Seorang wanita miskin bernama Kirana secara tidak sengaja mengandung anak dari Tuan Muda Alvaro, pria tampan, dingin, dan pewaris keluarga konglomerat yang kejam dan sudah memiliki tunangan.
Peristiwa itu terjadi saat Kirana dipaksa menggantikan posisi anak majikannya dalam sebuah pesta elite yang berujung tragedi. Kirana pun dibuang, dihina, dan dianggap wanita murahan.
Namun, takdir berkata lain. Saat Alvaro mengetahui Kirana mengandung anaknya. Keduanya pun menikah di atas kertas surat perjanjian.
Apa yang akan terjadi kepada Kirana selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Wanita Masa lalu
Ruangan penuh sesak oleh wartawan. Kilatan kamera berulang kali menyambar, suasana riuh dengan pertanyaan yang saling tumpang tindih. Artikel gosip yang menyudutkan Kirana sudah menjadi berita nasional, membuat nama Alvaro dan keluarganya terus diperbincangkan.
Hari itu, untuk pertama kalinya, Alvaro memutuskan menggelar konferensi pers.
Pintu ruangan terbuka. Alvaro melangkah masuk dengan jas hitam rapi, wajahnya tegas, dingin, namun jelas ada ketegangan di sorot matanya. Semua wartawan berdiri, kamera langsung mengarah padanya.
“Alvaro! Apakah benar foto itu?!”
“Siapa wanita dalam foto? Simpananmu?”
“Bagaimana dengan tunanganmu, Clarissa?”
Alvaro mengangkat tangannya, memberi isyarat agar ruangan tenang. Suaranya berat dan penuh tekanan saat berbicara.
“Selama ini, ada banyak kabar yang beredar. Fitnah, gosip, tuduhan yang menghina perempuan yang tidak bersalah.” Ia menatap para wartawan satu per satu, lalu menundukkan kepala sejenak sebelum melanjutkan.
“Wanita itu…” ia berhenti sebentar, menarik napas panjang, lalu menegakkan bahu. “Wanita dalam foto itu adalah istriku yang sah. Dan anak yang kalian bicarakan adalah darah dagingku.”
Ruangan sontak riuh. Para wartawan berebut melontarkan pertanyaan, kamera tak henti memotret. Namun Alvaro tidak berhenti.
“Aku tidak akan diam saat istriku disebut murahan. Aku tidak akan tinggal diam saat anakku dihina. Mulai hari ini, aku ingin kalian semua tahu—mereka adalah keluargaku, dan aku akan melindungi mereka.”
Suasana mendadak berubah. Ada yang tercengang, ada yang segera menulis berita kilat.
Di balik layar televisi rumah, Kirana menyaksikan semuanya. Ia menutup mulutnya dengan tangan, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. Untuk pertama kalinya, Alvaro mengakuinya di depan dunia.
Arya menggeliat kecil di pelukannya, seakan merasakan getaran emosi ibunya. Kirana mengecup kening bayinya dengan suara bergetar, “Papa-mu mengakui kita, Nak.” ucapnya terharu. Namun juga khawatir menyelimuti hatinya. Setelah semua orang tahu siapa dia dan anaknya, mungkin semua badai akan berhenti disiani?
...----------------...
Keesokan harinya setelah konferensi pers, berita Alvaro memenuhi semua media utama. Tajuk besar terpampang di layar televisi, koran, hingga trending topic media sosial:
“Alvaro Wilantara Akui Istri dan Anak: Siapa Sebenarnya Kirana?”
“Dari Simpanan Jadi Nyonyanya: Fakta Hubungan Alvaro dan Kirana Terungkap.”
Publik yang awalnya menuduh Kirana sebagai perusak hubungan, kini mulai membuka mata. Mereka melihat sikap Alvaro yang tegas membela istri dan anaknya. Dukungan mengalir deras, terutama dari kalangan ibu-ibu dan netizen perempuan.
“Kalau dia istrinya yang sah, kenapa harus dihina? Kasihan Kirananya.”
“Pantas aja Clarissa marah-marah, ternyata dia cuma tunangan bayangan.”
“Respect sama Alvaro, akhirnya berani ngaku di depan umum.”
Tagar #DukungKirana trending di media sosial. Banyak akun gosip yang sebelumnya menyerang, kini ikut mengunggah foto Kirana bersama bayi Arya dengan caption mendukung.
Sementara itu, serangan justru berbalik kepada Clarissa. Masa lalunya mulai dikuliti: statusnya yang hanya tunangan, sikapnya yang arogan, bahkan ada rekaman video saat ia memaki Kirana di sebuah acara kecil yang tiba-tiba tersebar luas. dan bahkan beberapa video Clarissa yang menyiksa pelayan juga ikut tersebar. Sikapnya yang temperamen membuat Netizen tanpa ampun menjadikannya bahan hujatan.
“Pantes aja ditinggalin, kelakuannya nyebelin banget.”
“Bisa-bisanya hina ibu yang lagi bawa bayi.”
“Karma instan, Clarissa turun tahta.”
Clarissa yang selama ini terbiasa dielu-elukan sebagai calon nyonya Wilantara, kini justru menjadi bulan-bulanan publik. Semua kontrak kerjasamanya dengan brand mulai dipertanyakan, beberapa bahkan dibatalkan.
Di sisi lain, Kirana masih belum sepenuhnya tenang. Meski dukungan publik membuat hatinya sedikit lega, trauma dari gosip sebelumnya masih menghantui. Namun, kali ini ia tidak lagi sendirian. Ada Alvaro yang berdiri di sampingnya, terang-terangan menyebut dirinya sebagai istri.
Dan itu, untuk Kirana, sudah lebih dari cukup untuk bertahan bersama Alvaro.
Hari itu, suasana rumah mulai kembali normal setelah berbagai badai gosip. Kirana duduk di ruang tamu, menggendong Arya yang tertidur pulas. Senyumnya tipis, ada ketenangan yang mulai ia rasakan, meski sesekali masih dihantui rasa takut kehilangan.
Namun, ketenangan itu mendadak pecah ketika seorang tamu tak terduga muncul di depan pintu.
Seorang wanita berpenampilan elegan, dengan gaun sederhana namun anggun, nampak berdiri di depan pintu. Tatapannya tajam, penuh penyesalan yang sulit disembunyikan.
Kirana menoleh ke arah Alvaro yang tampak tertegun. Rahangnya mengeras, seolah tidak percaya dengan sosok yang kini berdiri beberapa langkah di depannya.
“Alvaro…” suara wanita itu lirih, nyaris bergetar. “Aku… datang untuk meminta maaf.”
Kirana diam, jantungnya berdetak tak karuan.
Wanita itu melangkah lebih dekat, matanya basah. “Aku bodoh telah mengkhianatimu dulu. Aku salah memilih jalan. Tapi sekarang aku ingin menebus semuanya… aku ingin kembali, jika kau masih memberiku kesempatan.”
Deg.
Hati Kirana langsung bergetar sesak.
Kata-kata itu jatuh begitu saja, berat dan menusuk. Kirana merasakan seakan udara di sekelilingnya menipis.
Walaupun ia tidak tau siapa wanita itu, namun melihat tatapan Alvaro kepada wanita itu, membuat Kirana langsung berpikir bahwa wanita itu mungkin wanita yang cukup penting bagi Alvaro.
Sementara, Alvaro sendiri terdiam. Wajahnya kaku, sulit terbaca. Tapi bagi Kirana, justru diam itulah yang membuat hatinya mulai goyah—karena ia tidak tahu apa arti dari keheningan itu.
.
.
.
Bersambung.