NovelToon NovelToon
Bukan Dukun Beneran

Bukan Dukun Beneran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Senja

_Simple Komedi horor_

Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penculik Datang

Udara siang itu terasa hangat, disapu angin sepoi yang lewat dari pintu masjid yang terbuka. Alsid melangkah masuk lebih dulu, menanggalkan sepatunya di rak, lalu mengambil satu sajadah yang tergulung rapi di pojok. Ia memilih duduk di saf kedua, menunggu sebentar sambil merapikan posisi kain sajadahnya.

Beberapa jamaah yang terlambat shalat Dzuhur bergegas masuk. Ada yang sudah berdiri di saf depan, ada juga yang merapat di sebelah Alsid. Seorang pria berusia sekitar tiga puluhan kemudian maju menjadi imam.

Tanpa banyak pikir, Alsid pun berdiri, menyusul jamaah lain. Gerakannya mantap, seirama dengan jamaah yang lain.

"Allahu akbar…" suara imam menggema.

Shalat berlangsung khusyuk. Dalam rukuk dan sujudnya, Alsid sempat berpikir soal rencana mereka setelah ini. Mungkin makan bakso? Atau langsung pulang kosan? Atau pergi ke market untuk membeli stok di kulkas mereka yang menipis? Tapi dia juga merasa, entah kenapa, ada yang ganjil. Perasaan itu seperti ada sesuatu yang tertinggal.

Saat salam terakhir terucap, Alsid menoleh ke kanan dan kiri, membalas senyum salah satu jamaah. Namun begitu matanya menyapu seluruh ruangan, ia mengernyit. Demian tidak terlihat. Bahkan di saf paling belakang pun kosong.

Mungkin dia nggak ikut jamaah. Mungkin shalat sendiri, udah selesai duluan, pikir Alsid mencoba menenangkan diri.

Ia melipat sajadah dan mengembalikannya ke tempat semula, lalu keluar melalui pintu utama. Teras masjid siang itu sepi. Hanya ada beberapa sandal dan sepatu yang tersisa di rak. Angin membawa aroma khas masjid — campuran karpet, kayu dari pintu, dan sedikit wangi karbol atau cairan pengepel lantai.

Ia turun dari beberapa anak tangga, menuruni pelataran masjid yang mengarah ke parkiran. Matanya mencari-cari sosok berambut keemasan yang sudah dikenalnya baik itu. Tapi tidak ada.

Mungkin dia udah di mobil.

Dengan langkah mantap, Alsid menuju mobilnya. Tapi saat jarak tinggal beberapa meter, langkahnya otomatis melambat. Matanya langsung menangkap sesuatu yang membuat dadanya terasa dingin. Mobilnya… kosong.

Ia cepat-cepat memeriksa pintu. Masih terkunci. Kursi pengemudi kosong, kursi penumpang kosong, dan tidak ada tanda-tanda tas atau barang lain yang berpindah.

"Dem…" gumamnya, agak tercekat.

Sesuatu di otaknya mulai menjerit. Ia melangkah mundur, lalu memutar badan, menatap ke arah parkiran yang mulai lengang. Saat matanya menunduk, ia terpaku.

Kunci mobilnya. Tergeletak begitu saja di aspal.

Alsid membungkuk cepat, memungut kunci itu. Tangannya gemetar. Nafasnya terasa berat. Otot rahangnya mengeras. Ia tidak bodoh — kunci mobil tidak mungkin jatuh sendiri. Dan kalau pun jatuh, Demian pasti akan mengambilnya untuk dibawa sendiri.

Artinya… seseorang mengambil Demian, hingga ia panik dan benda ini terjatuh begitu saja tanpa sempat ia memungutnya.

Ia menatap sekeliling, mencoba menemukan petunjuk. Tapi parkiran itu sudah hampir kosong. Beberapa motor lewat, suara klakson mobil terdengar jauh di luar gerbang masjid. Tidak ada yang mencurigakan.

Langkahnya mulai mondar-mandir. Dia mencoba mengingat kejadian terakhir — Demian yang ia suruh menaruh hp di mobil, lalu menghilang.

"Jangan-jangan…" pikirannya langsung melompat pada hal yang selama ini ia takutkan. Jangan-jangan ini kerjaan dukun yang merasa tersaingi oleh kehadiran mereka…

Memikirkannya saja membuat tengkuknya panas. Tapi apakah benar itu para dukun? Masa' mereka senekad itu menculik Demian? Tapi ini adalah salah satu dugaan yang masuk akal, karena Alsid tak merasa ada musuh selain para dukun.

Ia berjalan mengelilingi area sekitar, memeriksa sudut-sudut masjid, bahkan bolak-balik mengetuk toilet masjid dan memeriksa ulang ke tempat wudhu, bahkan ke arah jalan kecil di samping. Tapi nihil. Tak ada jejak Demian. Tak ada teriakan minta tolong. Tak ada siapa pun yang melihat kejadian aneh.

Peluh mulai membasahi pelipisnya. Sinar matahari yang memantul dari aspal membuat matanya perih.

Akhirnya, setelah hampir setengah jam berkeliling tanpa hasil, ia berhenti di depan mobilnya lagi. Nafasnya tersengal. Kalau terus nyari kayak gini, malah muter-muter gak jelas. Gue harus pulang… pikirin langkah selanjutnya.

Dengan enggan, Alsid masuk ke mobil dan melajukan kendaraan menuju kosan. Perjalanan pulang terasa lebih lama dari biasanya, meski jalanan relatif lengang. Sepanjang jalan, pikirannya hanya berputar pada satu nama: Demian.

Begitu sampai di depan kosan, ia memarkir mobil dengan kasar. Pintu kosan terbuka sedikit, menandakan seseorang ada di dalam. Dan benar saja, begitu masuk, Celia sudah berdiri di ruang tengah, sambil tersenyum menyambut Alsid.

"Selamat datang." sapanya santai.

Alsid tidak membalas. Ia hanya menutup pintu dan berjalan melewatinya.

"Lho? Kok diem aja? Apa aku masih gak kelihatanya?" Celia memiringkan kepala dengan bingung.

Akhirnya Alsid berhenti. "Demian diculik."

Celia berkedip. Lalu… tertawa.

Alsid langsung menoleh tajam. "Lu pikir gue bercanda?!"

"Haha, maaf maaf.. Aku gak bermaksud begitu kok. Tapi.. memangnya siapa yang mau nyulik kalian? Muka kalian aja kayak orang jahat, dan Demian... dia makannya banyak. Nanti penculiknya malah rugi." ucap Celia, membuat Alsid menyipitkan matanya, menatap Celia dengan sinis.

"Ya, maksud aku gak begitu. Aku ngerasa Demian... Dia baik-baik aja, Aku liat dia aman." jawab Celia dengan nada yakin. Matanya sedikit menyipit, seolah fokus pada sesuatu yang tak terlihat oleh orang biasa. Ia sedang menerawang.

"Syirik banget kalau gue percaya ucapan setan." Alsid menggerutu sambil menjatuhkan diri ditikar tempatnya bekerja menjadi dukun. "Yang jelas, kunci mobil gue jatuh di parkiran masjid, dan Demian ilang. Itu fakta, bukan halusinasi. Demian ilang, dan itu yang terjadi."

Celia menghela napas panjang. "Alsid, kalau pun dia beneran dibawa orang, aku yakin dia bisa jaga diri. Dia kan Demian, bukan kamu."

Alsid menyelis merasa tersinggung. "Lu pikir gue bego? Justru itu masalahnya," balas Alsid cepat. "Kalau yang bawa dia orang biasa, gue gak akan segini paniknya. Tapi kalau yang bawa dia dukun saingan gue… gimana? Sedikit banyaknya pasti mereka tau tentang gue dan juga Demian. Apa pas mereka nerawang, mereka juga liat cahaya indigo Demian, makanya mereka nyulik tu anak karena mikir, Demian adalah dukun di balik layar."

"Atau... mereka nyulik buat minta tebusan karena mikir gue dukun yang udah tajir karena banyak pelanggan?" lanjut Alsid, dengan spekulasinya sendiri.

Celia hanya mengangkat bahu. "Sebenarnya itu gak masuk akal sih, kayak kepanikan orang gila. Daripada negatif thinking begitu, gimana kalau aku liatin dunia gaib ke kamu?"

"Nggak perlu," potong Alsid. "Gue lebih percaya mata gue sendiri daripada omongan lo yang penuh embel-embel mistis."

Percakapan itu menggantung. Alsid memijat pelipisnya, mencoba mengatur napas.

Tiba-tiba, suara mesin mobil terdengar di luar. Alsid mendongak.

Ia bangkit, melangkah ke jendela, dan mengintip. Matanya langsung membulat. Sebuah mobil berhenti agak jauh dari kosan. Bentuknya… ia kenal. Terlalu kenal.

Jantungnya berdegup keras. Ia menggenggam kedua tangannya erat-erat.

Mobil itu… milik Kirana.

Bersambung…

1
Ika Ratnasari
up kk😍😍😍
Nurindah
kak kurang panjang bab nya tp gpp asal bisa up tiap hari aku udh seneng sih
Nana Colen
kirana kah yang nyelametin demian 🤔🤔🤔
a_
/Smile/
Nurindah
/Heart/
Nana Colen
aduuuuh alsid kho usil banget siiiih... itu kaya nyakeluarganya alsid deeeh
Rizka Yuli
bagus ceritanyaa,bikin penasaran
Nurindah
suka ama karakter celin...😍😍😍
Ika Ratnasari
next... 😍😍😍
Nana Colen
tenang alsid sekarang udah tambah personil lagi pasti dibantuin... emang begitulah resikonya jd dukun alsid.
kalou gak kena pasien akan ngebalik ke yang ngobatin maka jangan main main dengan peran dukun karena itu akan kembali ke kita kalau kekuatanya lebih kuat dari kita
Nasya nindi Nasya
alur ceritanya seru. ngk bertele.. ni rekomended buat yg suka humor plus horor
Nasya nindi Nasya
apa cewek yg di bawak sma papanya alshid itu yg ngirimin soalnya kan si demian bisa lihat tatap matanya si cwek... semoga makin rame yg membaca. saolnya ceritanya seru
Ayanii Ahyana
cerita swbagus ini kenaaaapaa sepoy sihhh
Ayanii Ahyana: iyaaaaa.. kita yg srius baca jdi kpikiran endingnya
Nurindah: mungkin masih pada trauma kali kak soalnya novel sebelum2 nya ngk sampai tamat aku aja ngarep bgt untuk cerita yg ini mudah2 an bener2 sampai tamat
total 2 replies
a_
/Facepalm//Facepalm/
Nurindah
kan kan kan.... suka bgt ama alurnya pasti banyak hal lucu ntar kalau mereka selalu berinteraksi degan boneka itu apa lagi kalau ada nahera pasti tambah kocak lagi
Nana Colen
aduuuuh di alsid cari gara gara niiiih
Ayanii Ahyana
apalah si alsid ini ktanya mau bantu malah mau ngebakar 😅😅
Rizka Yuli
deg deg,an banget rasanya
semangat terus KA rimaaa, penasaran banget kelanjutan nyaa.
Nana Colen
tegang banget bacanya...
Ika Ratnasari
deg2 an... padahal bacanya siang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!