintang muncul tanpa diketahui alasannya oleh Cherry atau teman-temannya yang lain yang ada di sekelilingnya.
'Udah diambil? Suka nggak?'
Dengan cepat Lintang membalas pesan dari Baga. 'Ai nggak suaka coklat! Dan ai lebih suaka rambut ai dilerai dari pada disikat! So, yang you kasih semuanya ai nggak suaka!'
'Oke. Note. Kamu nggak suka coklat sama nggak demen ikat rambut.'
Nggak ada gombalan di sana padahal, tapi kenapa Lintang makin dibuat gelisah sama isi hatinya sendiri setelah membaca pesan balasan dari Baga. Ini kenapa? Apa kayak gini rasanya diperjuangkan secara nyata, bukan cuma lewat ketikan aja.. Kok sensasinya bikin Lintang makin mendekati gila begini ya?
Mungkin hanya Lintang satu-satunya orang yang ada di dalam kelas namun pikirannya melayang kemana-mana. Maka terjadilah yang namanya situasi sulit berkonsentrasi. Beberapa kali Lintang kedapatan seperti orang sedang melamun padahal kelas baru saja dimulai. Gelisah banget kan jadi Lintang?
'Kangen...'
Satu kata itu muncul di layar ponselnya, membuat Lintang mendesis halus. Kurang ajar sekali si Baga ini, wujudnya nggak nampak aja bisa bikin Lintang seamburadul itu.
Yang dilakukannya bukan membalas pesan dari Baga tapi membuat ponselnya dalam mode silent. Tenang kan sekarang? Ya kagak!
Waktu berjalan dengan sangat lambat menurut Lintang. Kebisingan itu bagai tanpa arti, suara teman-temannya yang silih berganti menanyakan tugas pada dosen hanya seperti tiupan angin baginya. Ada hal yang menguasai pemikirannya sekarang ini, apa? Siapa? Jawabannya.. Baga!
Terasa sangat lama tapi akhirnya jam mata kuliahnya selesai juga. Yang Lintang lakukan bukan menuju kafe, kantin, atau mencari tempat untuk makan siang, enggak! Dia malah buru-buru banget pengen ke kantor bapak Abhi. Tujuannya satu bertemu Baga tentu saja. Dan bukan untuk menunjukkan betapa kangennya dia pada sosok lelaki tampan itu tapi Lintang ingin segera mengembalikan jaket yang saat ini masih dia pakai.
Jaket Baga seperti memeluknya dari tadi, dan lucunya dia nggak melepasnya sama sekali. Benda itu seperti menyelimuti Lintang dengan aroma gentle khas Baga melalui parfum yang menempel pada benda tersebut. Kelihatan kegedean, mau gimana lagi wong itu kan memang bukan size nya Lintang.
Ini Lintang yang kesusu banget apa gimana, nggak sampai sejam dia udah sampai di kantornya bapak Abhi. Dengan cepat dia pencet pencet tombol lift menuju lantai tujuh. Tau kan tujuan dia ke mana? Iya.. Ruang kerja Baga besti besti semuanya.
Ketika sudah sampai di depan pintu ruang kerja Baga, Lintang langsung membuka pintu tanpa mengetuknya. Dan..
Semua mata tertuju pada Lintang. Semua? Iya.. Karena di dalam sana nggak cuma ada Baga tapi juga bapak Abhi, dan bapak Den.. Bapaknya Lintang. Lintang jadi ngeblank, bingung mau ngapain.
"Lho Lintang, kenapa ke sini dek? Nyariin bapak?" pertanyaan dari bapak Den membuat pipi Lintang merona merah.
Yang paling happy di sini siapa lagi kalau bukan Baga. Apalagi melihat penampilan Lintang masih mengenakan jaket miliknya. Makin sumringah aja itu bujangnya emak Deepika.
"Ai.. Ai.. Mau ngompol sama dia!" ucap Lintang sambil menunjuk Baga.
Reaksi ketiga pria berbeda usia di ruangan itu kala mendengar ucapan Lintang adalah..
Baga : terkekeh menahan tawa sambil geleng kepala.
Bapak Den : Memaksakan cengiran agar anaknya nggak kena mental.
Bapak Abhi : Keningnya sedikit berkerut tanpa mangatakan apa-apa. Kayak lagi memecahkan kode paling rumit yang belum pernah dia temui sebelumnya.
'Mau ngompol sama dia...' Plis deh Ntang, bikin malu banget kamu itu!
bikin malu Buapkmu aslii bisa2 camer mikir ke arah anuu🤣
kencannya kemaren jadi gak mereka Thor?
lagi semedi jadi abnormal tah🤣🤣
hmmmm
gak baik klo jalan cuma berdua doang..
gosah pake translate, soalnya saya sudah biasa menghadapi teman yg jarinya melebar hingga menciptakan deretan kalimat yg perlu kejelian dalam memahaminya😌
Kalau gak lola alias loading lama nih buat artiin yang dia omongin😁😁😁😁😁
sambil kikir mau kecang kemana lagi