NovelToon NovelToon
(Bukan) Pengantin Idaman

(Bukan) Pengantin Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Pernikahan antara Adimas Muhammad Ibrahim dan Shaffiya Jasmine terjalin bukan karena cinta, melainkan karena sebuah perjodohan yang terpaksa. Adimas, yang membenci Jasmine karena masa lalu mereka yang buruk, merasa terperangkap dalam ikatan ini demi keluarganya. Jasmine, di sisi lain, berusaha keras menahan perasaan terluka demi baktinya kepada sang nenek, meski ia tahu pernikahan ini tidak lebih dari sekadar formalitas.

Namun Adimas lupa bahwa kebencian yang besar bisa juga beralih menjadi rasa cinta yang mendalam. Apakah cinta memang bisa tumbuh dari kebencian yang begitu dalam? Ataukah luka masa lalu akan selalu menghalangi jalan mereka untuk saling membahagiakan?

"Menikahimu adalah kewajiban untukku, namun mencintaimu adalah sebuah kemustahilan." -Adimas Muhammad Ibrahim-

“Silahkan membenciku sebanyak yang kamu mau. Namun kamu harus tahu sebanyak apapun kamu membenciku, sebanyak itulah nanti kamu akan mencintaiku.” – Shaffiya Jasm

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 28

"Yan! Bareng kita aja," tawar Jasmine dengan semangat saat Adrian akan masuk ke mobil ayahnya.

Tanpa melihat Adimas yang langsung melotot tidak suka, Jasmine bahkan berjalan cepat menghampiri rombongan keluarga Adimas.

"Bolehkan, Eyang?" tanya Jasmine tanpa sungkan pada Eyang Ningsih yang sudah duduk di kursi depan. "Nanti biar sekalian Jasmine kenalkan sama teman Jasmine yang masih sendiri," bisik Jasmine pada sang eyang yang kemudian membuat Eyang Ningsih mengangguk kecil.

Kemudian Eyang Ningsih menatap Adrian yang masih berdiri dekat mobil. "Ya sudah. Kamu sama Adimas dan Jasmine aja, Adri. Kasihan kamu kalau gabung sama rombongan orang tua di sini."

Hal itu membuat semuanya tertawa, kecuali Adimas. Jasmine hanya menatap Adimas sekilas seolah mengabaikan suaminya yang memang lebih sering menampilkan wajah datar tanpa senyum daripada wajah ramah seperti Adrian. Namun percayalah, penampilan kasual Adimas hari ini membuat Jasmine salah tingkah sendiri. Ketampanan suaminya itu berlipat ganda.

"Siap, Eyang," jawab Adrian semangat. Tentu saja dengan senyum ramahnya seperti biasa.

"Halo, Kak." Adrian dengan riang menyapa Adimas yang membalasnya dengan dehaman disertai tatapan dingin. "Nebeng ya. Istri lo yang minta, bukan gue." Lagi, Adrian seperti sengaja membuat Adimas jengkel dengan kehadirannya.

"Ayo, Mas! Nanti kelamaan. Kan harus jemput Naina," ajak Jasmine pada Adimas.

"Kamu ngapain?" tanya Adimas dengan datar saat melihat Jasmine membuka pintu mobil barisan tengah.

"Mau masuk ke mobil. Kenapa?" tanya Jasmine balik tidak mengerti dengan pertanyaan Adimas.

"Duduk di depan. Biar Adrian yang di belakang!" titah Adimas tegas. Jasmine hendak protes namun tatapan tajam intimidasi Adimas membuatnya urung dan langsung membuka pintu depan.

"Di belakang ya, Yan. Nanti baru tukeran," bisik Jasmine pada Adrian yang hanya mengangguk kalem.

Setelah itu masing-masing pun masuk ke mobil. Rombongan pertama berisikan ayah, bunda, eyang dan tantenya Adrian. Sementara itu, di mobil kedua rombongan Adimas, Jasmine dan Adrian serta Naina yang juga diajak Jasmine ikut.

Berbicara tentang liburan sementara ini sebenarnya hanya untuk keluarga mereka saja. Namun dengan dalih ingin menjodohkan Adrian dengan Naina, akhirnya Jasmine pun mengajak sahabatnya juga. Sementara Fita sedang ada acara bersama suaminya sehingga tidak bisa ikut.

Jasmine menatap Adimas yang menyetir dengan fokus menatap jalanan. Semenjak kejadian Adimas yang tiba-tiba melarang dirinya makan siang bersama Adrian tempo hari, Adimas jadi membatasi dirinya bertemu Adrian. Jasmine tidak mengerti mengapa hubungan persaudaraan mereka sangat rumit. Apalagi dengan Adimas yang lebih banyak diam tanpa memberikan penjelasan apapun itu. Lebih baik Jasmine tidak bertanya daripada bertanya namun tidak ada jawaban.

"Kamu ngomong apa sama Eyang sampai aku langsung diizinin Eyang begitu buat ikut kalian?"

Adrian bersuara, memecah kesunyian di antara mereka bertiga.

"Ada deh," jawab Jasmine yang sedang asyik berkirim pesan dengan Naina.

"Nggak seru, Shaf. Malah main rahasiaan begitu."

"Ya harusnya makasih aja. Yang pentingkan aku berhasil bawa kamu biar nggak ikut rombongan Eyang dan yang lain."

Adrian dan Jasmine terus melempar canda. Meski sesekali membuat Jasmine jengkel, namun bersama Adrian rasanya ia tidak kesepian. Lelaki itu bisa menemukan topik untuk mereka bicarakan. Dari mulai aneka resep makanan, kelas masak hingga rencana membuat konten masak.

Keakraban mereka di mobil bertambah seru saat Naina ikut rombongan mereka. Sahabatnya yang tidak banyak bicara itu sekarang lebih bisa diajak bercanda jika Adrian menimpali. Jasmine lupa bahwa ada satu orang yang lupa mereka ajak bicara.

Adimas, mengepal setir dengan jengkel sudah di ubun-ubun.

...****************...

Mata Jasmine melebar takjub, napasnya tercekat sejenak oleh keindahan yang terhampar di hadapannya. Dari balik jendela besar kamarnya, ia menyaksikan hamparan pemandangan yang begitu memukau. Lelah perjalanan seakan sirna ditelan keindahan, birunya langit bak permadani terbentang luas, hijaunya pepohonan menari-nari lembut ditiup angin sepoi-sepoi, dan di kejauhan, bayangan samar gunung-gunung menjulang gagah.

Seulas senyum mengembang di bibir Jasmine, jari-jarinya terangkat seakan ingin menyentuh keindahan yang begitu nyata di depan matanya. Ia merasa hatinya tenang, damai, seakan semua beban terangkat dan tergantikan oleh rasa syukur yang mendalam. Benar adanya, bahwa salah satu cara mengenal Allah ya memang dari alam semesta yang indah ini.

Saat ia berbalik, ternyata sang suami sedang berbaring dengan satu tangan di atas keningnga. Jasmine lalu menghampiri Adimas.

"Mas kenapa?" tanya Jasmine khawatir. Ia duduk di tepi ranjang dekat Adimas yang sedang memejamkan mata itu.

"Tidak ada apa-apa."

Jasmine tidak percaya begitu saja. Ia mencoba menyentuh kening Adimas, namun dengan cepat ditepis oleh lelaki itu.

"Jangan sentuh saya," katanya ketus, masih dalam keadaan mata terpejam.

Jasmine Terbiasa dengan perkataan Adimas yang ketus membuat Jasmine tidak lagi kesal meski hatinya menyisakan rasa nyeri.

"Kalau Mas capek bilang ya. Biar nanti aku pijitin. Atau kalau memang sedang sakit, bilang. Kalau lagi keadaan begini, gengsinya turunin dikit."

Mata Adimas menatap Jasmine tajam. Ah, memang mata suaminya itu selalu seperti itu saat berhadapan dengannya.

"Tidak usah pura-pura peduli. Kamu lebih cocok bersamaa Adrian."

"Peduli beneran ini. Suudzon terus."

Adimas enggan menanggapi. Lelaki itu memejamkan matanya. Akhirnya Jasmine pun mulai merapikan pakaiannya untuk dimasukkan ke dalam lemari.

Setelah itu, Jasmine menatap suaminya kembali. Lelaki itu masih memejamkan matanya. Entah memang sedang tidur atau hanya sekedar istirahat. Lalu mata Jasmine beralih ke jam tangannya. Sudah hampir jam dua siang dan seingat Jasmine, Adimas belum makan apapun sejak tadi.

Jasmine duduk lagi di dekat Adimas. Jemari telunjuknya mencoba menusuk-nusuk lengan Adimas. "Mas, makan dulu yuk. Nanti dilanjutin istirahatnya."

Adimas tidak menjawab. Jasmine mengulanginya lagi, hingga saat sudah ketiga kali Jasmine melakukannya, bukan suara Adimas yang menjadi jawaban, melainkan tangannya yang di tarik Adimas. Alhasil dirinya pun terjatuh menimpa tubuh Adimas. Hingga akhirnya tubuh Jasmine pun berada di atas tubuh Adimas.

"M-Mas... Kamu mau apa?"

"Mau tidur," jawab Adimas sekenanya. Tangannya masih memeluk pinggang Jasmine.

Jasmine berusaha bangkit dan melepaskan tangan Adimas dari pinggangnya. "Ya sudah. Aku keluar dulu, ya. Boleh?"

Alih-alih menjawah, Adimas justru memiringkan tubuhnya sehingga membuat tubuh Jasmine pun ikut terjatuh ke pinggir. Meskipun begitu, tangan Adimas masih memeluk pinggang Jasmine.

"Tidur dulu saja. Saya lagi butuh istirahat sebentar," ucap Adimas pelan.

Jasmine menghela napasnya. Meskipun pelukan Adimas tidak seerat tadi, namun untuk melepaskan dirinya sepertinya tidak bisa. Lagipula kesempatan dipeluk Adimas itu harus Jasmine manfaatkan. Kapan lagi bisa dipeluk lelaki kaku ini. Lagipula ini Adimas yang minta bukan dirinya, sehingga seharusnya aman. Tidak ada omelan Adimas padanya.

Jasmine tidak peduli apakah Adimas sadar atau tidak saat memeluknya sekarang. Hingga akhirnya ia pun ikut memejamkan matanya. Terlelap dalam pelukan Adimas, tentu saja kesempatannya menghirup aroma parfum Adimas yang sangat ia rindukan itu.

Detik demi detik berganti menit hingga berganti jam. Waktu terus bergulir tanpa bisa manusia atur. Ada yang merasakan waktu berlalu begitu cepat, namun ada juga yang merasa berlalu terlalu lama. Dalam dua hal tersebut, mungkin Jasmine merasakan pilihan pertama.

Rasanya ia baru saja memejamkan matanya saat ia dipeluk Adimas tadi siang. Namun tiba-tiba ia mendengarkan suara Adimas sedang berbicara dengan seseorang. Mata Jasmine mengerjap pelan-pelan. Hingga akhirnya ia pun benar-benar terbangun dari tidur siangnya.

Adimas yang baru saja menutup pintu kamar, menatap Jasmine dengan datar. Ia kemudian duduk di sofa kecil dekat jendela. "Cuci muka sana. Sudah ditunggu yang lainnya di luar. Jangan sampai keluar menunjukkan muka bantalmu itu."

Bukannya segera beranjak menuju kamar mandi, Jasmine justru menatap Adimas heran. Lelaki itu masih sulit ia tebak. Tadinya ia begitu manis, sekarang balik ke setelan awal. Ketus, dingin dan tidak berperasaan.

"Mas sudah lama bangun?" tanya Jasmine masih duduk di ranjang.

"Saya bukan kamu yang kalau tidur suka lupa waktu." Adimas duduk dengan tangan bersilang depan dada.

Jasmine menggerutu dalam hati. Padahal tadi ia sendiri yang mengajak Jasmine tidur. Lalu tanpa bicara apapun, Jasmine segera turun dan melangkah ke kamar mandi. Namun sebelum benar-benar ke kamar mandi, ia menoleh pada Adimas yang sekarang justru menatap ponselnya dengan senyum tipis di wajahnya.

Mata Jasmine menyipit melihat perubahan wajah Adimas. "Mas duluan aja. Aku masih mau sholat dulu," kata Jasmine lalu segera ke kamar mandi.

Tanpa menunggu waktu, Jasmine segera mencuci wajahnya lanjut untuk berwudhu. Awalnya ia kira, Adimas akan menunggunya untuk ke ruang depan bersama, namun ternyata salah. Begitu ia keluar kamar mandi, sofa yang ditempati Adimas kosong.

Ting!

Bunyi ponsel Adimas yang terletak di atas kasur berbunyi. Jasmine mengintip pop up-chat whatsApp Adimas. Nama Rindu muncul.

Kakak mana bisa ngambek sama aku sih. Udah bertahun-tahun kan aku tetap jadi kesayangan kakak. wkwkwk. canda, deng :)

"Niat honeymoon ke sini aja, Mas Suami malah sibuk chat sama si Kesayangannya. Nasib banget sih, Jas. Udah nikah malah antara di anggap dan tidak," ucap Jasmine bermonolog.

Bohong jika Jasmine tidak kepikiran pesan tersebut. Bahkan ia berkali-kali istighfar ketika selesai sholat karena kepalanya terus mengingat tentang pesan Rindu pada Adimas. Ia tidak tahu bahwa kedekatan keduanya sudah sampai mana.

Jasmine malas membicarakan Rindu. Nyatanya, bagi Jasmine, wajah kalem dengan suara lembut milik Rindu itu tidak bisa membuat dirinya menyukai Rindu. Gadis itu terlalu pintar bermain peran.

Setelah selesai sholat dan merapikan perlengkapan sholatnya, Jasmine segera mengambil jilbab instant miliknya. Tak lupa ia mengoleskan sedikit lipbalm agar bibirnya tidak terlalu kering. Setelah dirasa rapi, akhirnya ia pun keluar kamar.

Langkah kakinya membawanya menuju taman samping villa, tepatnya dekat kolam renang. Suara orang mengobrol mulai terdengar. Matanya mencari-cari sosok Naina. Sahabatnya itu pasti keki sekali berada dalam lingkungan keluarga mertuanya

Senyum Jasmine mengembang saat melihat Naina bersama Adrian sedang menyusun beberapa perlengkapan untuk games. Ini sebenarnya ide mereka bertiga. Lagipula untuk menambah kedekatan di antara keluarga. Games sederhana cocok untuk itu.

Tidak jauh dari tempat itu, Adimas tampak ogah-ogahan ikut membantu Adrian dan Naina. Namun, senyum Jasmine memudar saat ia melihat ranting pohon yang memayungi Adrian mengeluarkan bunyi aneh.

"Iaaan! Awas!" bersamaan teriakan Jasmine, saat itulah ia melihat Adimas dengan cepat mendorong tubuh Adrian tepat saat ranting ukuran sedang itu terjatuh dan menimpa lengan Adimas.

"Maaas!"

"Adri!"

Teriakan itu membuat suasana yang tadinya begitu ceria menjadi tegang. Jasmine segera berlari menuju Adimas dan Adrian. Namun bersamaan dengan dirinya yang berlari mendekat kedua kakak-adik itu, saat itu juga beberapa anggota keluarga juga ikut berlari.

Mata Jasmine mengamati keduanya. Terlihat sekali perbedaan mereka dalam memperlakukan kedua lelaki itu. Jasmine langsung berlari menuju Adimas yang sedang berusaha bangkit dan menggeser ranting tersebut dari tangannya.

"Aku bantu," Jasmine segera mengangkat ranting tersebut lalu segera menghampiri Adimas yang kini sudah terduduk. "Kamu... Mas tanganmu berdarah!" pekik Jasmine melihat tangan Adimas yang mengeluarkan darah.

Namun lelaki itu diam. Matanya menatap ke arah Adrian yang kini bahkan untuk duduk saja dibantu oleh bundanya. Namun bukan itu yang Jasmine yakini membuat Adimas diam. Di saat seharusnya ia yang mendapat perhatian lebih, kenyataannya Adrianlah yang dikhawatirkan oleh semua anggota keluarga yang dengan sigap membantunya berdiri.

Saat itulah Jasmine perlahan mengerti mengapa Adimas bersikap seperti ini. Perbedaan perlakuan keluarga merekalah yang membuat karakter Adrian dan Adimas berbeda. Jauh berbeda.

*

*

*

jangan lupa dukung selalu ya. setiap komen dr kalian sangat menambah semangat. terima kasih :)

1
Jeng Ining
hati cemburu berat kepala gengsi ya bgtu... ga diajak ngomong jengkel setengah hidup giliran diajak ngomong tar kluar ketusnya😂😂😂🤭
Edelweis Namira: Bawaannya suudzon mulu sama orang dia mah
total 1 replies
hasana
nunggu adimas sadar
Edelweis Namira: Lama dia sadarnya
total 1 replies
Titik Sofiah
lanjut lanjut Thor
Titik Sofiah
penasaran sebenar.a apa yg dilakukan Jasmine ke rindu Ampe si Adimas benci Ama Jasmine
Titik Sofiah
Awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat
hasana
kasian jasmin
Jeng Ining
hemmm sudh kudugem, klo Rindu ke dapur krn panas dimas dn rama ngomongin Jasmine, kmudian mw cari masalah dn playing victim 🙄
Edelweis Namira: Tapi realitanya emg suka gitu, yg terbiasa buat masalah akan selalu dianggap tukang buat masalah sekalipun ia gak salah
total 1 replies
Jeng Ining
cahbodo kamu Dim, kalo emng kalem bakalan tau diri, ga bakal peluk² laki org apalagi di rumh si laki yg pasti jg ada bininya😮‍💨😏
Edelweis Namira: Adimas emg bodoh emang
total 1 replies
Jeng Ining
haiyyyaaahhh.. gimana nasibnya ituh bawang, gosong kek ayam tadi kah🤭👋
Jeng Ining: 🤟😂😂/Facepalm/
Edelweis Namira: suka speechless emang kalo suami modelan Adimas
total 2 replies
Lembayung Senja
knp ndak up date..crita satunya juga ndak dlanjut
Fauziah Rahma
padahal tidak
Fauziah Rahma
penasaran? kenapa bisa sebenci itu
Edelweis Namira: Pernah dispill kok di awal2.
total 1 replies
Alfatihah
nyesek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!