Terpaksa Menikahi Keponakan Tiriku

_______💜💜💜💜💜_____

"Maaf....

"Hah, maafin mama yah sayang, lagian kamu Yas! Mana bisa anak aku nungguin lemparan bola! Mana ngerti bayi dia belas bulan main lempar-lempar bola. Iseng banget sih jadi orang!" Kesal Kana.

"Ya... Habisnya lo melamun Mulu, enatah apa yang lo lamunkan! Kita liburan buat hepi bukan buat mengenang sesuatu yang nggak jelas!" Balas Yasmin tak kalah kesal dari Kana.

"Lily sayang sini yuk ikut mama, jangan deket-deket sama Tante Yasmin yah. Dia agak gila soalnya." Bisik Kana ditelinga putrinya saat mengambil Lily dari dalam gendongan Yasmin.

Kana pergi meninggalkan Yasmin yang membelalakkan bola matanya.

"Gue denger!" Teriak Yasmin dari arah belakang.

Kana berlari diiringi tawanya terbahak-bahak.

______🌹🌹🌹_____

Disisi lain, Deva sedang ada di ruang kerjanya, bersama istrinya yang lain.

Tiara bergelayut dipangkuan Deva. "Sayang, hmmmm.... Kenapa kamu nggak liburan bareng mbak Kana?"

"Lagi pengen berduaan sama kamu," jawab Deva. Tangan telah bergeliat manja ditubuh Tiara.

"Uhhh... Jangan sayang! Geli!"

"Tapi kamu suka kan?"

"Yahh... Sangat suka." Balas Tiara mengigit telinga Deva.

"Hmmm..." Deva sibuk menghisap bagian dada Tiara.

"Sayang, mama ada dimana?" Tanya Tiara tiba-tiba, disela kegiatan panas mereka.

"Di rumah Sera sayang, ah...ahh..." Desisnya menjawab perkataan Tiara.

Saat merasakan pinggul Tiara menggesek bagian Deva.

"Hah kok bisa?" Tiara memundurkan tubuhnya menjauh dari sentuhan Deva.

"Sayang... Mama Susan ada dirumah Sera. Tenang aja nggak akan kenapa-kenapa, paling lecet dikit." Ucapnya santai.

"Oh iya, yaudahlah kita lanjutkan permainan kita." Bisik Tiara ditelinga suaminya itu.

Mereka saling mengeksplorasi tubuh masing-masing, desahan memenuhi ruang kerja itu.

Di mulai dari di atas kursi, meja, hingga dibawah lantai. Mereka berpindah-pindah tempat dengan gaya berbeda.

"Sayang..uhhhh." lenguhan Deva saat mencapai puncak.

"Ahhhh...." Suara desahan Tiara menutup permainan panas mereka di siang hari itu.

____🌹🌹🌹____

Kembali ke tempat Kana sedang berlibur.

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.

[Sera] : Bersenang-senang? sebentar lagi kau akan kehilangan suamimu! Pulanglah! atau aku akan mendatangi Tiara dan menusuk perutnya.

[Picture]

Kana berharap ucapan Sera tak benar-benar ia lakukan, karena Kana tau Sera itu selalu melakukan apapun yang dia katakan. "Huh, jangan sampai dia menjadi pembunuh." pikirnya

Kening Kana mengerut dalam. " Yas! Sini deh!" Panggilnya.

"Apaan! Gue lagi asik main nih bareng Lily." Jawab Kana sambil mencebikkan bibirnya saat menghampiri Kana.

"Ini si Sera, ngirimin gue foto! Apa gue salah liat yah." Terang Kana menunjukkan pesan dan foto yang masuk di Wa nya.

Mata Yasmin membolak sempurna. " Gila! Ini foto Deva dan Tiara!" Teriaknya.

"Yehh aku juga tau Yas, tapi masa sih Deva doyan Tiara?"

"Ya, emangnya kucing bakal nolak dikasih ikan?" Delik Yasmin melihat respon Kana.

"Hahaha, iya sih." Balas Kana.

"Lah lu nggak cemburu?" Tanya Yasmin.

Kana menggeleng.

"Sedih?"

Kana lagi-lagi menggeleng.

"Marah?"

Kana mengangguk. "Aku marah sih tapi aku bingung. kerna apa?!" Jelas Kana yang menyiratkan tak ada cinta dalam hubungan mereka.

"Kana! Gue bingung, maksud lo apaan sih! Lo nggak cinta gitu sama suami Lo?"

Kana melirik Yasmin lalu tersenyum kecil. "Emangnya perlu aku jelasin ya Yas?"

"Yaiyalah Bambang!" Geram Yasmin.

"Hah, kamu tau kan Deva itu utang nyawa sama kembaran aku?" Ucap Kana lirih.

"Ya, lalu?"

"Aku nggak akan mungkin bisa mencintai orang yang menjadi alasan Stefina mati Yas!" Jelasnya.

"Lu gila kan! Ngapain coba Lo nikah sama Deva sampe punya bayi?"

"Hmmm... Setelah kematian Stefina. Organ dalamnya yang tidak rusak, seperti kedua ginjal di simpan. Lalu.... Deva mendapatkan ginjal itu untuk dirinya. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan disalah satu ginjalnya." Kana menghembuskan nafasnya perlahan. Menatap nanar ke arah lantai.

"Jadi... Lo mainin dia kan?"

"Ya nggak lah! Laknat banget sih pikiran nya." Kana terkekeh.

"Ya terus, kenapa?"

"Yas.... Semenjak kematian Stefina, perasaan iba, sayang dan cinta gue lenyap. Dokter bilang aku sakit. Terlalu banyak kemarahan yang aku tampung, disini." Tunjuk Kana ke dadanya.

Yasmin meraih jemari Kana,. "...." Tak ada sepatah katapun yang lolos dari bibirnya.

Hanya air mata yang menetes dari pelupuk matanya.

"Mungkin aku bisa sembuh setelah membalas dendam atau merelakan semuanya dan hidup dengan tenang." Kana mendongak menatap langit-langit Villa yang menjadi tempat mereka bermalam di Kota Jem.

Yasmin merengkuh tubuh Kana. "Semua akan baik-baik saja, dan kita bisa hidup dengan damai." Bisik Yasmin mengelus punggung Kana.

"Jadi—apa yang akan lo lakuin setelah ini?"

"Yah, berpura-pura nggak tau, tapi aku nggak tau apa aku bisa mengontrol emosiku. Aku harus meminum obatku."

"Sera juga pernah bilang Robert menggilai tubuh Tiara, mungkin Deva juga sedang dalam fase yang sama." Timpal Yasmin.

.

Obrolan mereka terhenti saat telinga mereka menangkap suara Lily.

"Ma–mma.." suara bayi kecil yang sedang berceloteh samar-samar terdengar di telinga mereka.

"Ah Lily, maaf Tante dan mama mu lupa." Cicit Yasmin berlari ke dalam kamar.

Kana menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu. Setelah Yasmin menjauh.

Rahang Kana mengeras tiba-tiba. "Apa aku terlalu baik padamu Tiara? Seharusnya aku lenyapkan saja dirimu yang murahan itu." Tangan Kana mengepal. Ada satu yang tidak Kana ceritakan pada Yasmin.

Sakit yang Kana miliki adalah penyakit mental yang membuat dia tak bisa merasakan sedih, cinta.

Tapi dia merasakan amarah, amarah yang masih dia tumpuk dalam dadanya walau dia tidak pernah tau apa penyebab kemarahan itu ada.

Dendam ataukah cemburu

"Tunggu aku pulang Tiara! Kau—

______🌹🌹🌹🌹🌹______