NovelToon NovelToon
GAYATRI Ketika Cinta Tak Lagi Berharga

GAYATRI Ketika Cinta Tak Lagi Berharga

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Gayatri, seorang ibu rumah tangga yang selama 25 tahun terakhir mengabdikan hidupnya untuk melayani keluarga dengan sepenuh hati. Meskipun begitu, apapun yang ia lakukan selalu terasa salah di mata keluarga sang suami.

Di hari ulang tahun pernikahannya yang ke-25 tahun, bukannya mendapatkan hadiah mewah atas semua pengorbanannya, Gayatri justru mendapatkan kenyataan pahit. Suaminya berselingkuh dengan rekan kerjanya yang cantik nan seksi.

Hidup dan keyakinan Gayatri hancur seketika. Semua pengabdian dan pengorbanan selama 25 tahun terasa sia-sia. Namun, Gayatri tahu bahwa ia tidak bisa menyerah pada nasib begitu saja.

Ia mungkin hanya ibu rumah tangga biasa, tetapi bukan berarti ia lemah. Mampukan Gayatri membalas pengkhianatan suaminya dengan setimpal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GAYATRI 08

Gayatri berbalik, "Keandra ada kelas mengajar online, Kaluna tadi mengabari ada kelas tambahan sementara Keenan …." 

Melihat raut wajah menantunya yang sendu, Wira tak bisa menahan diri untuk tidak menghibur Gayatri. 

"Kemarilah, Nak. Duduklah di sini," pintanya, menepuk tempat duduk di sampingnya. 

Gayatri menurut dan duduk di sana. 

"Kenapa kau merasa sedih? Karena Keenan tidak pulang, ya?" tanya Wira langsung. 

"Aku hanya merasa, Keenan semakin menjauh dariku, Ayah. Mengapa anak-anakku tumbuh dengan cepat? Padahal kemarin, aku masih menggendongnya dalam buaianku." 

Wira tersenyum teduh, mengerti sekali perasaan Gayatri sebagai orang tua. Sebab dulu ia juga merasa seperti itu, waktu terlalu cepat berlalu bagi orang tua. 

"Kini kau mulai mengerti bagaimana rasanya menjadi orang tua, Nak. Kau bahkan sudah menikmati prosesnya. Namun, satu hal yang kau perlu tahu, Nak. Setiap anak memiliki masanya sendiri." 

"Maksud Ayah?" tanya Gayatri tak mengerti. 

"Seiring waktu, manusia akan terus berubah. Begitu juga dengan kita dan anak-anak. Kita tidak bisa membuat mereka seperti anak-anak lagi, mereka sudah dewasa dan memiliki jalan pikirannya sendiri." 

Gayatri terdiam, mulai memahami arah pembicaraan itu. 

"Keenan tidak sama dengan Keandra yang peka terhadap perasaan ibunya. Keenan itu seperti ayahnya yang keras kepala. Kau harus bisa menyeimbangkan sikap putra dan putrimu, Nak." 

Baru saja Gayatri hendak bertanya, tetapi suara ketukan di pintu membuat keduanya berpaling seketika. 

Keduanya terkejut dengan kehadiran orang di depan pintu rumah mereka, terlebih lagi dengan Gayatri. Tatapannya langsung tertuju ke pintu masuk. 

Tatapan Gayatri membeku seketika. Ia berdiri terpaku di ambang pintu. Dan yang membuat napas Gayatri tercekat bukanlah suaminya. Melainkan perempuan di sampingnya.

"Nadya." Gayatri bergumam lirih. Matanya menangkap dua buah koper besar di sisi Mahesa. 

Untuk beberapa detik yang terasa panjang, hanya suara angin yang terdengar berdesir lewat sela dedaunan halaman.

“Aku bisa jelaskan.” Mahesa membuka suara, nada suaranya terdengar tegang, seperti seseorang yang ketahuan menyembunyikan sesuatu. 

Gayatri mengedip pelan, mencoba mengembalikan dirinya ke bumi. “Ayo masuk dulu,” ucapnya lembut tapi jelas menyimpan tanya yang menumpuk. 

Ia menyingkir dari depan pintu untuk memberi ruang. Nadya masuk dengan langkah kecil, kepala sedikit menunduk. Mahesa menutup pintu pelan, seakan takut membuat suara keras yang akan memecahkan sesuatu.

Di ruang tamu, Gayatri mempersilakan mereka duduk. Namun ia sendiri tetap berdiri.

"Ada apa? Kenapa kau membawa koper, Nadya? Ke mana kau akan pergi?" tanya Wira yang sedari tadi memperhatikan mereka dari tempatnya duduk. 

Mahesa menarik napas panjang, menatap Gayatri dan Wira bergantian lalu melirik Nadya yang gelisah memainkan jemarinya. 

“Rumah Nadya sedang dalam penyelidikan polisi. Singkatnya, ia memerlukan tempat tinggal. Tapi … aku khawatir meninggalkannya sendirian, jadi kupikir akan lebih baik ia tinggal bersama kita selama beberapa waktu,” terang Mahesa. 

"Apa? Tapi …." Wira melirik Gayatri yang menundukkan kepala. 

"I-itu ide yang bagus. Lagipula, bahaya jika ia tinggal sendiri," kata Gayatri tersenyum lembut. Padahal hatinya tak baik-baik saja. Seperti biasa, ia bersikap seolah semua hal akan baik-baik saja selama dia berpikir positif. 

Namun, berbeda dengan dua pasang mata lain di ruangan yang berpikir sebaliknya.

Keandra yang baru saja turun dari tangga berhenti di anak tangga terakhir, menatap Nadya dengan sorot penuh curiga. Alisnya terangkat sedikit, ekspresi yang jarang ia tampilkan di depan keluarga.

Sementara Wira terdiam sejenak. Pandangannya menelusuri pemandangan di depannya seperti melihat teka-teki yang potongannya tidak cocok.

“Penyelidikan polisi?” tanya Wira pelan, tapi cukup jelas untuk terdengar. “Banyak hotel dekat kantormu, Mahesa. Kenapa harus ke sini?”

Mahesa terlihat kaku sesaat. “Ayah, aku pikir di sini lebih aman. Dan … ya, aku kenal Nadya. Kondisinya sekarang tidak memungkinkan ia tinggal sendirian, ia trauma dan butuh pendampingan," kata Mahesa memberi alasan yang menurutnya logis. 

Keandra berdecak kecil tanpa suara. Gayatri sempat meliriknya tajam, meminta Keandra untuk memperhatikan sikapnya.

Belum sempat Mahesa menambahkan sesuatu, suara teriakan kecil terdengar dari arah pintu.

“Apa maksudmu, Mahesa? Ibu tidak setuju! Memangnya kau pikir rumah ini penginapan yang bisa kau ajak siapapun untuk menginap?”

Semua kepala menoleh. Sarita, berdiri di ambang pintu dengan sorot mata tajam yang langsung mengarah kepada Mahesa dan Nadya. 

Nada suaranya sudah cukup menjelaskan bahwa ia tidak suka dengan ide Mahesa untuk membiarkan Nadya tinggal di rumah mereka dengan alasan apapun. 

"Untuk sementara waktu, tolong izinkan Nadya untuk—”

“Tidak," potong Sarita cepat dan tegas. 

Sarita masuk ke ruang tamu dengan langkah mantap, menurunkan tasnya dengan geraman. “Rumah ini bukan tempat penampungan, Mahesa. Tidak etis membawa perempuan yang bukan keluarga dan bukan siapa-siapa untuk tinggal di sini. Apalagi kau, yang membawanya. Kau laki-laki yang sudah beristri, Mahesa!”

Nadya menunduk makin dalam, sepatu heels-nya nyaris menggali permadani.

Mahesa mencoba menahan emosi. “Bu, ini bukan seperti yang Ibu pikir—”

“Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Mahesa?” balas Sarita cepat. “Kau datang bersamanya dan membawa koper besar bersama perempuan lain! Di depan istrimu! Apa yang akan orang lain katakan tentang kita?”

Suasana langsung memanas.

Keandra memejamkan mata sebentar, sementara Wira menghela napas panjang, jelas tak ingin terlibat tapi tak mampu menghindar.

Gayatri maju selangkah, berdiri di antara Sarita dan Nadya.

“Ibu, tolong dengarkan dulu penjelasannya. Ini keadaan darurat. Nadya tidak punya keluarga lain ataupun tempat lain untuk tinggal. Hanya beberapa hari, Bu. Sampai penyelidikan selesai," bujuk Gayatri seraya mengusap lembut lengan sang ibu mertua. 

Sarita menatap menantunya lama. “Kau hanya memikirkan nasib orang lain tapi tidak dengan dirimu sendiri. Kau ini terlalu baik, Gayatri. Terlalu baik sampai-sampai orang dengan mudah memanfaatkan kebaikanmu.”

Perkataan itu menusuk, tapi Gayatri tetap berdiri tegak. “Ibu. Apakah Ibu ingat apa yang Ibu katakan padaku waktu itu? Kita tidak boleh mengabaikan orang yang sedang kesusahan, Bu.”

Ruangan kembali sunyi. Mahesa tampak bingung antara lega atau bersalah. Sementara Nadya meneteskan air mata, bersandiwara agar dikasihani. 

Sarita akhirnya menghembuskan napas berat, menoleh ke Wira yang hanya mengangkat bahu seolah berkata, ia akan mengikuti keputusannya. 

“Baiklah,” kata Sarita akhirnya, meski suaranya tetap nyaring dan penuh penolakan. “Tapi hanya beberapa hari. Dan aku tak mau ada hal yang tidak-tidak. Mengerti?”

Mahesa mengangguk cepat. Begitu juga Nadya. Perempuan itu langsung memeluk Sarita sebagai ungkapan terima kasih. 

"Terima kasih, Bu. Kau baik sekali. Aku janji akan bersikap baik dan bahkan membantu pekerjaan rumah," katanya berjanji dengan meyakinkan. 

"Ya, ya, terserah kau saja." 

Mahesa pun tersenyum senang dan langsung menarik koper Nadya untuk menunjukkan kamar yang akan perempuan itu tempati. 

"Ayo, Nadya. Akan aku tunjukkan di mana kamarmu," ajak Mahesa dengan semangat. Keduanya langsung melenggang pergi dari sana. 

Sementara Gayatri kembali duduk perlahan di dekat ayah mertuanya. "Terima kasih, Bu." 

Sarita tidak menjawab. Ia lantas berjalan ke dapur, masih menggerutu pelan, seperti kebiasaannya. 

Sementara itu, Keandra menatap Mahesa dan Nadya dari jauh dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Pasti ada sesuatu di antara mereka," gumamnya merasa curiga. 

1
✮⃝🍌 ᷢ ͩᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
ini baru baca 1 bab dah bikin esmosi ya bebb.. berasa pengen ngamoook trus bilang, helooo itu status nya istri apa pembantu ya? 😤😤
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kok saya pengen ikutan ngamookkk 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Rasain tuh 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Langsung shock berat 😔
Dwiann🌱
Greget banget sama Sarita dan Mahesa(⁠ノ⁠`⁠⌒⁠´⁠)⁠ノ
Dwiann🌱
Thor, sejak pertama kali saya membaca saya langsung terbawa cerita. Tetap semangat ya, Thor💪💐❤️
Ceu Markonah
bongkar kebusukan mahesa
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
tanya gih ke anakmu
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ibukmu sudah lihat semua, dan kalau dia msh mau bersama bapakmu ya berarti gu oblok ehh
Uswatun Hasanah
tambah lagi thor 🙏🙏🙏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
bersiaplah Mahesa 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
berlari pergi
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
benci tapi cinta 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
rasain 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Kalian yg akan terkejut 🤭
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
betul 👍🏻
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
kita lihat apa Nadya bisa mengurus rumah dan penghuninya yg lain 😏
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
betul 😌
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Anak dan bapaknya sama saja 😤
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Untunglah Shakira tidak seperti ibunya 😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!