"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27
Sebuah jet berwarna silver mendarat di bandara pada siang hari. Edgar dan Theodore turun dari jet itu kemudian masuk ke dalam mobil penjemputan.
"Langsung ke apartemen saja." ucap Edgar pada supirnya.
Edgar menyandarkan tubuhnya ke jok mobil, dia merasa sangat lelah dengan perjalanan panjang yang baru saja di tempuhnya.
Dia merogoh ponselnya kemudian mengaktifkannya. Beberapa pesan serta panggilan tak terjawab masuk saat data ponsel itu dihidupkan.
Fokus Edgar pada pesan yang dikirim oleh Odelia, dia tersenyum lalu membuka isi pesan itu yang rata-rata menanyakan keberadaannya dan mengapa sulit di hubungi.
"Sepertinya seru memberinya sedikit kejutan." gumam Edgar.
Tanpa membalas pesan Odelia, dia mematikan ponselnya lalu menyimpannya kembali ke saku jasnya.
Sampai di apartemen, Edgar meletakkan kopernya ke sisi ranjang. Dia meletakkan paper bag besar ke kasur lalu mulai ke toilet untuk membersihkan tubuhnya.
"Odelia pasti suka sama hadiah yang aku beli." gumam Edgar.
Pria bertubuh atletis itu mulai mengguyur tubuhnya dengan air dingin yang mengucur dari shower. Setelah lima belas menit, Edgar keluar dari kamar mandi. Dia masuk ke walk-in closet lalu mengambil celana kolor pendek lalu memakainya.
Brugh.
Edgar merebahkan tubuhnya ke kasur lalu mulai memejamkan matanya. Dia mengalami jetlag dan membuat jam tidurnya berantakan.
●
●
"AAAAA."
"Apaan anjir, gue kaget."
"Tau nih Odel, untung jatung gue nggak pindah ke lambung."
Zara dan Cessa kesal karena Odelia tiba-tiba menjerit membuat keduanya terkejut.
"Chat gue udah dibaca guys sama om tampan." seru Odelia.
"Dibales nggak?" tanya Cessa.
Seketika wajah yang tadi tersenyum senang berubah murung. Odelia mengerucutkan bibirnya sambil menggeleng pelan.
Melihat respon Odelia membuat Zara dan Cessa kompak tertawa. Dua hari ini Odelia nampak tak memilki semangat hidup karena Edgar sulit dihubungi bahkan chat yang dikirim Odelia hanya centang satu.
Odelia bahkan sampai tak selera makan dan kesulitan tidur karena menunggu balasan pesan dari Edgar.
"Coba lo telpon deh." ucap Zara.
Mereka sampai di parkiran, Odelia menyandarkan tubuhnya ke mobil sambil menatap ponselnya.
"Kalo nggak diangkat gimana?"
"Positif thinking aja, mungkin ada yang lagi." Goda Cessa.
"Cessa, lo ngeselin banget sih. Lo sahabat gue bukan sih?" kesal Odelia.
Cessa hanya tertawa, sedangkan Zara menggelengkan kepalanya heran melihat kedua sahabatnya yang selau ribut ejek-ejekan.
"Lo coba dulu, kalo udah dibaca kan berarti dia udah aktif lagi kan." saran Zara.
"Nggak deh, gue takut dia ilfeel sama gue."
Dari kejauhan, Aston melihat Odelia sedang berkumpul dengan dua sahabatnya. Dia tersenyum kemudian berjalan mendekat dimana mobil Odelia berada.
"Gue rasa enggak deh. Kaya lagi mainin lo aja nggak sih? Ini cuma pendapat gue aja ya." ucap Cessa.
"Masa dia sejahat itu sih?" tanya Odelia.
Samar-samar Aston mendengar percakapan tiga orang yang membelakanginya.
"Menurut gue justru enggak Ces, mana ada mainin orang beliin jam tangan edisi terbatas? Mahal cuy, yakali buat mainan sampe mau keluar duit segitu banyak." ucap Zara
"Kita kan nggak tahu Ra gimana pemikiran dia sama Odel. Dia udah dewasa bukan anak-anak kek kita."
"Mereka ngomongin apa sih?" gumam Aston penasaran.
Dia berjalan mendekat hingga hampir sampai di dekat mobil Odelia.
"Nggak, om tampan gue nggak bakal kaya gitu." ucap Odelia.
Deg!
Jantung Aston serasa berhenti berdetak saat Odelia mengatakan 'om tampan'. Dia menghentikan langkahnya saat jaraknya dan Odelia tinggal satu meter lagi.
"Odelia lagi deket sama seseorang?" batin Aston sedikit kecewa.
"Udah deh, gue mau pulang. Pusing mikirin dia." ucap Odelia.
Aston segera pergi dari sana sebelum Odelia dan kedua temannya mengetahui keberadaannya. Dia bersembunyi dibalik mobil entah milik siapa sampai mobil Odelia pergi meninggalkan parkiran.
Aston berdiri sambil menatap mobil hitam Odelia yang perlahan menjauh. Dia memegangi dada kirinya yang terasa sakit.
"Ternyata selama ini usaha gue nggak ada artinya buat lo ya Del?" gumam Aston.
Dia mendengus pelan sambil menggelengkan kepalanya.
"Kenapa lo nggak bilang dari awal Del?"
Hati Aston sakit saat mengetahui fakta ini. Pantas saja sejak awal dia mendekati Odelia, dia seperti hanya berjuang sendiri. Ternyata sudah ada orang lain yang disukai Odelia.
Namun yang membuat Aston bertanya-tanya adalah kenapa Odelia memanggilnya dengan sebutan om? Apakah usianya terpaut jauh dari usia mereka?
Odelia melajukan mobilnya menuju rumahnya, namun belum sampai di komplek perumahan miliknya dia menepikan mobilnya lalu berhenti di taman.
"Beli itu kayanya enak." gumam Odelia.
Dia turun dari mobil kemudian menghampiri penjual jajanan.
"Pak, mau telur gulunya sepuluh tusuk ya." ucap Odelia.
"Iya neng, sebentar ya."
Sebari menunggu telur gulungnya jadi, Odelia melipir menuju penjual es krim beberapa hari lalu kemudian membeli satu cup.
"Dari pada galau mending jajan." gumam Odelia.
Setelah membayar jajanannya, dia duduk dikursi taman itu kemudian menikmati telur gulung dan es krimnya.
"Apa bener yang dibilang Cessa kalo om Edgar cuma mainin gue?" gumam Odelia.
"Ish, jadi kepikiran terus kan gue?" kesalnya.
Odelia memakan telur gulung itu sekali lahap hingga mulutnya penuh. Semakin dia mencoba berpikir yang baik-baik, justru pikiran buruk yang muncul di kepalanya.
Drrtt.
Drrtt.
Odelia terkejut saat ponsel disakunya bergetar, dia meletakkan cup es krimnya lalu mengambil ponselnya.
"Mamah." gumam Odelia.
"Halo mah."
"Kamu dimana, kok belum pulang?"
"Jajan dulu ditaman, ada apa sih?"
"Ini ada paket buat kamu, mama juga nggak tau isinya apa. Cepet pulang, dari sekolah ilmunya di bawa pulang dulu jangan keluyuran."
"Iya ya, Odel pulang sekarang."
Tut.
Odelia mendesah kasar saat mendengar omelan mamanya, dia kembali memakan sisa terlur gulung dan es krimnya kemudian pulang.
Sampai di rumahnya, dia segera masuk ke dalam.
"Mah, mamah." panggil Odelia.
"Nyonya di kamar non." ucap bik Ratih.
"Makasih bik."
Odelia pergi menaiki anak tangga kemudian pergi menuju kamar mamanya yang berada di sisi kanan bangunan masion itu.
Tok.
Tok.
Ceklek.
Odelia membuka pintu kamar mamanya.
"Pulang juga kamu ya." ucap Tessa.
"Mana paketnya?" tanya Odelia sambil menadahkan tangannya.
"Di kamar kamu. Beli apa sih kok kecil gitu?"
Odelia bingung mau menjawab apa, pasalnya dia sama sekali tak membeli apapun.
"Ada deh. Ya udah Odel ke kamar dulu."
Balm.
Odelia berlari menuju kamarnya, sampai di dalam dia menutup pintu kemudian menatap paket yang ada di atas nakasnya.
"Apa ini." gumamnya.
Odelia lekas mengambil cutter kecil lalu membuka isi paket itu. Dia terkejut saat mendapati sebuah kotak kecil lalu membukanya.
"Surat?"
Odelia membuka lipatan kertas itu, dia mulai membaca isi dari surat itu.
'Datang ke apartemenku nanti malam. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Edgar'
Odelia tersenyum lalu menempelkan kertas itu ke keningnya.
"Astaga, om. Kenapa pake surat kaya gini segala sih? Tinggal chat atau telepon kan bisa." gumam Odelia.
"Eh tapi tunggu dulu, ini beneran dari om Edgar kan?"
Untuk memastikannya, Odelia mengambil ponselnya lalu menghubungi nomor Edgar.
"Halo gadis kecil? udah terima paketnya?"
Odelia tertawa pelan. "Jadi beneran dari om? Terus, kapan om pulang?"
"Iya, aku sampai siang tadi. aku tunggu nanti malam."
Odelia tersipu malu, Edgar ini romantis sekali.
"Iya, emang mau ngomongin apa sih om?"
"Rahasia dong."
"Iya, kalo gitu Odel tutu dulu. Bay om."
"Bay gadis kecil."
Tut
"AAAAA."
Odelia memekik sambil berguling-guling diatas ranjangnya.
"Jangan dia mau nembak gue lagi." pikir Odelia.
"Aduh, gue nggak sabar buat nanti malem." gumam Odelia.
Senyum Odelia tak pernah luntur sambil memegang surat yang ada tulisan tangan milik Edgar.