NovelToon NovelToon
Kultivator Koplak

Kultivator Koplak

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Sistem / Tokyo Revengers / One Piece / BLEACH / Jujutsu Kaisen
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: yellow street elite

seorang pemuda yang di paksa masuk ke dalam dunia lain. Di paksa untuk bertahan hidup berkultivasi dengan cara yang aneh.
cerita ini akan di isi dengan kekonyolan dan hal-hal yang tidak masuk akal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellow street elite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Tubuh Long Rhinarth masih gemetar lemah, darah mengalir perlahan dari luka-luka yang dalam, namun makhluk itu tidak lagi memberontak.

Chen Mo dan Zhou Lan bersiap mengekstrak inti spiritualnya saat suara dingin dan penuh tekanan terdengar dari balik kabut yang mulai menipis.

"Serahkan inti monster itu."

Ketiganya menoleh serentak.

Dari balik batuan runcing di sisi utara lereng, muncul lima orang berpakaian merah gelap, dengan emblem kepala serigala berlumur darah tersemat di dada mereka.

Mereka adalah murid-murid dari Sekte Serigala Darah.

Sekte kecil-menengah yang terkenal karena kekejamannya dalam pelatihan maupun pertarungan.

Sosok terdepan adalah pemuda berwajah dingin dengan rambut merah tua menyala seperti api. Di punggungnya tergantung pedang besar bergerigi yang bahkan lebih tinggi dari dirinya.

Tatapannya mengunci langsung ke arah Rynz.

"Kalian bertiga terlalu lambat. Kalau tidak karena kami mengalihkan perhatian monster ini sebelumnya, kalian bahkan tak akan sempat menyentuhnya."

Chen Mo maju satu langkah.

"Kau bicara omong kosong. Dari awal kalian hanya bersembunyi."

Pemuda itu menyeringai.

"Kami hanya membiarkan kalian lelah. Dan sekarang, waktunya kami memanen hasilnya."

Zhou Lan menggenggam tombaknya lebih erat, aura spiritualnya mulai berputar, menandakan kesiapan bertarung.

"Jangan harap kami akan menyerah begitu saja."

Rynz diam, matanya menatap ke sekeliling, menghitung kemungkinan—

dua dari lima musuh tampaknya berada di ranah Hunter, seperti Chen Mo dan Zhou Lan. Tiga sisanya masih di tahap Advance, setara dengannya.

Namun mereka punya keunggulan jumlah.

Rynz melangkah perlahan ke sisi Long Rhinarth, tangannya menyentuh tubuh monster itu.

"Mereka datang untuk inti ini…" pikirnya.

"Kalau dibiarkan, semua bahan juga akan diambil… kita akan pulang dengan tangan kosong."

Tattoo di lengan kirinya bergetar pelan, seolah menanggapi kekacauan batinnya.

---

Sementara itu, pemuda rambut merah dari Sekte Serigala Darah mulai mengangkat pedangnya.

"Aku akan menghitung sampai tiga.

Jika kalian masih di sana saat aku selesai menghitung…

maka darah kalian yang akan kami ambil sebagai ganti."

Udara menegang. Angin yang tadi hanya menggoyang debu, kini seolah ikut menahan napas. Di puncak Gunung Batu Arwah itu, dua kelompok muda dari sekte berbeda berdiri saling berhadapan, hanya dipisahkan oleh tubuh seekor Long Rhinarth yang hampir mati.

Pedang, tombak, dan niat membunuh mulai berbicara lebih keras dari kata-kata.

Chen Mo berdiri di depan, dua pedangnya terangkat ke posisi siap tempur.

Zhou Lan mengambil posisi samping kiri, menjaga sisi dan celah serangan.

Sementara Rynz perlahan mundur ke belakang tubuh monster, mengambil posisi tersamar—bukan karena takut, tapi karena dia tahu: dalam posisi sekarang, satu kesalahan bisa menghancurkan semuanya.

Pemuda rambut merah dari Sekte Serigala Darah menatap mereka dengan jijik.

"Kalian memilih jalan mati."

"Tidak," jawab Chen Mo datar, "Kami memilih untuk tidak tunduk."

"Serigala Darah! Hancurkan mereka!"

Tiga dari lima musuh langsung bergerak.

Dua menyerang dari sisi kiri—arah Zhou Lan, satu lagi melompat ke arah Chen Mo dengan pedang besar menyambar dari atas.

Clang!

Chen Mo menahan pukulan itu, kedua pedangnya menyilang menahan kekuatan brutal musuh.

"Kuat… tapi masih bisa kuimbangi!" serunya sambil memutar tubuh, mencoba memotong perut lawan.

Zhou Lan melesat cepat seperti bayangan, tombaknya berputar seperti angin topan kecil—menahan dua musuh sekaligus.

"Cepat, Rynz! Jangan biarkan mereka menyentuh monster itu!"

Rynz menggertakkan giginya.

Di sisi lain, dua musuh terkuat belum bergerak—satu dari mereka hanya menonton, satu lagi berdiri dengan pedang besar, mungkin akan menyerang begitu celah terbuka.

"Jika aku bertarung langsung, aku bisa menghambat mereka."

"Tapi kalau aku bisa melukai satu atau dua musuh Advance itu terlebih dulu—Chen Mo dan Zhou Lan bisa fokus ke musuh yang lebih kuat."

Tattoo hitam di lengannya mulai menyala samar.

Namun kali ini, api hitam tidak muncul—Rynz menahannya dengan paksa.

Sebagai gantinya, aura tekanan tempa dari palunya menyatu dengan pergerakan tubuhnya. Ia berlari ke samping, lalu menghantam tanah keras tepat di bawah kaki salah satu musuh Advance!

"Ledakan Getar Kedua!"

Blaarrrkk!!

Tanah retak, batu beterbangan, dan musuh itu terpental ke belakang, terbanting ke lereng!

"Satu keluar dari formasi!" seru Zhou Lan dengan cepat, segera menyapu satu musuh lagi dengan ujung tombaknya dan membuat darah memuncrat dari bahu.

Chen Mo, yang kini hanya berhadapan dengan satu musuh, mulai menekan balik.

Tebasan demi tebasan menghantam seperti badai dua arah.

Sementara Rynz kini berdiri di atas tubuh Long Rhinarth, menjaga bagian leher—tempat inti berada. Matanya menatap ke arah pemuda rambut merah, yang masih berdiri di tempat.

"Ayo… bergeraklah…" bisiknya pelan.

"Kalau kau maju, aku akan membuka api itu."

Tattoo di lengannya menyala perlahan.

Ujung perban mulai terbakar.

Melihat situasi mulai kacau dan kekuatan musuh belum sepenuhnya keluar, Rynz tahu waktunya sangat terbatas.

"Chen Mo, Zhou Lan—cukup! Kita tidak bisa lawan mereka semua!" serunya sambil melompat ke sisi leher Long Rhinarth.

Dengan cepat, tangan kirinya menekan bagian lunak di bawah rahang monster itu, menyalurkan sedikit aura hitam hanya untuk memaksa otot leher membuka dan memperlihatkan inti spiritual yang berkilau merah keunguan, sebesar kepala anak kecil.

"Aku ambil Inti Core-nya!" bisiknya tajam.

Lalu dengan palu spiritualnya, dia menghantam titik jaringan di bawah sisik perut—mengambil sepotong sisik naga, dan sepotong urat kristal dari tanduk yang sudah retak.

“Cukup untuk armor, senjata, dan studi selanjutnya,” pikirnya cepat.

Sementara itu, Chen Mo dan Zhou Lan mulai mundur sambil terus menahan serangan dari tiga musuh yang masih bertarung. Darah menetes dari lengan Zhou Lan, dan pedang Chen Mo sudah penuh retakan.

"Rynz! Sudah?!"

"Ayo pergi sekarang!" jawabnya.

Rynz menyimpan bagian-bagian penting itu ke dalam kantong penyimpanan spiritual kecil yang disiapkan Lu Ban. Begitu semuanya selesai, dia melompat ke sisi kedua temannya, memukul tanah dengan palu—

"Gelombang Mundur!"

Tanah di bawah kaki musuh pecah, membuat formasi mereka goyah, dan dalam sekejap, ketiganya mundur ke arah celah batu sempit di sisi barat lereng, jalan yang sebelumnya sudah mereka tandai sebagai rute kabur jika situasi jadi buruk.

Sekte Serigala Darah tidak bisa mengejar.

Tebing dan batuan runtuh menghalangi jalur, dan api hitam samar yang ditinggalkan Rynz membuat mereka waspada—takut menyentuh sesuatu yang tak mereka pahami.

---

Dari kejauhan, saat kabut mulai menutup pemandangan, pemuda rambut merah itu menyeringai tipis.

"Hmph… jadi kalian bisa lari juga. Tapi kita akan bertemu lagi, bocah bertato api hitam…"

---

Rynz, Chen Mo, dan Zhou Lan pun berhasil melarikan diri, dengan tubuh terluka tapi hati lega.

Mereka membawa Inti Void Long Rhinarth, sisik naga keras, dan urat tanduk berenergi,

—bahan-bahan langka yang bisa mengangkat Sekte Lembah Angin keluar dari kemiskinan…

asalkan mereka bisa bertahan hingga pulang.

Tiga sosok muda itu akhirnya tiba di sebuah gua batu sempit di sisi utara bukit, tersembunyi di balik rerimbunan akar dan batu lepas. Tidak terlalu dalam, namun cukup untuk berlindung dari angin dan pandangan mata musuh.

Chen Mo menjatuhkan diri ke tanah lebih dulu, tubuhnya lelah dan bajunya robek di beberapa bagian. Darah mengalir dari pundak kirinya, bekas sabetan pedang besar milik salah satu musuh.

Zhou Lan duduk bersandar pada dinding batu, napasnya berat. Tombaknya sudah retak, dan lengannya terkilir akibat benturan saat mundur dari pertarungan.

Sementara itu, Rynz hanya terdiam sejenak di mulut gua, mengawasi jalan masuk. Setelah yakin tak ada yang membuntuti mereka, ia masuk perlahan dan membuka kantong penyimpanan.

"Kita butuh istirahat minimal sehari."

Ucapnya sambil menyalakan api kecil dari ranting kering dan batu pemantik sederhana.

Chen Mo tertawa pendek, suara lelahnya serak.

"Sehari? Aku butuh satu minggu tidur di ranjang empuk… Tapi lumayan, kita pulang gak dengan tangan kosong."

Zhou Lan menoleh. "Kau yakin semua bagian penting sudah kau ambil?"

Rynz mengangguk. Ia mengeluarkan satu demi satu:

Inti Core merah keunguan, berdenyut pelan seperti jantung.

Dua sisik besar dari dada Long Rhinarth, keras namun masih mengandung aura panas.

Sebatang urat kristal dari tanduk, memancarkan kilau merah samar seperti darah yang membeku.

"Semua ini akan sangat berguna.

Setidaknya cukup untuk satu armor, satu senjata… dan kalau kita beruntung, sisa energinya bisa digunakan untuk memperbaiki fasilitas sekte."

Zhou Lan menatapnya dalam.

"Kau... benar-benar bisa membaca kondisi dan tahu kapan harus menyerang. Aku kira kau hanya pembuat palu."

Rynz tersenyum tipis, tidak membalas. Ia hanya membuka balutan di lengannya, memperlihatkan tatto hitam yang kini tampak berdenyut samar, seolah baru saja 'menelan' energi dari medan pertempuran tadi.

"Kadang... yang membuat senjata, juga harus tahu kapan harus menghancurkan sesuatu."

1
yayat
tambah kuat lg
yayat
mulai pembantaian ni kayanya
yayat
ok ni latihn dari nol belajar mengenl kekuatan diri dulu lanjut thor
yayat
sejauh ini alurnya ok tp mc nya lambat pertumbuhnnya tp ok lah
‌🇳‌‌🇴‌‌🇻‌‌
sebelum kalian baca novel ini , biar gw kasih tau , ngk ada yang spesial dari cerita ini , tidak ada over power , intinya novel ini cuman gitu gitu aja plus MC bodoh dan naif bukan koplak atau lucu. kek QI MC minus 500 maka dari itu jangan berharap pada novel ini .
Aryanti endah
Luar biasa
Aisyah Suyuti
menarik
Chaidir Palmer1608
ngapa nga dibunuh musih2nya tanggung amat, dah punya api hitam sakti kok masih takut aja nga pantes jadi mc jagoan dah jadi tukang tempa aja nga usah ikut tempur bikin malu
Penyair Kegelapan: kwkwkw,bang kalo jadi MC Over Power dia gak koplak.
total 1 replies
Chaidir Palmer1608
jangan menyalahkan orang lain diri lo sendiri yg main main nga punya pikiran serius anjing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!