NovelToon NovelToon
Kaisar Pedang Tak Terkalahkan

Kaisar Pedang Tak Terkalahkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sayap perak

Namanya adalah Ye Lin. Selain Ketua Pembunuh Bayaran dia juga dikenal sebagai Kaisar Pedang Tak Terkalahkan. Dalam ratusan pertarungan yang telah dilalui dia lebih banyak menang dan tak pernah sekalipun menderita kekalahan.

Namanya begitu disegani, pedangnya sangat dihormati. Namun pria yang terkenal kejam dan tak berperasaan itu pada akhirnya tewas saat berusaha menolong seorang anak muda.

Dia merasa hidup sangat tidak adil sampai jiwanya malah terjebak ditubuh anak muda yang diselamatkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch - 20 : Sampai di Kediaman

Matahari terbenam, langit telah menjadi gelap.

Di sebuah halaman, seorang anak perempuan duduk di ayunan sembari pandangan terus tertuju ke arah gerbang. Dia fokus memasang telinganya, begitu mendengar suara langkah kaki kuda mendekat, senyum di wajahnya berseri dan ia melompat turun lalu berlari untuk melihatnya.

Namun, pada akhirnya anak perempuan itu sekali lagi kecewa karena yang datang bukanlah sosok yang diharapkan.

Bukan kakaknya, tetapi kereta pengurus kediaman yang baru kembali dari pasar.

"Nona Muda, apa Nona Muda sedang menunggu seseorang?" tanya wanita paruh baya itu.

Namun Ye Minghua hanya berbalik dan berjalan kembali ke ayunan tanpa menghiraukan pengurus tersebut.

"Dasar, anak tidak tahu sopan santun."

Tidak keras, tetapi Ye Minghua mendengar kata-kata itu dengan jelas. Dia memberikan tatapan tajam seolah ingin memperingati pengurus itu, tetapi tak dihiraukan olehnya yang langsung masuk mengikuti kereta barang.

"..."

Ye Minghua menghela nafas dan menundukkan kepalanya. Tangan meremas erat tambang di kedua sisi ayunan, mengayunkan kaki menendang kerikil-kerikil kecil di bawahnya.

"Kakak... Mungkinkah kakak bertemu dengan masalah di perjalanan?"

Memikirkan hal tersebut mata gadis sepuluh tahun itu tiba-tiba melotot dipenuhi kekhawatiran. Tangannya mulai menyatu, memejamkan mata dan berdoa semoga kakaknya baik-baik saja.

"Minghua!"

Suara samar terdengar ketika Ye Minghua masih memejamkan mata. Dia sempat berpikir jika dirinya salah mendengar sampai seruan lebih keras kembali terdengar tepat di hadapannya.

"Minghua!"

Begitu ia membuka mata sosok yang sangat ia rindukan telah berdiri di sana. Sudut bibirnya seketika naik membentuk lengkungan senyum, berlari dengan cara menghamburkan dirinya.

"Kakak! Kupikir terjadi sesuatu di perjalanan. Apa semua baik-baik saja?"

Pipinya yang berisi menggelembung ketika gadis kecil itu mengeluh di pelukan Ye Lin. Bercerita bahwa dirinya telah menunggu sedari siang hanya untuk menyambut kedatangannya.

Ye Lin tersenyum. Mengusap puncak kepala gadis kecil itu, lalu mengangkat tubuhnya setinggi mungkin.

"Kenapa kau di luar? Bukankah udara di sini cukup dingin?"

Alih-alih langsung menjawab Minghua menunjukkan pakaiannya yang berlapis-lapis. "Lihat, aku sangat pandai, bukan?" ujarnya dengan berlagak.

Ye Lin tak bisa berkata-kata untuk mendebatnya. Hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

"Minghua, lihat ini. Kakak ada sesuatu untukmu."

Wajah gadis itu menjadi penuh harap ketika mendengar kalimat tersebut. Kemudian, matanya menjadi berbinar mengenali barang yang ditunjukkan Ye Lin.

"Wah! Asinan! Ternyata Kakak tidak lupa dengan janji yang kita buat."

Ye Lin tak mengatakan apapun. Bagaimana dia lupa jika yang berjanji saja bukan dirinya. Tapi beruntung karena dalam balasan suratnya Ye Minghua pernah beberapa kali menyebut tentang asinan. Ye Lin pun mengingat hal itu dan membelinya ketika masih di Kota Dong.

"Ayo masuk, di sini semakin dingin. Kakak akan mengantarmu kembali."

Ye Minghua turun dari gandongan Ye Lin dan berjalan bersamanya masuk ke kediaman. Sambil menikmati asinan, sesekali menawari Huang Mei yang berjalan di sisi lain dirinya.

____

Sementara itu, kabar kepulangan Ye Lin telah menyebar dan telah didengar oleh orang-orang di kediamannya, tak terkecuali Ye Xinghan yang baru selesai dengan pertemuannya dengan para tetua.

Dia menunggu di ruangan berharap Ye Lin akan datang untuk menemuinya. Namun sudah berselang waktu satu jam sejak dirinya mendapat kabar, tetapi putranya itu masih belum memberikan salam.

"Tuan, apa perlu saya memanggil Tuan Muda untuk datang?"

Namanya adalah Wu Yuan. Bisa dibilang dia adalah tangan kanan Ye Xinghan yang selalu berada di sisinya dan bertugas memberikan nasehat serta masukan ketika benar-benar diperlukan.

Meskipun tidak memiliki darah Keluarga Ye, tetapi karena pengabdiannya yang berlangsung puluhan tahun membuatnya tidak mungkin didiskreditkan. Dia cukup dihormati.

"Tidak perlu. Anak itu mungkin lelah setelah menempuh perjalanan. Aku akan pergi menemuinya."

Ye Xinghan bangun dengan mengibaskan jubahnya. Dia keluar, tapi baru beberapa langkah dirinya berhenti setelah berpapasan dengan istrinya, Wei Zhiyue.

"Ada urusan apa datang mencariku?"

Wei Zhiyue baru membuka mulutnya sebelum Ye Xinghan memotong ucapannya.

"Jika tidak penting, kita dapat membahasnya besok pagi. Sekarang aku ada urusan."

Melihat Ye Xinghan berjalan terburu-buru, Wei Zhiyue dapat menebak urusan apa yang dimaksud pria itu. Apalagi, jelas itu untuk bertemu dengan Ye Lin.

Kedatangan Wei Zhiyue kali ini sebenarnya juga berkaitan dengan hal tersebut. Dia ingin mencegah ayah dan anak itu saling bertemu. Namun sepertinya dia terlambat, dan itu membuatnya sangat kesal.

Dia membatin sambil mengepalkan tangan menatap punggung Ye Xinghan yang terus menjauh. "Tian Jiangyi, kenapa kau dan anakmu selalu mendapat perhatian lebih besar dari Ye Xinghan. Padahal aku juga istrinya, Zhiyang juga putranya, tapi kami selalu mendapat perlakuan yang berbeda."

Sorot matanya terlihat mengerikan. Pada saat yang sama di dalam dirinya juga telah mengumpulkan sebuah tekad.

Namun tidak ada yang tahu apa yang ada dipikirannya kecuali langit dan Wei Zhiyue sendiri.

___

"Tuan, sepertinya Tuan Muda tidak ada. Mungkinkah berada di tempat nona?"

Untuk sesaat Ye Xinghan diam bergeming sembari menatap kediaman yang tampak sunyi. Perlahan dia membalikkan badan, berputar tujuan untuk pergi ke kediaman putrinya, Ye Minghua.

Baru memasuki halaman, Ye Xinghan dapat mendengar suara tawa yang terdengar begitu lepas dan bahagia. Suara tawa yang sungguh telah jarang didengarnya beberapa waktu terakhir.

"Kakak! Asinan ini sangat enak. Bisakah kau membawakan ku lagi saat liburan musim panas?"

"Tentu. Karena Minghua sangat suka Kakak pasti akan membawakannya."

"Asyik! Kakak memang yang terbaik."

Ekspresi dingin Ye Xinghan yang seolah tak tersentuh perlahan mulai tak bisa dipertahankan setelah mendengar percakapan antara kakak beradik itu. Tangannya yang menyentuh pintu bahkan sampai bergetar, kehilangan kekuatan untuk mendorongnya.

"Tuan, apa perlu kembali lebih dulu?" tanya Wu Yuan.

Namun Ye Xinghan menolak niat baik itu dan mengumpulkan keberaniannya untuk perlahan mendorong pintu tersebut.

Tiga pasang mata di dalam ruangan seketika menoleh bersamaan menatap ke pintu yang terbuka.

Mengetahui yang datang adalah Ye Xinghan, ekspresi Ye Minghua yang tadinya sangat ceria menjadi lebih pendiam. Ye Lin tak banyak bereaksi, sementara Huang Mei segera membungkuk untuk menyapa karena dia mengingat posisinya.

"Bisakah kau keluar sebentar?"

Meskipun tak menyebut secara eksplisit tetapi Huang Mei jelas tahu jika yang dimaksud adalah dirinya. Tanpa kata, segera meninggal ruangan.

"Sudah pulang cukup lama, kenapa tidak datang memberi salam?"

Ye Lin masih bergeming. Tangannya sibuk membelai puncak kepala Ye Minghua sambil sesekali mengusap sisa asinan di sudut bibir adiknya.

Memberi salam? Jika tidak salah itu adalah bentuk sopan santun yang berlaku di dalam keluarga bangsawan. Ye Lin tahu tentang hal itu, tetapi dirinya yang terlahir sebagai rakyat jelata tidak terbiasa dengan kebiasaan tersebut. Kenapa dirinya harus, terlebih melakukannya untuk seorang ayah yang telah mengabaikan anak-anaknya.

"Ingin aku memberi salam, boleh saja. Tapi besok pagi, ini sudah malam."

Wu Yuan dapat melihat perubahan ekspresi pada Ye Xinghan dan segera membuka mulutnya. "Tuan Muda, Tuan Besar bahkan sudah meluangkan waktu untuk datang ke sini. Jadi ...."

Sebelum Wu Yuan melanjutkan kalimatnya Ye Lin segera memberikan peringatan dari tatapan matanya agar pria tua itu diam.

Tentu saja, Wu Yuan tidak mungkin membantahnya. Mundur satu langkah, lalu diam.

"Apa ini hanya perasaanku? Tuan Muda seperti orang lain. Sorot matanya sangat berbeda, dan ekspresinya, seperti tak terpengaruh dengan keberadaan Tuan Besar yang luar biasa."

1
Royaleia 🐲
👍👍👍👍👍
Andipujiwahono
ayo update lg jg Menantu Dewa Roh juga lanjutkan Thor
algore
jz
algore
kok mulai macet Thor
menantu dewa roh gmn ga berlanjut ksh
Andipujiwahono
ayo update lg thor
algore
joz
algore
mampus
algore
joz
algore
jos
algore
joz
algore
jos
Andipujiwahono
ayo thor update lg semangat💪👍
Andipujiwahono
ayo update lg
Andipujiwahono
ayo up lg
algore
joz
algore
jos
algore
joz
algore
jos
algore
joz
algore
jos
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!