Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab28
Mobil yang dikendarai Abizar pun sampai disebuah restoran. Abizar memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Setelah itu barulah dirinya keluar, kemudian mengitari mobil untuk membukakan pintu untuk Avica.
"Kamu tunggu disini sebentar! Aku akan turun dulu." Ucap Abizar
"Silahkan turun, tuan putri." Kata Abizar ketika dirinya telah membuka pintu mobil untuk Avica.
"Terima kasih, mas. Mas bisa aja deh." Ucap Avica dengan pipi bersemu merah.
"Ayo, kita masuk." Ajak Abizar lalu memberikan lengannya agar Avica menggandengnya.
Mereka pun memasuki restoran tersebut. Avica belum menyadari jika Abizar merencanakan sesuatu. Tetapi dirinya merasa aneh dengan suasana restoran yang mereka kunjungi tersebut.
"Mas, kok restoran sepi sih?" Tanya Avica yang penasaran.
"Aku memang sengaja menyewa restoran ini hanya untuk kita berdua saja." Ucap Abizar sambil tersenyum.
"Kenapa begitu mas?" Avica pun masih penasaran.
"Nanti kamu juga akan tahu kalau sudah sampai dalam." Ujar Abizar.
Avica begitu penasaran, dalam hatinya bertanya-tanya. Apakah suaminya itu merencanakan sesuatu? Jika benar, lalu apa rencananya?
Sampai didalam restoran, Avica dibawa ke sebuah meja yang ada ditengah. Dengan hiasan yang sudah direncanakan ditata begitu cantik.
"Silahkan duduk!" Abizar menarik kursi dan mempersilahkan Avica untuk duduk.
"Terima kasih, mas."
"Sama-sama."
Abizar pun memanggil seorang pelayan untuk menyajika makanan yang telah ia pesan terlebih dahulu sebelum dirinya sampai direstoran tersebut.
"Silahkan tuan, nyonya." Ucap sang pelayan saat dirinya telah menata rapi makanan dan minuman diatas meja.
"Terima kasih. Kau boleh pergi." Ucap Abizar.
"Ayo, Ca. Dimakan makanannya." Ucap Abizar.
"Baik, mas."
Avica pun mencoba memotok steak daging yang telah tersaji didepannya. Dirinya memang tidak pernah makan direstoran mewah tetapi ia bisa menggunakan pisau dan garpunya untuk memotong dan memakan steak. Sebab dirinya sudah terbiasa menonton film yang menunjukkan adegan sedang makan seperti apa yang akan ia makan sekarang.
"Bagaimana? Enak makanannya?" Tanya Abizar.
"Enak, mas. Baru kali ini aku makan makanan seperti ini. Ternyata rasanya benar-benar enak." Ucap Avica jujur.
"Kalau nanti mau nambah, katakan saja. Biar aku pesankan lagi." Ucap Abizar.
"Nanti saja kalau aku belum kenyang. Lagian ini juga masih kok. Dan ini masih ada makanan lainnya." Kata Avica. Yang dikatakan Avica memang benar, diatas meja itu masih banyak makanan diantaranya seperti spageti, puding, dan masih ada lagi. Bahkan Avica berpikir bahwa dirinya tidak akan sanggup menghabiskan semua makanan yang ada didepannya itu.
Abizar dan Avica pun telah selesai dengan makan nya.
"Ca, ada yang ingin berikan kepadamu." Ucap Abizar. Lalu pria itu merogoh saku jas nya.
"Apa itu, mas?" Tanya Avica ketika Abizar menyodorkan sebuah kotak perhiasan didepannya.
"Bukalah!" Pinta Abizar.
Avica pun membukanya. Dan terlihatlah sebuah kalung berlian yang sengaja Abizar pesan khusus untuk Avica.
"Wahh, cantik sekali." Ucap Avica kagum.
"Kamu suka?" Tanya Abizar.
"Ini buat aku mas?" Tanya Avica tak percaya.
"Iya, ini buat kamu. Sini biar aku pakaikan." Kata Abizar.
"Tapi bukannya ini berlebihan, mas?"
"Tidak sama sekali. Ini khusus untuk orang spesial sepertimu, Ca. Boleh aku jujur?" Tanya Abizar. Lalu dirinya menggenggam tangan Avica.
Avica mengangguk. "Katakanlah, mas!"
Abizar menghirup udara terlebih dahulu, lalu ia keluarkan secara perlahan.
"Entah sejak kapan perasaan ini ada. Entah sejak kapan rasa nyaman dengan mu itu muncul. Ca, aku mencintaimu." Ucap Abizar dengan lancarnya.
"Mas? Apakah yang kamu ucapkan itu benar?" Tanya Avica tak percaya.
"Iya, aku memang mencintai mu. Entah sejak kapan aku juga tidak menyadarinya. Semuanya mengalir begitu saja." Ucap Abizar.
"Terima kasih, mas. Terima kasih sudah memberikan rasa itu kepadaku. Ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan." Ucap Avica dengan menangis haru.
"Apa kau juga mencintaiku?" Tanya Abizar.
Avica pun hanya mengangguk. Lalu Abizar memeluknya begitu erat.
"Terima kasih sayang. Kamu sudah mau menjadi ibu untuk Alula. Kamu sudah mau menikah dengan ku. Sekali lagi terima kasih." Ucap Abizar begitu terharu dan bersyukur.
"Sama-sama, mas. Semua ini sudah rencana Tuhan." Kata Avica.
"Sini biar aku pakaikan kalungnya!" Ucap Abizar.
Avica pun memberikan kalung berliannya kepada Abizar. Dan Abizar pun menerimanya, kemudian memakaikannya dileher Avica.
"Sudah. Sangat cantik dan pas." Puji Abizar.
"Terima kasih, mas." Ucap Avica.
Untuk kedua kalinya Abizar memeluk Avica dan mencium keningnya.
Mereka begitu menikmati momen yang baru terjadi tersebut. Akhirnya cinta itu pun melengkapi hubungan mereka. Sudah tidak ada lagi yang mereka ragukan. Mereka percaya semuanya sudahlah takdir dari yang Kuasa.
"Setelah ini kita mau kemana?" Tanya Abizar.
"Terserah mas Abi saja." Balas Avica.
"Ya udah kita jalan-jalan dulu menikmati indahnya malam." Ujar Abizar.
"Baiklah, aku setuju." Balas Avica.
"Kalau gitu, yuk kita jalan." Ajak Abizar.
Avica mengangguk. Abizar pun menggandeng tangan Avica dengan mesranya ketika keluar dari restoran. Dirinya seperti ABG saja saat ini. Bibirnya tidak henti-hentinya ia lengkungkan.
Abizar mengemudikan mobilnya untuk membelah jalanan kota dimalam hari. Ini untuk pertama kalinya dirinya kencan sungguhan dengan Avica. Hatinya kini telah berdamai dengan lukanya. Ia akan membuka lembaran baru dengan keluarga kecilnya.
Abizar pun menghentikan mobilnya disebuah pantai.
"Kita sudah sampai." Ucap Abizar.
"Kita dimana?" Tanya Avica.
"Coba kamu amati depan!" Pinta Abizar.
"Kita dipantai?" Tanya Avica lagi.
"Iya. Yuk kita turun." Ajak Abizar.
Mereka pun turun dari mobil. Menikmati dinginnya semilir angin malam. Dengan pemandangan langit yang dihiasi oleh bulan dan bintang.
"Bagaimana?" Tanya Abizar.
"Suasananya menenangkat. Pemandangan malam nya juga indah." Ucap Avica.
Mereka memilih duduk didepan mobil. Menikmati waktu berdua tanpa ada Alula dan orang yang mengganggu nya.
Avica merasa sangat bahagia akhirnya doanya terkabul. Suaminya itu kini telah mencintai nya dan cintanya pun terbalaskan.
"Apa kamu bahagia, sayang?" Tanya Abizar pada Avica.
Pipi Avica bersemu merah dikala Abizar memanggilnya sayang. Sebab dirinya belum terbiasa dengan panggilan itu. Dia bisa mengontrol detak jantungnya kali ini. Sebab jantung sangat berdebar disaat Abizar menyatakan perasaannya terhadap dirinya.
"Aku bahagia, mas. Terima kasih karena mas Abi mau menerima diriku yang tidak sebanding denganmu." Ucap Avica bahagia.
"Jangan bicara seperti itu. Justru aku yang harus berterima kasih kepada mu. Aku merasa beruntung sebab bisa memilikimu. Jangan pernah berniat meninggalkan aku dan Alula. Aku tidak ingin terluka yang kedua kalinya." ucap Abizar.
"Aku tidak akan meninggalkan dirimu dan Alula mas. Jika bukan kamu sendiri yang menginginkannya." Jawab Avica.
"Tidak akan. Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu. Kita jalani rumah tangga kita bersama-sama. Kita lewati ujian yang akan datang bersama-sama. Oke!" Ucap Abizar.
"Baiklah, kita akan selalu bersama." ujar Avica.
Hari semakin larut, dan Abizar memilih untuk mengajak Avica pulang. Sebelum mereka kedinginan, karena angin semakin kencang dan suasanya semakin dingin. Mereka pulang dengan suasana hati yang berbunga-bunga.