Raffaele Matthew, seorang Mafia yang memiliki dendam pada Dario Alexander, pria yang ia lihat telah membunuh sang ayah. Dengan bantuan ayah angkatnya, ia akhirnya bisa membalas dendamnya. Menghancurkan keluarga Alexander, dengan cara membunuh pria tersebut dan istrinya. Ia juga membawa pergi putri mereka untuk dijadikan pelampiasan balas dendamnya.
Valeria Irene Alexander, harus merasakan kekejaman seorang Raffaele. Dia selalu mendapatkan kekerasan dari pria tersebut. Dan harus melayani pria itu setiap dia menginginkannya. Sampai pada akhirnya ia bisa kabur, dan tanpa sadar telah membawa benih pria kejam itu.
Lalu apakah yang akan dilakukan Valeria ketika mengetahui dirinya tengah berbadan dua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovleyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Menjadi Pelayan
"Hai Raffaele, si ketua Mafia kita." Ucap seorang pria yang baru saja datang dengan kedua temannya yang lain.
Gaya ketiga pria yang baru saja datang itu hanya casual. Tapi jangan salah, sebab mereka juga sama seperti Raffaele, berkecimpung di dunia gelap dan ilegal.
Raffaele menyambut ketiga temannya itu. Merangkul dan menyuruhnya duduk di ruang tamu.
"Masih sendiri juga Raffaele? Tidak bosankah kamu hidup tanpa ada seorang wanita yang memanjakan milikmu." Tanya salah satu pria berambut sedikit panjang dan diikat.
"Gino, kamu berani sekali bertanya seperti itu." Lantas disahuti pria bertatto di lengan kirinya itu. Dengan tawa juga.
Sementara pria yang satunya sama sekali belum mengatakan apa pun. Lebih fokus pada benda pipih di tangannya dan kadang juga mengulas senyumnya. Mengundang perhatian Raffaele akan tingkah temannya yang aneh itu.
"Aku perhatikan sejak tadi kamu fokus ke ponselmu terus Justin." Ucap Raffaele.
"Dia udah menemukan tambatan hati, sekarang pasti lagi bertukar kabar dengan kekasihnya." Bukan Justin yang menjawabnya, justru Gino.
"Heran aku juga, sejak perjalanan ke sini dia fokusnya ke ponsel terus. Udah kayak ada lem aja di tangannya itu." Sahut si pria bertatto, Miguel.
"Memangnya apa enaknya punya kekasih? Bukankah kalian juga terbiasa bermain wanita?" Jawab Raffaele, yang merasa aneh dengan perubahan salah satu temannya.
Dari perkataan Raffaele tersebut, lantas orang yang dibicarakan itu mengangkat kepalanya. Menatap ketiga temannya bergantian.
"Aku udah lama tidak main wanita Raf. Semenjak ketemu kekasihku ini semuanya berubah. Bahkan aku berencana untuk menikahinya dalam waktu dekat ini." Ujar Justin.
Jika kedua temannya yang lain tampak biasa saja mendengar kejujuran dari Justin. Berbeda dengan Raffaele yang sangat terkejut. Menikah? Seorang Justin yang dulunya paling malas disuruh menikah kini berubah pikiran? Benar-benar jauh wanita tambatan hati Justin mengubahnya.
"Serius kamu akan menikah Justin?" Tanya Raffaele tidak percaya. Tapi Justin mengangguk, yang berarti memang itu bukan candaan semata.
"Dia memang akan menikah sebentar lagi Raf. Orang sudah melamar kekasihnya saat ulang tahun Sella." Ucap Gino
"Giliran kamu mau kapan Raf? Kamu ini beda dari kita. Kalau kita sering main sama banyak wanita, sedangkan kamu satu kali pun tidak pernah." Imbuh pria berambut panjang diikat itu.
Raffaele tertawa. Seenak apa pernikahan sampai temannya ini akan memutuskan menikah. Menurutnya hubungan seperti itu tidak penting sekali. Untuk menyalurkan hasrat? Bahkan saat ini ia bisa menyalurkan lewat anak pembunuh ayahnya itu. Tanpa harus menikah, dan dirinya merasa puas.
"Kamu mengharapkan apa dari Raffaele, Gino? Dia ini tidak tertarik dengan hubungan semacam itu. Entahlah, apa jangan-jangan kamu ini tidak normal Raf?" Celetuk Miguel, berhasil dirinya mendapatkan tatapan dari Raffaele yang menajam.
"Mulutmu! Aku normal, bahkan aku juga sudah melakukan hal seperti kalian." Jawaban Raffaele membuat ketiga temannya terkejut.
Mereka terdiam beberapa menit. Hingga sebuah tawa dan dilanjutkan tawa yang lainnya muncul. Mereka menertawakan Raffaele. Tidak percaya dengan ucapan dari temannya tersebut.
"Kamu bicara begitu karena ejekan dariku tadi kan Raf?" Ujar Miguel.
"Tidak. Aku mengatakan yang sebenarnya." Balas Raffaele serius nada bicaranya. Miguel pun akhirnya berhenti tertawa, mendadak suasana jadi serius hanya karena topik pembicaraan masalah ranjang.
"Beneran Raf? Kapan?" Tanya Gino jadi penasaran.
"Sama siapa Raf?" Lalu Justin ikut menyahut.
Namun Raffaele hanya mengangkat bahunya enggan mengatakan apapun dan hanya tersenyum miring. Ketiga orang di hadapannya ini langsung merasa kecewa. Penasarannya mereka tak terjawab.
...****...
Sementara itu, di dalam kamar, Valeria sudah dipakaikan baju yang sama seperti pelayan mansion ini kenakan. Ia hanya diam saja, entah apa maksud dari semua ini sekarang. Apakah dirinya sudah di angkat menjadi pelayan juga di mansion ini?
"Anda sudah siap nona, dan tuan Raffaele sudah menunggu di ruang tamu." Ucap pelayan.
"Apa saya sekarang diangkat menjadi pelayan juga di sini?" Tanya Valeria. Dan pelayan tersebut menggeleng tidak tahu.
Baru saja keluar dari dalam kamar Valeria sudah menghela napasnya berat. Berharap tak ada lagi hal-hal yang diperbuat oleh pria itu kepadanya. Namun saat langkahnya sampai lantai bawah, pergerakannya terhenti. Tatapannya tertuju pada empat pria di ruang tamu yang kini juga menatap ke arahnya.
"Wow! Gadis cantik dari mana ini yang kamu jadikan pelayan Raffaele? Sayang sekali secantik ini kamu jadikan pelayan." Ujar Gino langsung berdiri dan berjalan menghampiri Valeria. Sedangkan Raffaele hanya memperhatikannya saja.
Valeria ketakutan dan bergerak mundur. Namun tangannya sudah dipegang oleh Gino. Pria tersebut mengulas senyum menawannya. Mencoba merayu Valeria.
"Hallo gadis cantik. Kamu terlihat imut dan cantik sekali, keliatan masih muda juga. Siapa namamu baby?" Ucap Gino.
"Kamu takut baby? Jangan takut, aku tidak akan memakan mu." Lanjutnya lagi.
"Lepaskan aku!" Valeria kali ini berusaha menolak.
Gino tertawa melihat Valeria ketakutan. Padahal dirinya tidak melakukan apapun. Hanya memegang tangannya saja.
"Jangan takut baby." Kata Gino berusaha meyakinkan Valeria.
"Gino bawa dia ke sini!" Titah Raffaele.
Pria itu pun mengangguk. Lalu merangkul Valeria dan membawanya mendekat ke para temannya.
"Kamu dapatkan dia di mana Raf? Cantik sekali. Kalau aku yang mendapatkannya aku akan jadikan dia istriku Raf, bukan pelayan seperti ini." Kembali Gino mengoceh.
Raffaele bersitatap dengan Valeria. Pria tersebut memandangi penampilan wanita di depannya tersebut, dari atas sampai bawah. Lalu tersenyum miring mengejeknya.
"Buatkan kami minuman! Dan jangan sampai kami menunggu lama." Ujar Raffaele ditujukan pada Valeria.
Tanpa perlu pengulangan perintah, Valeria lantas pergi dari tempat tersebut menuju ke dapur. Di sana wanita tersebut di bantu Maria yang awalnya terkejut dengan kedatangan Valeria yang menggunakan baju pelayan. Namun saat Valeria menjelaskannya, wanita paruh baya itu mengerti.
Sementara itu di ruang tamu masih heboh dengan kalimat-kalimat yang memuja kecantikan Valeria tadi.
"Dia gadis dari mana Raf? Cantik mulus gitu." Tanya Gino.
"Kayaknya juga masih muda, berapa usianya?" Sahut Miguel.
"Dia bukan gadis lagi. Dan umurnya 19 tahun." Jawab Raffaele tampak tenang.
"APA?!" Ucapan Miguel dan Gino bersamaan dengan nada sedikit tinggi karena terkejut.
"Jangan bilang dia orangnya Raf?" Tebak Justin. Yang sejak tadi merasa ada yang aneh dari kedatangan perempuan tadi.
Dan saat Raffaele mengangguk, sorakan kembali terdengar. Dua pria itu paling heboh dan tidak menyangka. Ternyata yang membuat temannya itu pecah telor adalah gadis muda tadi.
"Gila! Dia kelihatan masih muda banget Raf, tapi ternyata udah kamu...Wow gila kamu!" Seru Gino.
"Gimana rasanya Raf? Pasti masih bersegelkan? Secara umur segitu." Sambungnya.
"Puas. Sangat puas, semua dendamku rasanya terbalaskan." Ujar Raffaele, menghentikan tawa yang awalnya ada dalam suasana perbincangan mereka.
Sementara di ujung sana, Valeria terhenti saat mendengar pembicaraan ke empat pria tersebut dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.
rasain loh raff bikin lama Thor normal kan usia 4 bulan baru terasa nyaman Siska Raffael Ampe 4 bulan ,itu belum seberapa dibanding kan luka hati Valeri
topi ya ga salah jg sih kamu kan di dokterin
i hope happy ending mereka berdua
apa ga ada cctv nanti Raffa lihat temennya bantuin apa ga ngreog