Desa Tirto Wening adalah sebuah desa yang ada di pelosok sebuah wilayah Kabupaten. Dipimpin oleh seorang pemimpin berdarah biru yang merupakan keturunan bangsawan keraton, desa itu terkenal dengan kemakmuran warganya.
Mahesa Narendra, pria tampan yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan sang Ayah di Desa Tirto Wening, di minta untuk menikahi seorang gadis, putri dari sahabat Ayahnya.
Pak Suteja, sahabat sang Ayah, meminta Raden Mas Mahesa untuk menikahi putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Semua itu Pak Suteja lakukan untuk melindungi putri semata wayangnya dari keluarga yang sedang memperebutkan harta waris.
Bagaimanakah romansa di antara keduanya?
akankah mereka berdua hidup bahagia?
apakah Anaya akan betah tinggal bersama suaminya di desa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GoodHand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Pabrik Produksi
Seperti keinginan Anaya, keesokan paginya mereka semua berpamitan pada Simbok untuk kembali ke desa Tirto Wening.
"Kamu mau kemana, Sayang?." Tanya Raden Mas Mahesa saat melihat istrinya sudah bersiap - siap hendak pergi.
"Mau ke pabrik pengolahan, Raden Mas." Jawab Anaya.
"Memang gak capek? Baru tadi siang kita sampai, sore ini kamu sudah mau ke pabrik." Tanya Raden Mas Mahesa.
"Aku cuma mau lihat saja kok, Raden Mas. Kata Ibu, ada pesanan dua ratus pack Teh Bunga Telang dan tiga ratus pack Teh Rosella. Aku juga mau mencoba rasa keripik okra dan keripik sayuran yang sudah jadi." Jawab Anaya dengan wajah sumeringah.
"Yasudah. Mau aku antar, Dek Ayu?" Tanya Raden Mas Mahesa lagi.
"Gak usah, Raden Mas. Raden Mas istirahat saja, pasti capek sekali. Lagi pula selama di Kota, Raden Mas juga kurang istirahat." Jawab Anaya.
"Hati - hati, ya. Ajak Mbak Tika, jangan sendirian." Pesan Raden Mas Mahesa.
"Njih, Sayang. Aku pergi dulu ya, Raden Mas. Assalamualaikum." Pamit Anaya sambil menyalami suaminya.
"Waalaikumsalam. Cium dulu, Dek Ayu." Pinta Raden Mas Mahesa yang masih menahan tangan istrinya.
Anaya pun tersenyum, lantas mengecup kedua pipi dahi dan bibir suaminya. Raden Mas Mahesa pun membalas dengan kecupan yang sama di wajah dan bibir istrinya. Setelahnya, ia memeluk erat tubuh Anaya.
"Aku cuma mau ke Pabrik, Raden Mas. Kok seperti mau berpisah lama." Kekeh Anaya yang menular pada Raden Mas Mahes.
"Iya, yasudah hati - hati." Ujar Raden Mas Mahesa yang kemudian melepaskan pelukannya.
Sesuai dengan perintah suaminya, Anaya pergi ke Pabrik pengolahan yang berada tak jauh dari rumah Kanjeng Gusti bersama Mbak Tika dan Raka yang mengantar mereja menggunakan mobil.
Awalnya Anaya ingin naik motor saja bersama Mbak Tika, namun Raden Mas Mahesa melarang karena melihat awan mendung yang sudah bergelayut.
Sesampainya di Pabrik, Anaya langsung pergi ke gudang penyimpanan untuk melihat bahan baku dan hasil produksi. Karna sudah sore, produksi di Pabrik tentu saja sudah selesai.
Anaya dengan teliti memeriksa satu persatu bahan baku produksi yang tersedia disana. Sesekali, ia juga bertukar pendapat dengan Mbak Tika yang juga mengerti banyak tentang kualitas bahan baku.
Raka sendiri hanya bisa membuntuti sambil sesekali mengambil foto dan vidio Anaya untuk di kirimkan pada Raden Mas Mahesa.
"Raka! Kamu ngapain? Kamu diem - diem fotoin Raden Ayu, ya?" Tegur Mbak Tika.
"Eh, anu itu... Iya, Mbak. Ngapunten, Raden Ayu. Saya di suruh Raden Mas buat fotoin dan vidioin Raden Ayu." Jawab Raka sambil menggaruk pelipisnya yang sebenarnya tak gatal.
"Eleh, ojo ngapusi! (Halah, jangan berbohong!)" Kata Mbak Tika yang tak percaya begitu saja.
"Ya Allah, Sumpah, Mbak, Raden Ayu. Aku ra ngapusi! Yo ra wani to aku moto Raden Ayu nak ora di kongkon Raden Mas. Iso - iso, aku di sembeleh karo Raden Mas. Iki wae jare Raden Mas, kon langsung ngapus foto karo vidio Raden Ayu nak wes di kirim. (Ya Allah, Sumpah, Mbak, Raden Ayu. Aku gak bohong! Ya gak berani to aku memfoto Raden Ayu kalau gak di suruh Raden Mas. Bisa - bisa, aku di sembelih sama Raden Mas. Ini saja kata Raden Mas, suruh langsung menghapus foto dan vidio Raden Ayu kalau sudah di kirim.)" Jawab Raka sambil menunjukkan chat yang di kirim oleh Raden Mas Mahesa pada Anaya.
Anaya hanya bisa tertawa geli melihat chat antara Suaminya dan Raka. Ia kemudian mengembalikan ponsel Raka setelah mengonfirmasi kebenarannya.
"Raden Mas ini, ada - ada saja ulahnya." Ujar Anaya sambil kembali melanjutkan kegiatannya bersama Mbak Tika.
Setelah puas memeriksa bahan baku, Anaya kini berpindah ke gudang hasil produksi. Di sana, sudah ada beberapa pack Teh Bunga Telang dan Teh Rosella yang sudah di kemas.
Anaya tersenyum puas setelah memeriksa hasil poduksi teh yang sudah mulai di pasarkan beberapa waktu lalu. Kini, ia beralih mencoba keripik okra dan sayuran yang baru mulai uji coba produksi hari ini.
Anaya mencoba keripik sayur yang menurutnya sudah terasa enak dan sesuai dengan ekspektasinya. Begitu juga dengan keripik okra yang juga sudah pas tingkat kekeringannya.
Tak lupa, Anaya juga meminta Mbak Tika dan Raka mencicipi keripik hasil produksi pabrik. Pendapat Mbak Tika dan Raka pun sama. Mereka bilang kalau keripiknya sudah pas dan enak di makan karena tidak keras.
"Raden Ayu gak mau bawain Raden Mas keripiknya untuk di cicipi?" Tanya Raka.
"Tentu saja, baru mau aku ambilkan. Memangnya kenapa, Ka?" Tanya Anaya.
"Anu itu, Raden Ayu. Jaka juga mau mencicipi katanya." Ujar Raka sambil cengar - cengir.
"Bilang saja kalau kamu kurang nyicipinnya, Ka." Kata Mbak Tika.
"Ya kalau Raden Ayu mau ngasih aku sekalian juga, aku gak bakal nolak." Kekeh Raka.
"Yasudah, bawa ini untukmu dan Jaka. Ini Mbak Tika tolong yang lain juga di kasih cicip." Ujar Anaya sambil memeberikan beberapa bungkus keripik yang masih di kemas plastik.
"Matur Suwun, Raden Ayu." Ujar Raka yang nampak girang.
"Raden Ayu, kalau sudah, sebaiknya kita pulang. Sudah mau surup dan itu petirnya sudah mulai bergemuruh." Ajak Mbak Tika.
"Iya, ayo kita pulang." Ujar Raden Ayu.
"Raka, tolong kunci pintu gudang penyimpanan, ya. Pastikan semuanya terkunci sebelum mengunci pintu pabrik." Titah Anaya.
"Sendiko dawuh, Raden Ayu." Jawab Raka yang langsung menjalankan tugas dari Anaya.
Anaya sendiri langsung menuju ke mobil bersama Mbak Tika sembari menunggu Raka mengunci Pabrik.
Anaya meminta untuk mampir sebentar ke rumah Kanjeng Gusti sebelum pulang. Raka pun menuruti perintah Anaya dan membawanya menuju ke rumah Kanjeng Gusti.
"Assalamualaikum, Bu." Anaya menemui Ibunya yang sedang berada di pendopo kecil.
"Waalaikumsalam. Loh, dari mana, Raden Ayu? Sini - sini, Nduk." Ujar Gusti Ayu.
"Dari Pabrik, melihat bahan baku produksi dan juga keripik hasil produksi hari ini." Jawab Anaya.
"Bagaimana rasanya? Menurut Romo, sudah enak dan pas rasanya. Sayurannya juga tidak keras dan pas tingkat kematangannya." Kata Gusti Ayu yang terlihat senang.
"Alhamdulillah, memang enak, Ibu." Jawab Anaya.
"Wah! Maa Syaa Allah, kamu memang pintar meracik resepnya, Raden Ayu." Puji Gusti Ayu sambil mengusap - usap lembut kepala menantunya.
"Alhamdulillah, Bu. Masih harus belajar lagi, supaya produknya bisa bersaing di pasaran." Jawab Anaya.
"Kapan kemasan keripiknya sampai?" Tanya Gusti Ayu.
"In Syaa Allah besok siang, Bu." Jawab Anaya.
"Alhamdulillah. Kalau begitu, lusa sudah bisa di pasarkan. Oh iya, mengenai pesanan Teh yang baru masuk, sepertinya bahan baku di gudang, kurang. Tadi Andini melaporkannya pada Ibu." Kata Gusti Ayu.
"Njih, Bu. Aku juga sudah mengecek tadi, dan sepertinya bahan baku yang ada hanya cukup memenuhi setengah pesanan." Jawab Anaya.
"Walah! Lalu bagaimana, Raden Ayu?" Tanya Anaya.
"Nanti coba aku minta bantuan Raden Mas, Bu. Katanya di desa tetangga ada banyak Bunga Telang dan Rosella." Jawab Anaya.
"Bagus! Lebih cepat, lebih baik. O iya, apa kamu mau melihat buku laporan yang di kerjakan Andini. Andini baru saja masuk ke kamarnya setelah menemui Ibu untuk memberi tau catatan laporan." Kata Gusti Ayu.
"Tidak usah, Bu, besok saja. Biarkan Andini beristirahat, kasihan dia pasti lelah mengurus Pabrik." Jawab Anaya yang membuat Gusti Ayu tersenyum.
Setelah berbincang sebentar, Anaya pun berpamitan pulang karena gerimis yang mulai turun.