Not My Type (Unfortunately, You Are)

Pagi itu, Hanna memulai pekerjaannya dengan semangkuk aneka buah potong sebagai sarapannya. Meja kerjanya dipenuhi tumpukan dokumen dari berbagai klinik.

Sebagian sudah ada yang siap untuk dikirimkan, sebagian lagi masih ada menunggu konfirmasi dari Bu Sari.

Dengan sabar Hanna menunggu kabar Bu sari sembari merapikan dokumen-dokumen yang memenuhi mejanya, men-scan dokumen tagihan milik Yati yang sudah ia janjikan semalam.

Meskipun dia begitu sibuk, pikirannya tetap kepada kabar dari Bu sari.

Pukul 11.00 Hanna mengirim pesan "Siang, Bu. Hanna sudah bisa kirim tagihannya?"

Beberapa menit kemudian Bu Sari membalas : "Sebentar. Selesai makan siang, ya."

Hanna langsung menaruh handphone nya di meja tanpa membalas pesan itu.

"Sebentar..sebentar..sebentar.. Hadeh..."

Ia kembali fokus pada pekerjaannya hingga ia tidak sadar jika waktu terus berjalan dan jam sudah menunjukkan pukul 14.00

Kembali Hanna kirimkan pesan lagi "Sore, Bu. Tagihannya sudah ada?"

"Lagi ada interview. Sebentar" jawab Bu Sari.

Membaca pesan itu membuat Hanna sangat tersulut emosinya.

"Sabar Hanna..sabar.." Hanna mengurut dadanya dengan pelan. Profesionalisme nya menuntut dia untuk tetap bersabar dan tenang meskipun rasa frustasinya mulai memuncak.

Saat yang bersamaan, pesan Bu Vannya masuk :

📩 Bu Vannya

"Hanna, semua tagihan sudah dikirimkan?"

Seketika jantung Hanna berdebar membaca pesan itu.

Ia semakin dilema harus menurut kepada siapa. Namun, ia masih ingin memberikan toleransi waktu pada Bu Sari

✉️ Hanna

"Tinggal satu tagihan lagi, Bu. Akan Hanna kirim dalam Minggu ini"

Bu Vannya tidak membalas pesan Hanna. Saat itu juga ia memikirkan solusi bagaimana caranya agar tagihannya bisa terkirim tepat waktu.

***

Satu Minggu kemudian..

Senin pagi itu, Hanna membuka pintu ruangannya dengan ritme yang pelan. Tagihan PT Palm Nation yang sudah seminggu tertunda pengirimannya selalu menghantui pikirannya.

Hanna terus membaca pesan terakhir dari Bu sari "Sebentar. Lagi interview". Kata "sebentar" itu seperti lelucon jahat baginya.

Profesionalisme nya teruji dan kepercayaan atasan kepadanya menjadi sedikit terganggu.

Di mejanya, Yati menatap Hanna dengan wajah yang iba "Kamu masih sabar aja ya, Han.."

Hanna masih mencoba untuk tetap tenang "Nggak papa, kak.. Yang penting kerjaan yang lain nggak tertunda.."

Tiba-tiba pesan dari pihak PT Palm Nation masuk dan meminta resi pengiriman dokumen karena mereka belum menerima dokumen tersebut hingga seminggu lamanya.

Dengan cepat Hanna meneruskan pesan itu kepada Bu sari. Ia berharap Bu Sari segera menyelesaikan tagihannya.

Dan ya, jawaban Bu Sari selalu berhasil membuat Hanna berada di puncak emosinya. "Oke kirim duluan aja, Han.."

Matanya terbelalak membaca balasan Bu Sari. Dengan suara yang cukup keras, Hanna melampiaskan emosinya "Wah..wah...ngajak kelahi ni orang.."

Dengan penasaran, Febi meminta Hanna untuk menunjukkan pesan Bu Sari. Febi pun tak kalah emosi "Lah...kalo ujung-ujungnya kak Hanna ngirim duluan, kenapa nggak dari kemarin-kemarin sih??"

Tanpa basa-basi, Hanna segera mengemas dokumen tagihannya dan mengantarkan dokumen itu ke ruangan HRD untuk segera diproses pengirimannya.

Disela-sela mengemas dokumennya, Hanna tak henti-hentinya mengeluh "Kebiasaan banget nguji kesabaran orang"

Saat tiba di ruangan HRD, ia tidak melihat Bu Sari tidak ada disana. Kesabaran Hanna memang benar-benar diuji.

Walaupun dokumen itu akan terkirim, dia tetap merasa bersalah karena tidak bisa tepat waktu menyelesaikan pekerjaannya.

Karenanya, proses pembayaran tagihan itu akan cukup lama dari biasanya karena durasi pengirimannya sudah terhitung durasi perjalanan dokumen menuju perusahaan mitra, proses koreksi berkas dan proses pengajuan pembayaran tagihan.

Artinya semakin lama pengiriman, maka semakin lama pembayaran tagihan. Hal itu harus diperhatikan jika bekerja sebagai bagian Penagihan.

Setidaknya sedikit beban pikiran Hanna sudah selesai. Karena hal ini, Hanna memutuskan untuk mengirimkan tagihan miliknya saja. Lebih baik dia tidak patuh pada atasan orang lain daripada tidak patuh pada aturan dari atasannya sendiri.

Hanna pun bisa kembali fokus menyelesaikan pekerjaannya yang lain.