cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya karangan dari Author, apabila ada.kesamaan nama.dan tempat Author minta maaf. Alkisah ada seorang pemuda bernama naga lahir dari seorang ayah bernama Robert dan Ibu bernama Julia, Robert sendiri adalah seorang pengusaha suskses yang mempunyai berbagai bisnis yang berada di beberapa negara, baik Asia maupun Eropa. Dengan status sebagai anak orang kaya dan sekaligus pewaris tunggal Naga adalah anak yang sombong dan angkuh, jika Ia menginginkan sesuatu maka sesuatu itu harus bisa menjadi miliknya apapun cara nya. namun lama kelamaan kesombongan dan keangkuhan Naga mulai luntur karena satu sosok wanita yang mempunyai paras yang cantik bernama Jelita.Jelita sendiri adalah anak sulung dari 2 bersaudara pasangan dari seorang petani bernama pak Karyo dan bu ambar namun karena tekad dan keinginannya untuk membanggakan keluarga ini lah yang membuat Naga jatuh cinta kepada Jelita dan perlahan-lahan berubah menjadi orang yang jauh lebih baik lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira Sakti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEMBUKTIAN SANG CRAZY RICH
Setelah keluar dari rumah sakit, Gerhana segera memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki siapa dalang di balik penyerangan terhadap Samuel.
"Halo, Dika, ada tugas untukmu," perintah Naga kepada salah satu anak buahnya.
"Siap, Bos. Delapan enam," jawab Dika, anak buah Naga.
"Kamu cari tahu siapa pelaku penyerangan terhadap Samuel, karena ada orang yang ingin mengambinghitamkan saya atas kejadian itu," tutur Naga kepada anak buahnya.
"Siap, Bos. Delapan enam, saya akan seret pelakunya ke hadapan Bos secepat mungkin," jawab Dika.
"Oke, saya tunggu kabar baik darimu," ucap Naga kepada Dika.
Setelah menghubungi anak buahnya, Naga pun segera pulang ke rumahnya untuk beristirahat karena merasa sangat lelah hari itu.
Ketika Naga sudah berada di rumah dan sedang beristirahat di kamarnya, tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi.
"Lapor, Bos, kami sudah mendapatkan pelaku penyerangan Samuel," tutur Dika.
"Bagus, ini yang aku tunggu. Segera bawa dia ke markas," terang Naga.
"Siap, Bos. Delapan enam," jawab anak buah Naga.
Naga pun segera mengambil kunci motor sport-nya dan menuju garasi untuk segera pergi ke markas menemui anak buahnya dan pelaku penyerangan terhadap Samuel.
Sesampainya di markas, Naga sudah ditunggu oleh anak buahnya.
"Bos, pelakunya sudah kami amankan di dalam," terang anak buah Naga.
"Bagus, ayo kita segera ke sana, saya ingin lihat siapa yang sudah berani mengambinghitamkan saya," terang Naga.
Gerhana dan Dika segera menuju ke dalam ruangan yang di dalamnya sudah terdapat satu orang dalam kondisi kaki serta tangannya terikat dan tak sadarkan diri.
"Segera bangunkan dia!" perintah Naga kepada Dika.
"Siap, Bos. Delapan enam," jawab Dika.
Dika pun segera memberikan kode kepada temannya yang berada di dekat pelaku penyerangan Samuel. Dengan cepat, temannya langsung mengambil ember berisi air dan menyiramkannya ke tubuh pelaku.
Byur! Suara air membasahi seluruh tubuh pelaku tersebut, dan dengan napas terengah-engah, pelaku itu pun tersadar dari pingsannya.
"Katakan, siapa yang menyuruhmu?" bentak Naga.
"Kau kira kau hebat, hah? Aku tidak akan sudi berkata apa pun kepadamu," maki pelaku tersebut.
"Oh, ternyata kau ingin bermain-main terlebih dahulu, ya. Baiklah, aku akan menuruti keinginanmu," jelas Naga.
Naga pun segera memberikan kode kepada Dika untuk segera memberi pelajaran kepada pelaku tersebut.
Dika yang mengerti kode dari Naga segera menghampiri pelaku tersebut sambil membawa alat kejut listrik. Tanpa basa-basi, Dika pun segera mengarahkan alat kejut listrik itu kepada pelaku. Seketika, pelaku itu menggeliat hebat akibat terkena alat kejut listrik tersebut. "Katakan, siapa yang menyuruhmu?" bentak Dika. Namun, bukannya bicara, pelaku tersebut hanya tertawa terbahak-bahak.
"Ha... ha... ha.... Kau pikir dengan mainan kecilmu ini bisa membuatku bicara?"
"Cuih...."
"Sampai kapan pun aku tidak akan bicara," ucap pelaku tersebut sambil membuang ludah ke lantai.
"Baiklah, kalau kamu masih tidak mau bicara, kita lihat sampai di mana kamu bisa bertahan."
Dika pun segera memanggil temannya untuk membawakan alat kejut listrik yang lebih besar lagi dan temannya segera pergi membawakan alat kejut listrik itu lalu segera diserahkannya ke Dika.
Dengan cepat, Dika pun segera mengarahkan alat kejut listrik itu ke tubuh pelaku tersebut, namun kali ini tidak hanya satu alat kejut listrik saja yang diarahkan Dika ke tubuhnya, melainkan dua alat kejut listrik dengan tegangan listrik yang jauh lebih besar dari alat kejut listrik sebelumnya.
Seketika, pelaku itu menggeliat kencang hingga tak sadarkan diri. Melihat pelaku tersebut tak sadarkan diri, dengan cepat teman Dika yang lain segera menyiramkan air yang ada di dalam ember ke tubuhnya.
Byurrrr!
Sontak saja membuat pelaku itu tersadar.
"Masih belum mau mengaku juga, hah?" bentak Dika.
Mendengar bentakan Dika, akhirnya nyali pelaku tersebut sedikit ciut. Dengan terbata-bata pelaku itu pun berkata, "Ba... iklah, aku akan mengaku," jelas pelaku tersebut kepada Dika.
Setelah mendengar ucapan dari pelaku tersebut, Naga pun mendekat ke arahnya. Namun, tanpa disadari pelaku tersebut, Naga sudah memerintahkan anak buahnya yang lain untuk merekam pengakuan dari pelaku tersebut.
"Cepat kamu bicara sekarang!" perintah Naga dengan nada penuh emosi.
"Baiklah, aku akan mengatakan semuanya."
"Nama ku adalah Rino, aku adalah salah satu anggota geng motor yang diminta oleh Samuel untuk merekayasa pengeroyokan terhadap dirinya dan membuat seolah-olah yang menyuruh kami adalah Naga. Karena Samuel juga menyukai Jelita, Samuel tidak ingin Jelita dekat dengan Naga."
Mendengar pengakuan dari Rino, Naga pun menjadi naik pitam, dia tidak menyangka bahwa Samuel telah berani memfitnahnya untuk memisahkan dia dengan Jelita.
Segera Naga mengambil alat kejut listrik yang berada di tangan Dika dan langsung mengarahkannya ke tubuh Rino, dan seketika itu pula Rino kembali tak sadarkan diri.
"Cepat kalian bawa sampah ini keluar dari sini dan segera buang ke jalanan!" perintah Naga kepada Dika.
"Siap, Bos. Delapan enam," jawab Dika dan segera membawa Rino keluar dari markas mereka untuk dibawa ke jalanan.
Naga pun segera mengambil video rekaman tersebut sebagai bukti kalau dia tidak terlibat dalam kejadian pengeroyokan terhadap Samuel dan berusaha menjelaskan kepada Jelita kalau dia tidak terlibat sama sekali atas kejadian pengeroyokan tersebut.
Naga pun segera menghubungi Jelita dan ingin mengajak Jelita bertemu untuk menunjukkan bukti rekaman video tersebut.
Namun, beberapa kali Naga menelepon, Jelita tidak memberikan respons sama sekali.
Hingga Naga berinisiatif untuk mengirimkan Jelita sebuah pesan bahwa Naga ingin bertemu dengan Jelita untuk menjelaskan semuanya.
"Sayang, kenapa telepon dariku tidak direspons? Aku ingin bertemu denganmu, dan aku akan menjelaskan semuanya kepadamu. Aku akan menunggumu di kafe di dekat Ampera besok pagi jam 10.00. Aku harap kamu datang untuk menemuiku," isi pesan Naga kepada Jelita.
Setelah mengirim pesan kepada Jelita, Naga pun segera pulang menuju rumahnya untuk beristirahat tidur, karena memang pada saat itu hari sudah menunjukkan pukul 22.00.
Keesokan harinya, Naga sudah berada di kafe tersebut tepat pada pukul 09.30. Naga pun mencoba kembali menghubungi Jelita, karena pesan darinya semalam tidak dibalas atau tidak direspons oleh Jelita. Setelah beberapa kali Naga mencoba menghubungi Jelita, tapi tetap saja tidak ada respons dari Jelita.
Naga pun merasa sangat khawatir dan panik kenapa Jelita sama sekali tidak merespons panggilan dan pesannya.
"Ada apa dengan Jelita? Apa dia masih marah dan curiga denganku?" gumam Naga di dalam hatinya.
Naga pun segera menelepon anak buahnya untuk melihat dan memantau Jelita di rumahnya.
"Halo, Rico, segera kamu cek Jelita di rumahnya, lihat apa dia ada di rumah atau tidak sekarang," perintah Naga kepada Rico.
"Siap, Bos, kami akan segera meluncur ke sana," jawab Rico. Dan Naga pun segera mengirimkan alamat rumah Jelita kepada Rico.
Tepat pukul 10.00 pagi, Jelita belum juga muncul. Dengan sangat gelisah, Naga pun segera menghubungi Rico.
"Bagaimana tugasmu, Rico?" ucap Naga.
"Kami sudah berada di rumahnya, Bos, tepatnya lima belas menit yang lalu, tapi kami tidak menemukan keberadaan Jelita di dalam rumah," jawab Rico.
"Apa kamu yakin, Rico?" tanya Naga.
"Yakin, Bos. Bahkan tadi saya sudah menyuruh teman saya untuk berpura-pura bertanya kepada tetangga sekitar tentang keberadaan Jelita," jawab Rico.
Mendengar penjelasan dari Rico, Naga pun menjadi panik. "Baiklah, sekarang kalian cari Jelita sampai ketemu dan segera laporkan kepadaku!" perintah Naga.
"Siap, Bos. Laksanakan!"
Setelah selesai menghubungi Rico, Naga pun berencana untuk meninggalkan kafe tersebut, namun baru saja Naga berdiri dan beranjak pergi dari tempat duduknya, tiba-tiba terdengar suara wanita yang memanggil namanya.
"Naga," kata suara tersebut.
Seketika Naga pun langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut dan yang memanggil Naga adalah Jelita.
Naga pun segera menghampiri Jelita dan berkata, "Ke mana saja kamu, Sayang? Kenapa telepon dan pesanku tidak kamu respons?" tanya Naga dengan cemas.
"Aku memang sengaja tidak merespons telepon dan pesanmu, Naga," jawab Jelita dengan nada yang masih marah.
"Baiklah, aku tahu kamu pasti masih marah denganku, ayo kita duduk dulu dan aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu," ajak Naga kepada Jelita. Dan mereka pun segera duduk di kursi yang di tempat yang Naga pesan tadi.
"Kamu mau minum apa, Sayang?" tanya Naga lembut.
"Tidak, Naga, aku tidak mau minum apa-apa," jawab Jelita masih dengan nada marah.
"Oke, kalau begitu biar aku saja yang pesan minuman untuk kamu," tawar Naga kepada Jelita dan Naga pun segera memanggil pelayan kafe untuk memesan minuman.
Setelah memesan minuman kepada pelayan kafe, Naga pun segera mengeluarkan tablet kecil di balik saku jaketnya dan menyerahkannya kepada Jelita sembari berkata, "Lihatlah video yang ada di sini, Jelita."
Jelita pun segera mengambil tablet yang diserahkan Naga kepadanya dan segera melihat video yang ditujukan Naga kepadanya.
Setelah melihat isi video yang ada di tablet tersebut, Jelita pun merasa bersalah kepada Naga.
"Maafkan aku, Naga, aku telah menuduhmu dan tidak mempercayaimu," ucap Jelita dengan nada bersalah.
"Tidak apa-apa, Sayang. Kamu berhak kok untuk tidak mempercayai dan menuduhku, tapi aku juga berhak untuk membuktikan kepadamu bahwa aku tidak bersalah dan seberapa besar cintaku kepadamu," jelas Naga kepada Jelita sambil menggenggam erat tangan Jelita.
Mendengar ucapan dari Naga, Jelita pun mulai menitikkan air matanya, dia benar-benar tidak menyangka kalau Samuel bakal berbuat hal sekeji itu kepada Naga dan Jelita pun berinisiatif untuk mengajak Naga ke kantor polisi untuk membersihkan namanya dari tuduhan atas peristiwa pengeroyokan yang dialami oleh Samuel.
"Sayang, bagaimana kalau kita ke kantor polisi sekarang untuk memberikan bukti ini kepada polisi agar kamu tidak menjadi tersangka atau dituduh sebagai dalang dari pengeroyokan Samuel?" ajak Jelita.
"Pasti, Sayang, kita pasti akan ke kantor polisi untuk menyerahkan bukti ini, namun sebelum itu kita nikmati dulu waktu kita di kafe ini," jawab Naga.
Akhirnya, Jelita pun setuju dengan usulan Naga dan mereka pun menikmati suasana kafe terlebih dahulu sebelum mereka pergi ke kantor polisi untuk menyerahkan bukti tersebut.
Tidak hanya minuman, Naga pun memesan makanan di kafe tersebut untuk dinikmati bersama Jelita.
"Maafkan aku ya, Sayang, aku masih belum sepenuhnya percaya kepadamu," ucap Jelita dengan nada bersalah.
"Tidak apa-apa, Sayang, memang dalam hidup tidak semuanya bisa berjalan sesuai keinginan kita. Pasti akan ada orang yang suka dan tidak suka kepada kita," jelas Naga kepada Jelita.
"Iya, Sayang, kamu benar. Aku berjanji aku akan selalu percaya kepadamu dan aku berharap kamu bisa menjaga kepercayaan yang telah aku berikan kepadamu," ucap Jelita kepada Naga.
"Siap, Bosku, delapan enam," jawab Naga sambil mengangkat tangannya seperti orang yang sedang hormat sembari tersenyum manis ke arah Jelita. Dan mereka pun berjanji untuk saling mempercayai satu sama lain.