NovelToon NovelToon
MALAM TELAH TIBA

MALAM TELAH TIBA

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Game / Horror Thriller-Horror / Bullying dan Balas Dendam / Balas Dendam / Tamat
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Sekelompok siswa SMA dipaksa memainkan permainan Mafia yang mematikan di sebuah pusat retret. Siswa kelas 11 dari SMA Bunga Bangsa melakukan karyawisata. Saat malam tiba, semua siswa di gedung tersebut menerima pesan yang menunjukkan permainan mafia akan segera dimulai. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan menyingkirkan teman sekelas dan menemukan Mafia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dalang Dibalik Permainan

Khalil membuka matanya setelah denyut terasa dikepalanya. Menatap sekeliling ruangan yang cukup asing dan tentu tidak pernah dikunjungi Khalil. Semua teman-teman sekelasnya terlelap dalam setiap kursi kendali, dengan kebel tertanam pada setiap pelipis mereka.

Pria itu beranjak mendapati layar monitor yang menampilkan setiap data murid SMA Bunga Banga, lengkap. Bahkan Khalil bisa lihat setiap foto teman-temannya tersusun rapih.

“Khalil”

Seorang wanita paruh baya mengalihkan pandangannya. Berdiri tak jauh darinya, sambil berjalan pelan menghampirinya, “Kau masih mengingat kami?”

Seorang pria paruh baya menyusul dibelakangnya. Dua orang yang tidak asing dimatanya, orang tua Aletha datang dengan tatapan dingin mereka. pada ruangan yang sangat tidak masuk akal ini, kenapa?

“Bagaimana permainannya?”

Pupil pria itu membesar, menyadari sesuatu yang sangat sulit untuk dia terima, “Nggak mungkin?”

“Apa kematian sudah cukup menakutkan dan menyedihkan untuk kalian?” wanita paruh baya itu mengintai setiap orang yang masih tetap nyenyak, atau justru tersiksa dalam tidurnya, ah, maksudnya dalam kontrol permainan ini. Permainan yang ternyata merekalah yang membuat ini.

Khalil menelan ludahnya susah payah. Menatap secara bergantian waja teman-temannya yang cemas dan kesakitan, “Kenapa mereka,”

“Tenanglah, mereka semua baik-baik saja” Ayahnya Aletha memecah percakapan mereka. meyakinkan Khalil bahwa semuanya tampak baik-baik saja, seperti yang sedang pria itu lihat, bahwa ini semua hanyalah permainan.

Ibunya Aletha terkekeh pelan, “mereka tidak apa-apa, hanya tidak sadarkan diri saja tapi penderitaannya tampak nyata”

“Jadi, ini semua permainan yang kalian buat?”

Wanita itu menghela napas panjang, menatap Khalil yang sepertiny sedang mencoba memahami keadaan yang terjadi. Tidak akan ada yang paham kenapa dia tiba-tiba ada disini, tidak ada yang mengerti kenapa akhirnya dia terjebak dalam permainan yang berulang. Semua tampak hidup walau hanya sebuah rancangan komputer.

“Luar biasa?”

Khalil mengusap wajahnya kasar, menatap Arsya yang tampak sedih dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Khalil bahkan baru mengingat bahwa kejadian akhir dalam game itu, ketika dia telah tewas dan membuat teman-temannya menangis.

Tanpa sadar, Khalil menyentuh perutnya, yang sempat jadi korban tusukan pisau dari Farhan. Namun tidak ada rasa apapun, tidak ada bekas apapun, semuanya normal, bahkan seragamnya masih tampak baru.

“Kalian mengulangi entah berapa kali sampai akhirnya kalian memenangkan permainan ini, kenapa kalian tidak pintar dalam hal ini?”

Khalil hanya diam. Menatap lekat wanita paruh baya dihadapannya yang seakan menuntut jawaban dari pertanyaan yang sepertinya sudah dia ketahui jawabannya.

“Apa yang kau lakukan sampai Aletha menyerahkan dirinya? Katakan semuanya agar kita bisa memperbaiki semuanya”

Khalil mengerenyit, “Memperbaiki apa? bukankah kalian hanya perlu membebaskan kita setelah permainan kita menangkan?”

Ibunya Aletha tertawa, “membebaskan kalian? Aku bahkan susah payah membuat game ini untuk kalian bisa merasakan apa yang anakku rasakan!”

“Aku mohon” lirih suara Khalil sempat membuat Ayahnya Aletha iba, namun tidak dengan ibunya. wanita paruh baya itu masih memaksa agar Khalil membicarakan jawaban dari pertanyaan terakhirnya.

“Katakan! Mereka semua sudah merundung Aletha yang jelas tidak memiliki salah apapun! Mempercayai rumor yang tidak benar tentang anakku, sampai Aletha yang malang harus menjumpai ajalnya!”

Khalil menitihkan air mata dengan perih merah disana, “Aku mohon, jangan lakukan apapun lagi dengan kita”

“Tidak akan semudah kau meminta maaf! Kamu tahu hal yang lebih menyakitkan? Saat kalian bersenang-senang tanpa memikirkan kondisi Aletha! Bahkan kepala sekolah menganggap sikap kalian itu hanya sebuah lelucon!”

“Maaf, aku benar-benar minta maaf dengan apa yang sudah kita lakukan pada Aletha” Khalil menitihkan air mata, “Aku akan bicarakan semuanya kepada kepala sekolah, tapi tolong bebaskan mereka”

“Kau dengan mudah meminta maaf pada kami, bagaimana pula caramu bicara padanya jika selama ini dia saja tidak peduli!”

Ayahnya Aletha mengusap punggung istrinya. Sejenak menenangkan atas nada tinggi ang sempat membuat Khalil terkejut. Dia juga tahu apa yang dirasakan kedua orang tua Aletha, setelah ditinggalkan anak kesayangannya, semuanya pasti akan sangat menyakitkan.

“Ayahku polisi, aku akan minta dia mengusut kasus Aletha kembali” lirihnya.

Kedua orang dihadapan Khalil terdiam. menatap dingin saat Khalil mulai menangis. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada ditinggalkan. Harusnya semua orang tahu dan peduli dengan orang sekitar. Bukan seenaknya melupakan dan menganggap seseorang yang pergi hanya karena tanpa alasan.

“Aku janji, kita akan bertemu dengan ayahku, dan memintanya mengusut semua kasus yang belum trasparan. Tapi aku mohon bebaskan semua teman-temanku”

“Kita akan selamatkan semua temanmu, tapi dengan satu syarat”

Khalil memfokuskan pandangan pada Ibunya Aletha, ‘Apa?’

“Carikan seseorang yang menyebar video Aletha”

Khalil mengangguk dengan senyum sambil mengusap wajahnya. Pria itu mengintai Ayahnya Aletha yang mulai memprogram kembali alat yang dia buat. Harusnya mulai membebaskan semua orang yang terkukung dikursi mereka. seperti bagaimana Khalil terbangun, dengan seluruh kebingungan mereka tentang ruangan ini.

“Ruangan apa ini?”

“Kita kenapa ada disini?”

“Khal, kita kenapa disini?”

Khalil menelan ludahnya susah payah. Ingin bicara tapi rasanya mulut kelu, “Kalian nggak papa?”

Semua orang mulai mengintai satu sama lain, sambil sesekali menerjemahkan keadaan, dan mencoba menjawab pertanyaan yang ada dikepala mereka sendiri.

“Seperti janjimu, segera selesaikan masalahnya”

Khalil mengangguk, “aku janji”

“Orang tuanya Aletha?” gumanan Arsya membuat Dion menoleh, “Semuanya mereka yang buat?”

“Buat apa, Sya?”

Arsya menoleh. Apa mereka tidak menyadari apa yang terjadi pada mereka selama ini? Atau mereka hanya pura-pura tidak tahu? Kenapa rasanya sangat nyata saat semua orang justru tampak bingung. Sementara Khali, pria itu seperti sungguhan sedang tertuntut.

“Kepala gue kayak mau meledak”

Arsya lantas mengalihkan pandangan pada Hagian, sebelum kembali pada Dion yang menyentuh lengannya, “Bukan apa-apa”

“Kita mau uji coba apa ya?”

Seruan Agil membuat semua orang menatap ke arahnya. Dibalas helaan resah dari Khalil, “Dia tidak mengingat semuanya?”

“Diantara kalian, siapa yang menyebar video Aletha?”

Semuanya tampak diam. Bersama dua orang yang mereka yakini sebagai dua orang tua Aletha.

“Video apa?”

“Video yang membuat kalian merundungnya, jadi jangan pura-pura bodoh, dan katakan sekarang” Khalil mulai mengintimidasi, mengalihkan pandangan setelah menatap Jihan lekat. Pasalnya video yang tersebar adalah salah satu yang viral saat itu. mana mungkin semuanya melupakan secepat ini.

“Katakan atau gue bunuh kalian”

Arsya mendongak, “Khal, kenapa seperti itu caranya?”

Khalil hanya menghela napas. Dia cukup geram, lagian pasti tidak akan ada yang mengaku kalau tidak diancam demikian.

“Gue, gue yang buat dan nyebarin video itu”

“Kenapa kamu melakukannya, kamu tidak memikirkan perasaan kita?!”

Kali ini semua orang menatap Ibunya Aletha yang mulai berteriak, untung saja langsung dicegah oleh Ayahnya sebelum benar-benar membuat Farhan celaka.

“Aku tidak benar-benar melakukannya! Aku hanya disuruh dan dia mengancamku” Farhan menodongkan tangannya ke arah Yuna, “Dia memintaku menyebarkan video itu”

“Kenapa lo jadi brengsek gini?!”

“Katakan yang sejujurnya dan jangan memperpanjang masalah, Yuna”

Yuna menatap Khalil dengan tajam, “Iya, gue yang ngelakuin. Gue cuman ngerasa nggak adil aja, semua orang suka sama dia, semua orang selalu muji dia”

Asrya menghela napas berat, menatap Yuna tak habis pikir. Bagaimana bisa, seseorang seperti Yuna dapat membunuh sahabatnya? Bahkan hanya bermodal video tidak beradap seperti itu?

“Dasar anak kurang ajar” pekik suara Ibunya Aletha membuat Khalil berjongkok. Disambut tatapan kejut saat wanita paruh baya itu hampir mendekatu Yuna.

“Tolong maafkan kami, aku sudah janji akan usut semuanya, dan buat dia mendapat hukuman yang setimpal”

“Kau pergilah dari hadapanku anak muda, kau tidak dengar dia? Hanya karena perlakukannya yang murahan itu membuat nyawa anakku melayang!”

Arsya beranjak dari duduknya, walau sempat dihadang Dion. Gadis itu masih kekeh menghampiri kedua orang tua Aletha dan Khalil.

“Aku minta maaf”

“Kau,”

“Seharusnya aku lebih peduli dengannya, seharusnya aku tidak mengabaikannya”

Khalil mendongak, menatap Arsya yang sudah menangis, “Aku minta maaf, dia tidak akan pergi kalau aku selalu bersamanya”

Ayahnya Aletha menarik tubuh istrinya kepelukannya. Menumpahkan segala rasa sakit yang selama ini mereka bendung hanya berhadiah kata maaf. Apakah setara? Tentu saja tidak dan mereka semua tahu itu.

“Kalian akan mendapat balasan yang setimpal”

1
suka baca
baguss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!