[NOT] Beautiful Wedding

Hari sudah mulai senja, semburat jingga sudah mulai menghiasi langit. Dengan langkah gontai, Oryza menyusuri jalanan untuk pulang ke apartemen tempat tinggalnya sementara. Ya, sementara sebab Oryza bertekad saat ia mendapatkan gaji pertamanya, ia akan mencari tempat tinggal baru. Ia merasa tak enak hati menempati apartemen yang pemiliknya saja tidak ia ketahui siapa.

Oryza menyusuri jalanan dengan wajah sendunya. Kerinduan pada anak-anak kini kian merajam sanubarinya. Ini merupakan kali keduanya berjauhan dengan anak-anaknya. Bila sebelumnya ia berjauhan karena ia tengah dirawat di rumah sakit, tapi kini mereka terpaksa berjauhan karena dipisahkan calon mantan suaminya.

Oryza menghela nafas kasar. Apartemennya memang letaknya tidak jauh dari Angkasa Mall jadi tak butuh waktu lama untuk pulang kesana. Oryza juga lebih memilih berjalan kaki demi menghemat setiap pundi rupiah yang masih ia miliki.

Saat tubuhnya hendak berbelok ke lobi masuk apartemen, tiba-tiba tangannya dicengkeram cukup kuat oleh seseorang membuatnya terlonjak hingga menjerit karena kesakitan.

Mata Oryza seketika membola saat netranya menangkap sosok yang sudah membuat nasibnya jadi nelangsa.

"Aaaargh ... " jerit Oryza. "Lepaskan tanganmu, breng-sek!" umpat Oryza geram saat mendapati sosok itu menyeringai ke arahnya.

"Dasar wanita murahan!" desisnya dengan mimik wajah mengejek.

Oryza membulatkan matanya saat mendengar kata-kata itu terlontar dengan ringan dari pria yang pernah bertahta di hati dan hidupnya.

"Apa maksudmu, hah?" bentak Oryza geram sambil menyentak tangannya sehingga cengkraman Hendrik terlepas.

"Kau tanya maksudku? Begitu?" desisnya lalu tergelak seperti orang yang kerasukan membuat Oryza seketika bergidik ngeri mendengar tawa Hendrik. "Kau masih mau tanya apa maksudku?" Lalu Hendrik mencengkram bahu kanan Oryza dengan sorot mata menusuk. "Aku pikir bagaimana bisa kau mengajukan gugatan cerai begitu cepat. Ternyata oh ternyata, inilah penyebabnya. Kau telah menjual dirimu, bukan? Atau kau menjadi sugar baby untuk pejabat-pejabat berperut buncit dengan imbalan mereka membantumu menggugat cerai aku? Dasar, jalaang!" cibir Hendrik tanpa perasaan. Hendrik mengatakan itu karena merasa aneh bagaimana bisa Oryza menggugat cerainya secepat itu. Pikiran buruknya makin menjadi saat ia melihat Oryza akan memasuki sebuah apartemen mewah yang bahkan dirinya saja tak mampu memilikinya.

Sore ini sebenarnya ia hendak pergi mengambil undangan yang telah dicetak. Tapi dalam perjalanan, ia justru melihat Oryza yang berjalan hendak masuk ke kawasan yang dipenuhi gedung-gedung bertingkat juga rumah-rumah dan apartemen mewah. Jadilah ia membuntutinya dan menghentikannya.

Oryza menganga tak percaya dengan setiap kata yang dilontarkan Hendrik. Bagaimana bisa pria yang bahkan masih berstatus suaminya itu menuduhnya tanpa bukti hanya karena ia bisa menggugat cerainya begitu cepat.

'Apa? Menggugat cerai? Apa surat gugatan cerainya telah dikirim ke rumah mas Hendrik? Kok aku nggak tahu. Tapi kok bisa secepat itu?' gumamnya sambil tercenung.

"Kenapa diam? Malu karena perilaku busukmu ketahuan? Hahaha ... Kau bersikap sok suci, menolak pernikahanku dan Githa, bersikap seolah-olah kau wanita yang paling tersakiti, menuduhku menyakitimu, menudingku berselingkuh, sok tak ingin diduakan, padahal ... ck ck ck ... dirimu lebih rendah dari kami. Bersikap sok suci padahal murahan. Benar kata Githa, untuk apa mempertahankan kamu. Aku sempat menyesali kau mengambil langkah itu padahal aku masih mau mempertahankanmu. Tapi setelah tahu sikap jalaangmu ini, memang perpisahan adalah yang terbaik. Tak ada gunanya mempertahankan wanita murahan seperti dirimu. Dengarkan aku, mulai hari ini, kita tak ada hubungan apa-apa lagi. Aku menceraikanmu Oryza Sativa. Terserah kau mau menjalaang atau menjadi simpanan siapa, tapi yang pasti aku takkan pernah memberikan anak-anakku padamu. Aku tak mau anak-anakku jadi rusak akibat didikan wanita murahan seperti dirimu. Gugat cerai saja aku, tenang saja, aku akan hadir di persidangan untuk memperlancar prosesnya juga mempertahankan hak asuh anak-anak karena kau tak pantas menjadi ibu dari anak-anakku," desis Hendrik dengan sorot mata tajam dan penuh kebencian.

Mendengar kata-kata itu, Oryza lantas segera menepis tangan Hendrik yang masih mencengkram pundaknya. Oryza sedikit meringis karena cengkraman itu cukup kuat hingga membuat bahunya terasa sedikit sakit.

"Oh, jadi begitu penilaianmu padaku, mas!" tukas Oryza sambil terkekeh getir dengan sorot mata penuh luka. Bahkan matanya sudah memerah menahan sakit dan kecewa di sanubarinya. Berkedip sedikit saja, pasti bulir itu akan segera menetes.

"Aku nggak nyangka kau bisa mengatakan hal itu. Ternyata ... kau belum benar-benar mengenalku, mas. 8 tahun kita saling mengenal lalu menikah, tapi ternyata hal tersebut tak membuatmu benar-benar mengenalku. Aku benar-benar tak menyangka kau bisa berpikir sepicik itu," ujarnya pilu. Tirta bening itu bahkan ikut luruh bersama kekecewaan yang kian menyeruak.

"Baiklah, bila kau menilaiku seperti itu. Aku takkan melakukan pembelaan diri. Terserah. Tapi yang pasti, selama nafasku masih berhembus, aku akan tetap mempertahankan hakku sebagai seorang ibu. Aku akan memperjuangkan anak-anakku hingga tetes darah penghabisan. Aku yang telah mengandung dan mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan Raja dan Ratu juga membesarkan mereka, jadi kau tak berhak menilaiku tak pantas menjadi ibu mereka," desis Oryza tak terima dihina tak pantas menjadi ibu dari Raja dan Ratu.

"Terima kasih atas 8 tahun yang penuh suka duka ini. Walaupun akhirnya harus berakhir dengan pahit seperti ini, aku ikhlas. Ku tunggu dirimu di pengadilan."

Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan, Oryza segera membalik badannya dan masuk ke dalam lobi apartemen. Hendrik masih berdiri mematung di depan gerbang masuk apartemen mewah itu. Tanpa berkata apa-apa lagi, Hendrik segera memutar badannya dan masuk ke dalam mobil yang terparkir tak jauh dari posisinya kemudian melajukan mobilnya hingga menghilang dari sana.

...Happy Reading 🥰😘🥰...