Sandrina nekad tidur dengan pria yang dijodohkan dengan kakaknya, Bastian Helford. Lantaran kakaknya telah tidur dengan tunangannya.
Semua miliknya direnggut, dan Sandrina berjuang untuk mendapatkan kembali yang menjadi miliknya
"Dia satu-satunya milikku yang kurebut kembali"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farhati fara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mas bas bisa aja
Sandrina kini terdiam, menatap fokus pada Bastian. Dia seakan masih tidak percaya kalau pria didepannya ini sudah melihat semuanya terhadap apa yang terjadi padanya siang ini. Dan Sandrina mulai menyadari alasan kenapa Bastian bersikap terlalu manis padanya saat di Mall. Itu tidak lain dan tidak bukan karena Odette. Bastian sengaja ingin membuat kakaknya mati dalam kekesalan. Sungguh, semakin Sandrina mengenal sosok Bastian maka semakin hebat pria itu terlihat
Perlahan Sandrina menyentuh dadanya seakan ada sebuah harapan yang merasuk dalam jiwanya
"Bisakah orang ini benar-benar bisa menyelamatkanku?" batinnya bertanya dalam harapan yang sekarang perlahan terlihat.
"Aku sudah mendapatkan persetujuan untuk pernikahan kita dari Pak Gery geisler," kata Bastian tiba-tiba memberitahu, dan sekali lagi Sandrina dibuat terkejut
"Apa?" tanyanya dengan mata membulat. Sandrina jelas tahu kalau ayahnya bukanlah orang yang mudah dilewati, tapi bagaimana Bastian bisa membuat sang ayah setuju?
"Pernikahan kita akan dilaksanakan tepat dua minggu lagi" ucap Bastian tuntas memberitahu.
"Apa yang telah kamu lakukan?" tanya Sandrina penasaran apa yang telah pria itu perbuat hingga bisa membuat sang ayah yang awalnya begitu keras menolak dirinya menikah dengan Bastian kini setuju untuk pernikahan ini.
Sandrina merasakan jantungnya semakin berdegup kencang di setiap detiknya atas pemberitahuan Bastian. Sandrina sadar, dia berdiri diatas harapan semu, tapi terlepas dari kenyataan yang hampa membuatnya kembali semangat. Akhirnya dalam hidupnya yang selama ini penuh derita, Sandrina punya harapan untuk terlepas dari semua itu. Dia merasa seperti hidup kembali setelah mati berkali-kali
"Sudah kubilang, kan, aku akan mengatasinya," jawab Bastian kembali sembari menyuap makanannya. Pria itu bahkan tidak terlalu memikirkan apa yang telah terjadi dan apa yang dilakukannya.
"Aku tidak tahu kalau hal seperti ini akan terjadi," ujar Sandrina yang makin dipenuhi kekaguman pada sosok Bastian. Sungguh pria itu begitu mendekati sempurna.
Tiba-tiba Sandrina terpikir jika bahkan dirinya melakukan pernikahan tanpa cinta dengan Bastian, sepertinya semuanya akan baik-baik saja. Mereka akan melewati hari dengan rutinitas yang nyaman. Duduk berhadap- hadapan, makan bersama, berbagi kehidupan sehari-hari, bahkan jika Sandrina akan jatuh cinta pada pria itu nantinya, tetap saja Bastian akan dapat diandalkan walau terkadang pria itu juga bersikap terlalu liar dan tidak tahu tempat.
Sandrina jadi kembali bertanya-tanya. Apakah jika dia hidup dengan Bastian, Sandrina akan bisa hidup normal seperti orang lain? Tidak ada yang akan menghina ketika dia tidak bekerja dengan benar, tidak ada yang akan memukul ketika dia melakukan kesalahan, dan tentunya apakah dia bisa menjadi dirinya kembali, identitasnya yang asli?
"Selain itu, jangan sampai aku melihat lagi kejadian seperti hari ini." kata Bastian tiba-tiba memberi peringatan yang bahkan tidak diketahui maksudnya oleh Sandrina
"Apa?" tanya Sandrina bingung, dia sedang memikirkan banyak hal lain saat Bastian tiba-tiba berkata begitu. Jadi, bagaimana dia bisa paham?
"Aku tidak bisa melihat wanitaku diperlakukan seperti itu," lanjut Bastian yang langsung ditangkap oleh Sandrina apa yang menjadi maksud sang pria. Perkataan Bastian pasti merujuk pada kejadian siang ini di Mall bersama ibu pria itu dan juga Odette
"Ah, itu__" Sandrina berucap ingin menjelaskan, namun ucapannya dengan segera terpotong saat Bastian kembali berkata
"Jangan pernah menundukkan kepala kepada siapapun, karena aku tidak bisa menerimanya." kata pria itu dengan ekspresi wajah yang sarat akan emosi. Bagaimana tidak, pria itu harus memandang Sandrina yang hanya berdiri menunduk di Mall sedang ibunya dan Odette bersenang-senang dengan belanjaan yang banyak. Sungguh itu adalah satu hal yang tidak dapat Bastian terima.
Sandrina tercengang, wajahnya mendadak memerah melihat Bastian. Tidak disangkanya kalau pria itu akan segitunya memperhatikannya.
"Baiklah" jawab Sandrina singkat. Bastian menatap pada gadis itu sesaat sebelum mengalihkan pandangannya dan berkata
" Mari kita selesaikan makannya terlebih dahulu." pria itu kembali menyuap makanannya tanpa melihat kearah Sandrina lagi. Bastian tidak ingin dirinya kembali menggila jika terus melihat Sandrina. Sudah cukup pagi ini dia membuat kegilaannya memegang kendali atasnya, tidak akan dibiarkan lagi sore ini demikian, atau kalau tidak, mungkin Sandrina akan kembali menjadi santapannya
Sandrina mengangguk, lalu itu menjadi kalimat terakhir hingga kegiatan itu berakhir di hari ini.
🍀🍀🍀
Dua hari kemudian
Sudah dua hari Sandrina menginap di apartemen Bastian tanpa sekalipun menelpon untuk memberi kabar pada orang-orang di rumahnya. Sandrina merasa dia sudah terlalu nyaman tinggal di apartemen Bastian, apalagi dengan perlakuan pria itu yang begitu perhatian dan lembut.
Sandrina membuka matanya di pagi hari yang cerah saat ponselnya berbunyi diatas nakas. Sungguh bunyi itu mengganggu tidur nyamannya di kamar Bastian, sedang pria yang menjadi tuan rumah malah tidur di kamar tamu. Sandrina tidak melarang sang pria untuk tidur satu kamar dengannya, tapi Bastian yang memilih sendiri untuk tidur di kamar terpisah demi kewarasan pria itu. Bastian akan jadi semakin sulit mengontrol diri jika terus terusan melihat Sandrina, apalagi di dalam kamar yang menjadi tempat paling lezat bagi macan sepertinya menyantap mangsa. Bisa-bisa Bastian akan membuat Sandrina tidak bisa beristirahat dengan nyaman
Tangisan ponsel diatas nakas semakin mengganggu karena bunyinya yang tak kunjung berhenti. Sandrina tidak terlalu peduli dengan siapa yang menelponnya berulang-ulang seperti itu, karena selama ini tidak ada orang penting yang akan menelponnya selain dari anggota keluarga setannya. Dan begitulah bunyi ponsel itu kembali berhenti dengan sendirinya sedang Sandrina sama sekali tidak beranjak dari baringnya.
Hati manusia begitu licik, selama ini Sandrina telah tinggal di rumah peninggalan ibunya hampir seumur hidupnya, tapi rasanya seperti menetap di neraka, dan anehnya. Sandrina merasa begitu nyaman di rumah Bastian padahal baru dua hari dia tinggal disana, sungguh manusia tidak bisa ditebak dan Sandrina mengakuinya
Akhirnya setelah beberapa lama tetap dalam posisinya, Sandrina bangun saat bunyi notifikasi pesan dari ponselnya memberitahu. Gadis itu membuka ponselnya dan melihat pesan yang cukup panjang dikirimkan oleh sang ayah. Akhirnya setelah puluhan panggilan tidak Sandrina angkat, sang ayah malah menulis pesan yang cukup panjang untuknya
'Sandrina, kembalilah kerumah agar tidak ada gosip yang menyebar sampai hari pernikahan. Jika kau tidak kembali, kali ini aku akan menghancurkan makam ibumu' isi pesan sang ayah yang membuat Sandrina menghembuskan nafasnya kasar. Jika itu tentang makam ibunya, Sandrina tidak bisa melakukan apa-apa. Ayahnya punya banyak cara untuk mengancamnya termasuk salah satunya dengan menghancurkan makam orang terkasihnya yaitu sang ibu, Angela harper. Bukan sekali dua kali dia dapat ancaman itu dan itu semua pasti akan dilakukan sang ayah andai Sandrina tidak menurutinya.
"Huu..." kembali nafas kasar itu berhembus. Sandrina hanya perlu dua minggu lagi untuk sampai ke hari pernikahannya dan selama itu Sandrina tidak akan pulang ke rumah neraka itu lagi. Masih di ingatnya bagaimana perlakuan kasar dari keluarga itu bahkan termasuk ayah kandungnya sendiri
'Jangan khawatir tentang Meisha dan Odette, aku akan mengawasi mereka' tekad Sandrina yang tidak ingin kembali tergugah oleh pesan lanjutan dari sang ayah. Matanya membulat akan ketidak percayaan
"Ayah mengatakan ini? Apa sebenarnya yang telah Bastian katakan padanya?" batin Sandrina yang masih tidak percaya sang ayah takluk oleh Bastian. Entah mantra apa yang telah pria itu ucapkan hingga ayahnya bisa senurut ini dalam merestui pernikahannya dengan sang pria. Sungguh suatu keajaiban
.
.
.
cpt mampus aj tuh jalang lah
sini ma aku bang😘😘😍