Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Ratih duduk mondar mandir di kamarnya sudah empat hari Naga Seta tak menemuinya di kamar, dirinya amat bosan.
Kamar mewah dengan empat tiang dan di depannya pintu jati dengan ukiran bunga dan ular----membuatnya terkesan kolosal.
Ratih terduduk di kamar sampai salah satu dayang maju dan meminta Ratih menemui Pangeran Naga Seta di Aula istana.
Ratih hanya menganggukkan kepala, dirinya masih mengenakan kemben warna merah, bawahan batik keemasan di belakangnya diiringi dayang.
Di lorong-lorong istana dengan dinding berbentuk gapura yang menjulang tinggi, dan tiang-tiang yang berukir bunga dan ular.
Ratih berjalan di dampingi dua dayang----berjalan di belakangnya menuju ruang singgasana.
Setiap Ratih lewat para Prajurit yang memegang tombak langsung bersimpuh, tanpa menghiraukan Ratih terus berjalan di lorong-lorong istana menuju ruang singgasana.
Langkah kakinya berhenti di depan pintu yang menjulang tinggi dengan ukiran indah, lalu dua prajurit membuka pintu dan mempersilahkan Ratih masuk.
Di depan ada dua singgasana megah yang di depannya para patih juga duduk di singgsana--- singgasana posisinya lurus memanjang tepat di depan singgsana raja dan ratu.
Ratih berjalan masuk menuju singgasana, Pangeran Naga Seta yang bertelanjang dada, bawahnya mengenakan celana ala bangsawan Nusantara, tak lupa kepalanya mengenakan mahkota kebesaran dengan hiasan ular dan beberapa permata.
"Kemarilah Permaisuriku," ujar Pangeran Naga Seta, tangannya terulur ke depan.
Ratih menyambut uluran tangan itu, menggunakan tangannya.
Salah satu dayang dengan membawa nampan dengan di tutup kain, dayang itu masih mengenakan baju yang sama kemben warna coklat dan rambut yang di sanggul dengan menggunakan bunga putih.
Gadis itu mengikuti uluran tangan sang pangeran untuk duduk di singgasana sampingnya, Ratih terdiam saat sang pangeran melepaskan mahkota kecil di kepalanya.
"Dayang majulah," perintah sang pangeran yang berdiri membawa mahkota kecil di tangannya.
Dua dayang maju dengan membawa nampan di masing-masing tangan, salah satu dayang membawa nampan kosong lalu pangeran menaruh mahkota Ratih yang kecil di nampan kosong itu.
Tangannya yang kekar lalu membuka nampan yang tertutup oleh kain sutra, di tangan dayang itu sebuah mahkota jauh lebih besar ada di atas nampan.
Pangeran Naga Seta mengangkatnya dengan hati-hati dan Ratih masih duduk di singgasananya----dirinya hanya diam melihat semua itu.
"Ini adalah hari keempat setelah pernikahanku...Hari ini aku akan menobatkan Ratih sebagai permaisuriku untuk mendampingiku di alam ini," ucap Naga Seta mengangkat mahkota ratu itu.
Lalu Mahkota itu di pasangkan pada kepala Ratih menggunakan kedua tangan Naga Seta yang kekar, Ratih berdiri setelah itu dengan menyambut uluran Naga Seta.
Para Patih juga berdiri demi menghormati Ratu baru, dan para dayang juga berdiri di depannya.
Ratih tersenyum di hari besarnya ini----pikirannya masih menyimpan dendam pada Arya---anak kepala desa yang menjadi cinta masa lalunya.
Di saat dirinya masih lugu, Arya mengkhianatinya yang meninggalkannya demi kedudukan dan kekayaan.
Paling yang Ratih ingat pada hari yang sama----Arya menikahi anak pejabat kota----Ratih juga menikahi pangeran Naga Seta.
Memang keluarga kepala Desa sangat tak punya simpati, di saat desa Cempaka tengah dilanda banjir----malah kepala desa merayakan pernikahan putranya dengan mewah di kota.
Memang kepala desa adalah pemimpin yang kejam dan tidak punya rasa empati sedikit pun kepada rakyat Desa Cempaka yang tengah kesulitan, bertahan antara hidup dan mati.
Ratih duduk di singgasana mendampingi Naga Seta, "Pangeran apa sekarang aku menjadi---" belum sempat Ratih menyelesaikan kalimatnya Naga Seta segera menyuruh Ratih duduk.
"Kamu akan tahu Ratih, Kamu sekarang menjadi permaisuriku."
Ratih menganggukkan kepala dirinya hanya duduk menatap sekitar.
Patih Welang Chandra tengah mengerjai desa itu dengan musibah kelaparan, sedangkan ibunya Ratih ke kota dengan membawa emas yang di berikan Chandra Welang.
Di Desa itu malam ini Chandra Welang melihat beberapa gadis yang sedang bertani, dirinya merubah diri menjadi sosok dukun.
Dan mulai mempengaruhi warga desa agar kembali memuja sungai Seta, dan memberikan sesajen seminggu sekali untuk sungai.
Entah bagaimana cara siluman ular ini mempengaruhi warga desa, tapi setelah warga desa memberikan sesajen dengan ajaib hasil panen mereka tumbuh subur.
Pembangunan Rumah bisa lebih cepat atas bantuan siluman ular welang itu, tapi tanpa di sadari desa itu seolah akan menuju ke arah sesat lagi setelah sekian lama----disadarkan oleh wali.
"Bagus aku akan membuat laporan pada Prabu Naga Seta," ujarnya kembali ke dalam istana.
Di istana alam gaib Naga Seta sedang mengatur pemerintahan----dirinya mendapatkan dukun dari berbagai wilayah, gunung dan beberapa dukun ada yang hidup lebih modern menyatu dengan masyarakat agar tak di curigai.
Ratih tidak tahu tujuan dirinya di jadikan permaisuri, dirinya hanya tahu jika dijadikan pendamping hanya agar Dusun Cempaka aman.
Warga desa juga mulai mengikat kain poleng di pohon yang tinggi besar dekat sungai lalu memberikan sesajen, seolah menjaga keseimbangan alam dengan tidak mengusik habitat hewan.
Di Singgasana kerajaan gaib, Ratih duduk di samping pangeran menatap seorang Patih yang masuk, Chandra Welang masuk dan langsung berlutut memberi hormat.
"Lapor pangeran, Desa Cempaka sudah lebih baik sesuai instruksi Pangeran, dan sebagai gantinya mereka memberikan sesajen seminggu sekali."
Naga Seta tersenyum dan bertepuk tangan saat mendengar para warga desa mulai kembali memuja mereka, lebih tepatnya menjaga keseimbangan alam.
Dan para siluman tak akan mengusik jika----para manusia tak menganggu tempat mereka, dan para siluman tak akan mengusik jika warga desa dengan rajin memberikan sesajen dengan menyalakan dupa seminggu sekali.
*
*
*
lanjut yg bnyk thor, aq mls baca klo cuma sedikit. 😂
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.