NovelToon NovelToon
Buku Nabi

Buku Nabi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:627
Nilai: 5
Nama Author: Equinox_

Sebagai pembaca novel akut, Aksa tahu semua tentang alur cerita, kecuali alur ceritanya sendiri. Hidupnya yang biasa hancur saat sebuah buku ungu usang yang ia beli mengungkap rahasia paling berbahaya di dunia (para dewa yang dipuja semua orang adalah palsu).

Pengetahuan itu datang dengan harga darah. Sebuah pembantaian mengerikan menjadi peringatan pertama, dan kini Aksa diburu tanpa henti oleh organisasi rahasia yang menginginkan buku,atau nyawanya. Ia terpaksa masuk ke dalam konspirasi yang jauh lebih besar dari cerita mana pun yang pernah ia baca.

Terjebak dalam plot yang tidak ia pilih, Aksa harus menggunakan wawasannya sebagai pembaca untuk bertahan hidup. Ketika dunia yang ia kenal ternyata fiksi, siapa yang bisa ia percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Equinox_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mr. A Mr. B Dan Putri Salju

Bar 24 jam yang berada di Distrik 7, setiap malam akan gaduh dengan penuh canda tawa. Tak jarang, canda tawa itu berubah menjadi pertarungan yang intens antar-pengunjung bar.

Malam ini, pukulan demi pukulan telah melayang, memenuhi seisi ruang bar.

Pelayan bar yang menyeka gelas bersih hanya fokus mengerjakan kerjaannya. Dia mungkin sudah terbiasa dengan atmosfer seperti ini hingga ia tak peduli lagi apa yang terjadi ke depannya pada bar ini.

“Brengsek! Kau beraninya meniduri Avina!” seru seseorang dengan muka seram, melayangkan tinjunya menuju sasarannya.

“Ya! Pukul dia! Jangan kasih kendor!” seru para penonton sambil memegang gelas yang dipenuhi oleh bir.

Ketika pria itu meninju sasarannya, ia melesat dengan sangat cepat hingga korbannya terkena telak dan sedikit terlempar.

Orang yang terkena pukulan itu membalikkan tubuhnya dengan memutar dan menyikut pria berwajah seram itu.

“Kenapa aku menidurinya? Tentu karena aku ingin! Hahaha!” Tawanya menggelegar setelah menjatuhkan lawannya dengan satu sikutan.

Semua orang bersorak kegirangan atas pertunjukan perkelahian di bar tersebut.

Di tengah kebisingan dan kedalaman fokus sang pelayan bar, ia tiba-tiba melihat tiga remaja yang muncul entah dari mana.

“Halo, Tuan,” ucap remaja pirang itu.

Pelayan mengernyitkan alisnya dan berhenti menyeka gelas bersih. ”Nak, pulanglah. Tempat ini terlalu berlebihan untuk seorang pria cantik sepertimu.”

“Cantik? Yah, apa pun itu, terserah. Intinya adalah: Fajar Hitam Membelah.”

Muka sang pelayan terheran, bagaimana seorang remaja yang masih memakai seragam akademi mengetahui kode pintu masuk ke Pasar Bawah Tanah. Ia menatap sedikit curiga. “Dari mana kau tahu kata itu, Nak? Itu bukanlah kata sembarang.”

“Itu tak penting. Antarkan kami saja sekarang,” sahut seorang remaja berambut hitam.

Pelayan itu menghela napas panjang dan masih tak percaya dengan apa yang terjadi karena tak sembarang orang yang bisa memasuki tempat itu. Dengan penampilan remaja dan diiringi baju seragam, mereka akan terlihat sangat mencolok dan mudah ditipu oleh pengunjung Pasar Bawah Tanah.

“Baiklah, baiklah.” Ia mengantarkan mereka masuk ke ruangan belakang.

Auriel yang di belakang hanya menyimak sedari awal, terlihat ingin tak mencolok sama sekali, entah apa tujuannya.

Pelayan itu memindahkan sebuah buku dari lemari yang di ruang belakang.

Suara mesin terdengar, menandakan lemari buku itu bergerak membelah sendiri.

“Baiklah, Nak, silakan masuk. Apa pun risikonya, aku tak menanggung, tapi ingatlah satu hal aturan Pasar Bawah Tanah.” Ia perlahan melangkahkan kakinya menjauh. “Jangan pernah mengungkapkan nama aslimu, sekalipun dengan orang yang kau kenal, dan jangan pernah memanggil orang yang kau kenal dengan nama aslinya.”

Auriel, yang sudah paham apa maksudnya, duluan memasuki suatu celah di antara lemari yang terbelah, diiringi oleh teman yang lainnya.

Lalu, ia memencet suatu tombol yang mengakibatkan mereka bertiga bergerak ke bawah dengan cepat, seperti sebuah lift di bangunan mewah.

“Uoh, aku tak menyangka akan ada tempat seperti ini di Distrik 7,” tutur Aksa. Ia merasakan suatu fenomena baru. Seumur hidupnya, ia tak pernah menaiki lift sekali pun.

Walaupun hanya istana dan rumah para bangsawan tinggi yang mempunyai lift, Auriel sendiri belum pernah menaikinya. Dia agak sedikit takut dan kekhawatiran terpampang jelas di matanya, mungkin karena ia takut ketinggian.

Lift berhenti sejenak dan membukakan pintunya dengan sendiri.

Mata mereka melihat pemandangan yang belum pernah mereka lihat sekali pun. Setiap dinding merupakan sebuah ukiran tanah dan batu yang diukir indah.

Dengan lampu remang-remang yang menyinari setiap tempat, itu menjadikan pemandangan yang mereka lihat sangat unik dan membuat mereka takjub.

Aksa melihat ke kanan dan ke kiri, menelaah setiap sudut dan tempat. “Benar-benar di luar akal sehat. Bagaimana tempat seperti ini tepat berada di bawah Distrik 7?”

“Bukankah katamu topeng hal yang wajar dikenakan di sini?” sela Brian, memandang Auriel. ”Lalu, mengapa kita tak memakai topeng?”

Auriel berhenti sejenak dari langkahnya. ”Ah, aku lupa meminta topeng di bar yang tadi.”

“Apa?!” bisik Brian. “Itu, 'kan, bagian yang terpenting?”

“Sial,” desis Aksa. Matanya dengan cepat memindai sekitarnya, melihat orang di sekitar mereka memakai topeng dan penutup wajah. “Kita harus menyembunyikan identitas kita dan mengenakan kembali artefak jubah ini,” serunya, sibuk memperbaiki posisi jubahnya.

Mereka berdua mengangguk setuju dan mengikuti apa yang Aksa lakukan.

“Baiklah, kata orang yang tadi, kita tidak boleh menggunakan nama asli. Mari kita buat penyebutan masing-masing di antara kita,” sahut Auriel.

Setelah berbincang dengan menyembunyikan sosok mereka bertiga, mereka telah memutuskan panggilannya masing-masing. Aksa membuat nama samarannya Mr. A, Brian Mr. B, dan Auriel sedikit berbeda dengan nama samaran Putri Salju.

Mereka melangkahkan kaki dengan mantap, mencari petunjuk terkait pria bertopeng yang pernah mencoba menyerang Kuil Klinx.

Di suatu ruangan yang dipenuhi oleh pria dan wanita bertopeng, mereka sedang menghadiri pelelangan barang-barang ilegal.

Sang pelelang memakai topeng kelinci, berdiri tegak di atas panggung. “Tuan dan Nyonya sekalian, barang lelangan malam ini adalah sesuatu yang akan menggemparkan dunia,” sahutnya, menyeru, lalu terdiam sejenak. ”Tidak... ini akan menggemparkan seluruh umat manusia dan mematahkan kepercayaan para tetua kuil.”

Dia berbalik ke belakang dan menarik tali pendek yang membuat tirai di belakangnya terjatuh.

“Jreng!” Pria bertopeng kelinci itu memperlihatkan sebuah makhluk seperti manusia dengan tinggi sekitar tiga meter dan penuh dengan otot.

Semua orang yang menghadiri benar-benar tercengang. Tak ada keraguan dalam mata mereka yang membohongi ekspresinya.

Ms. Jenna, yang kebetulan datang ke pelelangan itu untuk mendapatkan petunjuk, pun ikut terkaget saat melihatnya. 'Seorang Raksasa?' Matanya bulat, melotot kepada titik di mana raksasa itu diborgol. 'Mustahil! Makhluk itu hanyalah fiksi.'

“Hahaha...” tawa sang pembawa acara. “Tenang, tenang... Tuan dan Nyonya, mungkin beberapa dari kalian menganggap makhluk ini adalah makhluk fiksi dan yang saya tampilkan adalah boneka, 'kan?”

“Tapi tidak seperti itu.” Tangannya menghunuskan pedang dari sabuk pinggangnya dan menusuk kaki sang raksasa.

ARGH!!!

Suara yang sangat keras menggema ke seluruh Pasar Bawah Tanah, dengan gelombang yang memecahkan barang berkaca yang terkena radius jangkauan teriakan raksasa itu.

'Bajingan! Tindakannya benar-benar seperti sampah,' pikir Ms. Jenna.

Ia mencoba mendekati panggung, membelah kerumunan, akan tetapi langkahnya berhenti ketika sang raksasa menatapnya dengan bercucuran air mata.

Hatinya meronta, ingin membebaskan seorang budak. Tentu ini adalah sikapnya sebagai ketua badan penyelidikan kekaisaran.

Tak mungkin bagi seorang yang menjabat itu tak memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi, diiringi oleh sifat patriotisme.

“Baiklah, menurut Tuan dan Nyonya, baiknya saya akan membuka harga budak ini di angka berapa?” seru pria bertopeng kelinci itu.

Semua tamu di pelelangan itu berteriak dengan semangat.

“1000 koin emas!”

“2300 koin emas!”

Masing-masing dari mereka meneriakkan saran harga lelang awal.

“Cukup!” sela sang pembawa acara. “Terima kasih atas antusiasme dari Tuan dan Nyonya. Saya sudah memutuskan untuk memulai dari harga satu juta koin emas.”

Ruangan itu, yang awalnya bagaikan hutan diisi oleh para monyet berisik tak karuan, sekarang seperti badai hutan yang sunyi, tak ada tanda kehidupan.

'Satu juta kau bilang?' Ms. Jenna benar-benar ingin menghunuskan pedangnya.

Akan tetapi, tangannya dihentikan oleh seorang pria berjubah setengah badan.

1
Osmond Silalahi
mantap ini kelasnya
Osmond Silalahi
author, "misteri 112" mampir ya
indah 110
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Taufik: Terimakasih atas feedbacknya
terus tunggu update selanjutnya ^^
total 1 replies
Phedra
Masa sih, update aja nggak susah 😒
Taufik: hehehe tunggu kelanjutannya ya ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!